Chapter 1: You Deserve Each Other

65 0 1
                                    

Fafa

Perlu berapa kali lagi aku ngomong ke Adit kalau cowok sama cewek gak bisa jadi temen? Iya, aku tau dia udah kenal Rika dari kecil, tapi bukan berarti itu jadi alasan buat mereka pergi berduaan setiap kali aku gak ada waktu!

"Belum mau balik, Fa?" tanya Putri yang sudah bersiap-siap untuk pulang.

Aku menggeleng. "Duluan aja, Put. Aku lagi nunggu Adit selesai latihan basket," jawabku sambil menyandarkan punggung ke bangku.

Sambil menunggu, aku mengambil handphone dan segera mengecek pesan WhatsApp yang belum kubaca. Gak ada satu pun pesan dari Adit. Dia masih peduli gak sih sama aku?

Putri, yang tadi sudah berdiri, kembali duduk di sampingku. "Kenapa sih dari tadi mukanya cemberut terus?"

Aku melirik Putri, tersenyum simpul, tapi gak tau harus mulai cerita dari mana. Sejak semester satu dimulai, aku sama Adit jarang punya quality time berdua. Program beasiswa yang ku ikuti membuatku sibuk sama kelas - kelas tambahan di luar jam sekolah. Tapi bukan berarti karena aku gak punya waktu Adit jadi boleh pergi sama cewek lain juga kan?.

"Put, sebenernya cowok sama cewek bisa gak sih temenan?" tanyaku membuka topik.

Putri mengerutkan kening. "Bisa lah! Bobby emang gak You anggep temen?"

"Beda atuh Put! Jangan disamain! Kayak Kaka-adean gitu loh"

Putri semakin bingung. "Ini kita lagi bahas siapa sebenernya?"

"Adit sama Rika!" Aku mendengus kesal. "Aku tuh gak suka liat mereka sering kemana-mana berdua.", Sebelum Putri sempat merespon aku melanjutkan omelanku. "Iya sih mereka tetanggaan, mereka temenan udah dari kecil, tapi please deh, masa harus sampe pulang bareng tiap hari? Udah gitu si Rika suka banget posting story setiap pergi sama Adit, seakan Adit tuh cowoknya dia. Cih!"

Putri terdiam sejenak, memastikan aku sudah berhenti ngomong sebelum merespon celotehanku. "You udah coba ngomong sama Adit?"

Aku menggelengkan kepala, "Gak ah, nanti keliatan posesif."

"Menurut I sih, mending You bilang. Pacaran tuh yang penting komunikasi Fa"

"Kalau Adit jadi gak nyaman gimana?"

"Terus You nyaman liat cowok you jalan sama cewek lain?"

Aku menggelengkan kepala. "Ya nggak lah Put.."

"Exactly," saut Putri sambil menunjukku. "Gak ada gunanya dipendem sendiri. Kalau Adit sayang sama you, Dia pasti ngerti."

Percakapan kami terhenti oleh notifikasi WhatsApp dari handphone-ku. Kulihat pesan itu dari Reza, cowok kuliahan yang belakangan ini sering nemenin aku ngobrol di Discord.

"Heh Bocah, makan yang banyak, ntar mati," tulis Reza.

"Gak usah sok perhatian deh, tuh iler hapus dulu," balasku.

"Anjir kamar gua dipasangin CCTV!!" balas Reza lagi.

Membaca pesan itu, bibirku tersenyum nahan ketawa, Putri langsung kepo. "Siapa tuh, Fa?"

"Temen..." jawabku cepat sebelum bisa menghapus senyum di wajahku.

"Temen tapi kok langsung bikin cemberut lo ilang?" Goda Putri.

"Apaan sihhhh, Itu loh, cowok kuliahan yang pernah Aku ceritain.",

"Ohhhh... yang kata You anak band itu? Siapa namanya? Rizal?"

"Reza" Aku langsung mengoreksi Putri sambil menaruh kembali HP ku di saku kemeja seragam.

"Iya Siapalah itu namanya," timpal Putri sambil membuat gerakan menepis udara dengan tangannya, "I gak nyangka kalau You masih kontak - kontakan sama dia."

Symphony of SinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang