KEVIN
Lagi. Setiap hari kayak gini. Gua cuma bisa pasrah ngeliatin Edo ngeluarin semua isi tas gua ke lantai. Kasarnya tembok lorong sekolah bergesekan dengan punggung gua setiap Farhan mendorong dada gua pake siku dia.
"Hari ini kita makan di mana Vin?" kata Mahesa sambil menaruhkan sikunya ke pundak gua.
"KFC enak sih, gua lagi pengen banget makan ayam krispi", timpal Farhan sambil ngeliatin gua dengan ekspresi ngeledek.
Gua diem, gak menggubris mereka. Mata gua cuma merhatiin muka girang Edo waktu nemuin dompet gua dari dalam ransel gua. Edo kemudian ngelempar tas gua ke lantai dan segera ngecek isi dompet gua.
"Apaan nih, cuma ceban!" Gerutu Edo sambil ngeliat ke gua. "Lo abis di rampok apa gimana Vin?"
Gua nahan buat gak ketawa pas ngedenger gimana ironisnya perkataan Edo barusan. Sialnya gua gak bisa nyembunyiin senyum gua dan hal itu sukses bikin Edo emosi. Farhan sama Mahesa langsung ngelepasin gua dan menyingkir saat Edo mulai melangkah ke arah gua.
"Apa yang lucu njing?" Edo dengan geram menarik kerah seragam gua. Nafas nya panas dan bau rokok. "Lo ngeledek gua?
"B-bukan gitu Do..", gua terbata - bata, suara gua lemah,
"Duitnya pasti diumpetin Do" Farhan memprovokasi. "Mana mungkin cokin gak pegang duit."
"Engga sumpah, Do, gua emang lagi gak megang." Gua mencoba membela diri dari tuduhan Farhan. Gua benci diri gua keliatan lemah kayak gini, seakan ngasih duit ke mereka adalah kewajiban gua.
"Perut segede gini kalau gua kempesin siapa tau duitnya keluar." Bibir Edo menyeringai.
"Lo kira celengan Do" timpal Mahesa sambil tertawa.
Edo gak bercanda, kata - katanya tadi bukan cuma sekedar ancaman. Namun sebelum terjadi sesuatu, suara Putri membelah udara lorong ini. "HEH EDO! Mau ngapain lo!"
Edo dan teman - temannya langsung menoleh ke arah Putri. Senyum di wajah mereka menghilang. Edo buru - buru ngelepasin kerah gua. Putri menghampiri Edo dengan wajah kesal.
Edo melirik, berusaha kelihatan tenang, namun melangkah mundur menjauh dari Putri. "Santai kali Put, cuma bercanda doang.",
Putri memicingkan matanya, "Gak lucu", Putri melirik sebentar ke arah gua sebelum kembali menatap Edo dengan tajam. "Lo seriusan, mau cari gara - gara sama gue?"
Senyum di muka Edo menghilang. Edo tau siapa bokapnya Putri dan tau apa jadinya kalau bikin masalah sama Putri. Edo menggerutu pelan dan memberi isyarat ke Farhan dan Mahesa. Mereka bertiga bertukar pandangan penuh arti dan segera pergi meninggalkan lorong ini.
Putri masih gak ngeliat gua, perhatiannya tetap fokus ke arah Edo, memastikan kalau mereka bener - bener pergi dari sini. Setelah Edo dan teman - temannya gak lagi keliatan, Putri baru berpaling ke arah gua, tapi ekspresinya terlihat lebih ke jengkel daripada khawatir.
"Vin, mau sampe kapan You diem aja dibully sama mereka?" tanya Putri dengan nada frustasi. "Harga diri You mana?"
Pipi gua mendadak terasa panas sama rasa malu. "S-Sorry Put, " jawab gua terbata - bata, "Gua emang kebiasaan gini sih dari dulu."
Putri menggelengkan kepala, menghela nafas. "Coba deh next time You do something. Mereka bakal gitu terus kalau You diem aja." Putri berjongkok dan memasukan buku - buku gua yang berserakan di lantai ke dalam tas gua.
Gua mengangguk, walaupun gua tau sampai kapan pun gua gak akan berani buat ngelawan Edo dan teman - temannya. Putri mungkin lupa, kalau gak semua orang punya privilege yang sama kayak dia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony of Sins
RomanceDalam kekacauan keluarga dan gejolak masa remaja, hidup Fafa tidak menyangka kalau kehidupannya akan mulai berubah di usianya yang ke 18. Berhadapan dengan akibat konflik orang tuanya, Fafa berjuang dengan pertemanan, cinta, dan serangkaian pengkhia...