REZA
Baru aja gua mau nyalain rokok sambil dorong pintu kamar kosan, saat melihat Citra—duduk di pinggir kasur, matanya memandang lantai dengan tatapan kosong. Gua langsung mematikan korek di tangan gua.
"Kamu kapan dateng sayang?" Sapa gua dengan rokok masih nempel di bibir. Gua gak tau kalau Citra bakal mampir ke kos hari ini, jadi gua belum sempet buat beres - beres kamar. Citra gak ngejawab, cuma ngeliatin gua yang ngebersihin meja komputer gua dari ceceran abu rokok dan sampah bungkus makanan kemarin malam.
Selagi gua memasukan sampah - sampah itu ke dalam kantung plastik, gua melirik ke arah Citra. Sikapnya saat ini beda sama Citra yang biasanya, dan gua mulai sadar kalau mata Citra terlihat sembab—kayak habis nangis. Setelah membuang bekas makanan dan abu rokok itu ke tempat sampah di luar kamar gua kembali masuk ke dalam dan menutup pintu.
"Maaf ya sayang, aku gak tau kamu bakal mampir hari ini, jadi gak sempet beresin kamar" Kata gua sambil nyengir, Tatapan Citra beralih ke arah baju - baju gua yang berceceran di lantai sebelum kembali menatap gua. "Aku tuh baru bangun, jadi maaf aja kalau kamar aku masih berantakan." kata Gua sambil menghampiri Citra.
Gua lalu duduk di samping Citra dan mencoba mencium bibirnya, tapi Citra langsung memalingkan wajahnya sambil menaruh tangannya di dada gua. "Bau rokok.." akhirnya Citra bersuara, dan nada nya terdengar begitu dingin.
"Kamu kenapa sayang?" Gua mulai ngerasa was - was dan segera memegang tangan Citra.
Raut wajah Citra berubah, menatap gua dengan tajam. "Aku gak bisa kayak gini terus Eja."
"Maksudnya?"
"Ini, kayak gini" Citra mengesturkan tangannya ke sekeliling kamar gua yang berantakan, nada suaranya meninggi.
"Aku kan bilang kalau Aku baru bangun, jadi gak sempet." Gua mencoba membela diri.
Citra menarik nafas, kedua bibirnya saling menekan rapat, dan untuk sesaat gua ngira jawaban gua barusan udah cukup. Tapi ternyata, jawaban itu gak bisa diterima Citra. "Kamu tuh orangnya bener - bener gak peduli sama diri sendiri, sama masa depan kamu..Gimana bisa aku yakin kalau kamu tuh bisa peduli sama kita? Peduli sama Aku?"
"Gak gitu sayang," timpal gua cepat, terlalu cepat. "Aku peduli banget sama kamu."
Bibir Citra tersenyum sinis, "Masa? Ini yang kamu bilang peduli?" Citra kembali melambaikan tangannya ke sekeliling kamar gua, ke arah ceceran baju kotor di lantai, tumpukan piring yang belum gua cuci dan beberapa puntung rokok yang kelewat sama gua saat ngebersihin meja tadi.
"Maaf sayang, Aku janji bakal sering ngebersihin kamar sebelum kamu dateng." Tenggorokan gua mendadak kering. "Janji."
Citra memicingkan matanya ke arah gua, "Udah berapa kali sih kamu bilang gitu Reza?" suara Citra terdengar dingin. "Enggak, aku udah cape nunggu kamu berubah, aku udah gak bisa pegang janji kamu lagi."
Saat Citra hendak beranjak dari kasur, Gua buru - buru mencengkram lengan Citra, menahannya agar tetap duduk di samping gua "Cuma gara - gara kamar berantakan aja kamu sampai marah kayak gini Cit?"
Seketika itu juga Citra langsung ngeliat ke arah gua dan akhirnya, gua bisa melihat rasa kasihan dan kekecewaan dari cara Citra memandang gua.
"Aku harus nunggu sampai kapan Reza? Aku capek." Suara Citra mulai pecah. Citra menarik nafas dalam - dalam sebelum kembali melanjutkan perkataannya. "Kamu tuh udah gak peduli lagi buat berusaha. Buat diri kamu sendiri, buat aku, buat kita Setiap hari kamu tuh kerjaannya cuma begadang, bangun siang, terus buang - buang duit buat main game di warnet."
"Enak aja buang - buang duit, duit kalau menang turnamen game itu lumayan tau."
"Terus MANA? Mana uang yang kamu bilang dapet dari main game? Kamu gak sadar selama ini setiap kali kamu telat bayar kosan siapa yang nalangin? Siapa yang selama ini bayarin utang - utang rokok kamu di warung depan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/358240746-288-k771715.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony of Sins
RomanceDalam kekacauan keluarga dan gejolak masa remaja, hidup Fafa tidak menyangka kalau kehidupannya akan mulai berubah di usianya yang ke 18. Berhadapan dengan akibat konflik orang tuanya, Fafa berjuang dengan pertemanan, cinta, dan serangkaian pengkhia...