𝑇𝑅𝐴𝐺𝐸𝐷𝐼 18

16.3K 1.1K 13
                                    

note: chap ini mengandung konten sensitif. Tolong koreksinya kalau ada typo



Terlalu larut dalam masalah, Venus hampir melupakan masalah yang beberapa waktu lalu menimpanya. Ia tak sejahat itu meninggalkan Belva sendiri, walau dia Amber bukan Venus, tetap saja ketulusan Belva cukup menyentuh hatinya.

Berdirilah Venus didepan kamar rawat Belva. Genggamannya pada parcel buah mengencang.

Ketika pintu dibuka, pemandangan punggung Belva menyambutnya. Dengan langkah tanpa suara Venus mendekatinya, ia meletakan parcel tersebut pada nakas.

"Ehem"

Belva tak menoleh. Gadis itu tetap bertahan pada posisinya.

"Gimana keadaan lo" tanya Venus berusaha mencairkan keadaan. "Pelaku sebenarnya udah ketemu, gue harap gak ada lagi salah paham diantara kita"

"Pergi"

"Ha? Gimana?" Venus mengerjabkan mata beberapa kali.

"Gue bilang pergi!" Suara Belva naik beberapa oktaf pun tubuhnya berbalik menatap Venus nyalang.

Venus tetap bertahan diposisinya. Mengetahui ucapannya tak digubris, pikiran Belva kalut. Gadis itu menarik sendiri rambutnya bahkan mencakarnya. Seolah kalang kabut untuk menyakiti diri.

"Gue bilang pergi!" Raungnya. "Gue gapantes ditemenin, gue- gue" Belva terjatuh dari brankar. Gadis itu meringkuk ketakutan.

Venus tak bodoh, jelas Belva mengalami trauma. Apa pelecehan yang menimpa Belva separah yang tak ia duga. Tak ingin memperkeruh keadaan, Venus menekan bel disamping brankar, menetap disana sampai anggota medis datang dan mengambil alih baru setelahnya ia keluar dari ruangan.

Langkahnya menyusuri koridor terlihat tergesa. Keadaan Belva mengingatkannya pada memori kelam Venus asli.

Venus baru saja terlelap. Gadis itu susah tidur akibat insomiaanya, jadi ia harus mengkonsumsi obat tidur dalam dosis tinggi agar dapat tidur.

Tanpa ia sadari, pintu yang terrkunci terbuka dari luar. Venus tak melihat jelas, ia hanya samar mendengar sebuah suara. Suara yang ia harap tidak pernah ia dengar seumur hidup.

Pukul 3 dini hari. Venus terjaga. Pandangannya berubah kosong mendapati tubuhnya hanya tertutupi dalaman.

Sementara disampingnya ada sosok Antariksa tengah menghisap lehernya. Gadis itu tak bergerak. Tubuhnya sepenuhnya kaku, ingin melawan tapi ia takut dilukai lagi seperti kejadian yang sudah-sudah. Berapa kalipun usahanya mengganti kunci pintu, Antariksa selalu punya cara menerobos.

Akhirnya Venus hanya bisa menangis tanpa suara menerima perlakuan Antariksa. Begitu hingga Antariksa berhenti sendiri dan pergi begitu saja.

Malam berikutnya, Venus tak mau tidur. Besok adalah hari ulang tahun Nathan, ia tak mau ada bekas buatan Antariksa. Seperti biasa, tengah malam lewat Antariksa mendatangi kamarnya. Sepertinya cowok itu mabuk, tertebak dari aroma alkohol yang menguar dari tubuhnya.

Ia berjalan sempoyongan. Tangannya berusaha meraih adiknya.

Venus gemetaran. Tongkat baseball digenggamannya sebatas tittle pajangan saja.

Antariksa berhasil mencengkram pergelangannya.

"Lo gak boleh pergi" ucapnya berang.

Bugh

Satu pukulan melayang tepat ditangan Antariksa, membuat cengkramannya terlepas. Namun sepertinya hal itu bukan apa bagi Antariksa. Ia malah tergelak sendiri.

Untold Story Of CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang