𝑇𝑅𝐴𝐺𝐸𝐷𝐼 34

7.2K 554 8
                                    

Ruang inap Yesya tampak ramai akan beberapa pria berpakaian hitam, mereka adalah detektif handal yang Nathan sewa untuk mencari jejak Yesya.

"Gimana bisa?!" Amuknya. Dia melayangkan bogeman mentah pada Jack yang setia mengikutinya dibelakang.

Jack tak bergeming menerima pukulan. Wajahnya tetap datar. "Tuan, mereka melumpuhkan semua bodyguard dan memblokir akses digital diseluruh rumah sakit." Lapornya. "Kami sedang berusaha mencari keberadaan mereka,".

Sekarang yang berada dipikiran Nathan hanyalah bagaimana keadaan Yesya, gadis itu tak akan mampu bertahan tanpa alat medis. Saking kalutnya dia sampai melupakan waktu persembahan-

"Sialan!" erangnya. Dia telah dikecoh. "Balik"

Dugaannya benar, Venus telah kabur. Pertanyaannya siapa yang telah berani membantu gadis itu?

Netra kelam Nathan bertambah dingin. Dia menyeringai lebar. "Berapa lama lagi waktunya?"

"Masih ada 6 jam lagi tuan,"

"Bantai RedGuy, seret cewek itu hidup atau mati" titahnya mutlak. Sepertinya Ragas tidak kapok, dia masih ingin mengulangi kesalahan yang sama. Nathan tidak mungkin melupakan kejadian tiga tahun lalu, kejadian dimana persembahan gagal dan kakek yang sangat dia hormati harus tewas akibatnya.

"Tapi tuan-" Jack hendak menyampaikan usulan.

"Sekarang!" Sarkas Nathan. Dia tak mau ada bantahan.

Jack menunduk. "Baik" dan mulai mundur teratur. Entah sudah sampai kemana otak Nathan pergi, yang jelas sebentar lagi akan ada pertumpahan darah. Memang kekuatan Nathan kali ini tak kalah dari RedGuy, tapi tidak menutup kemungkinan mereka akan kalah mengingat betapa beringasnya gangster satu itu. Lebih kacau lagi, mereka bergerak tanpa persiapan matang dan tanpa koordinasi.

Jack tak akan serepot ini bila saja, tiga tahun lalu sosok tetua Elluard tidak membuat kontrak yang mengharuskan ia terikat dengan iblis juga terikat kerja pada keturunan Elluard sampai ajal menjemput. Berkhianat? Maka sudah jelas jawabannya mati.









***







"Lo lama banget" keluh Amber. Perempuan yang kini tengah ditangani beberapa tenaga medis itu tampak sibuk mengomel. "Badan gue rasanya mati rasa semuaa.. gara-gara lo kelamaan nyulik si Yesya bibir gue jadi jontor gini-"

"Mau gue bersihin?"

"Eh udah mba, makasih" Amber memilih mengabaikan lawan bicaranya. Dia tampak sibuk menggerak-gerakan tubuhnya yang mulai bisa berfungsi normal kembali, sesekali meringis kala beberapa bagian tubuhnya terasa nyeri.

Setelah tenaga medis tadi pergi, tersisalah keduanya di bagasi mobil yang terbuka.

Ragas tersenyum kecil, apa baru saja dia telah diabaikan.

Pemuda itu menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Amber. Tangannya terulur menyentuh bibir Amber hati-hati. Matanya menyorot tanpa emosi, membuat Amber sulit menebak apa yang tengah Ragas pikirkan.

"Lo nikmatin ciuman itu kan?" Agak berat bagi Ragas mengatakan itu. Dia menghela nafas lelah, lelah menahan sisi liarnya yang ingin meraup kasar bibir Amber dan memukulnya. Dia bukan lelaki baik. Ragas hanya tidak mau Amber menjauh sekarang, bagaimanapun harus ada komitmen dari gadis itu lebih dulu, baru Ragas bisa melepas semua yang dia tahan.

Amber diam tak berkutik. Tatapan Ragas sedikit menyeramkan dan terkesan aneh. "Iya, gue nikmatin" entengnya.

Gadis itu cukup terhibur pada perubahan ekspreksi Ragas.

Untold Story Of CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang