STORY

6.7K 424 5
                                    

Suara sorakan penonton bergemuruh memenuhi sirkuit. Mereka saling melakukan selebrasi atas kemenangan sang juara.

"Woaaah!!"

Kedatangan mobil itu disambut sorakan ramai segerombolan orang yang telah menantinya. Orang itu memberhentikan mobilnya tepat didepan gerombolan tersebut, dia segera turun.

"Congrats amm!!" Thea menjadi yang pertama memeluknya, disusul yang lain.

Amber tertawa bahagia. Tempat berpindah pada sebuah panggung kecil dengan tiga tangga berurutan, ada juara disetiap undagan. Videotron raksasa tampak menampilkan wajah bahagia seorang gadis. Banyak bunga yang berterbangan menghiasi kemenangan.

Untuk yang kedua kalinya Amber keluar sebagai juara. Setelah mengucapkan beberapa patah, gadis yang memakai selempang juara itu berpose bersama seluruh timnya dengan memegang piala besar ditangannya.

Mereka kembali bersorak, menari dibawah hujan party popper. Khalayak semakin ramai.

"Selamat dear,"

Amber memisahkan diri dari teman-temannya yang lain. Dia menghampiri kedua orang tuanya.

Bunda segera memeluknya, sementara ayah hanya mengelus sayang surainya.

"Bunda bangga sama kamu" ucapnya diselingi kecupan bertubi dipucuk kepala anaknya.

Amber mengurai pelukan, dia bergantian memeluk ayahnya. "Putri ayah udah gede aja" walaupun nadanya merajuk, tatapan mata Ayah tak bisa bohong. Pria berusia penghujung 40 tahun itu tampak berkaca-kaca.

"Amber tetap putri kecil ayah" hiburnya. "Makasih kalian udah datang kesini,"

Bunda memandang sendu Amber, dia kembali merasa bersalah jika mengingat dulu. Tak jauh berbeda, ayah juga merasa bersalah sudah bersikap kasar dan mengabaikan Amber dahulu.

Tapi terpaku pada rasa bersalah juga tidak membuat keadaan akan lebih baik, justru mereka harus menjadikannya sebagai acuan agar hal tersebut tidak terulang kembali. Mereka harus mendampingi Amber. Memang terlambat, Amber telah tumbuh menjadi sosok kuat tanpa dukungan mereka.

"Dear maafin bunda" sesal bunda untuk yang kesekian. Bagaimana ada ibu setega dirinya.

Amber menggeleng pelan. "Jangan minta maaf lagi. Aku bahagia sama kita yang sekarang" Amber melebarkan senyum, berusaha memperlihatkan pada ayah dan bunda bahwa ia baik-baik saja.

Jika ditanya bagaimana perasaannya, Amber akan menjawab dengan lantang bahwa dia bahagia. Walau tak dipungkiri ada sedikit rasa sedih mengingat ayah dan bunda sudah tidak bersama lagi. Dia harus merasa cukup dengan segala kasih sayang yang mereka limpahkan.

Amber sudah bisa sedikit demi sedikit berdamai dengan keadaan. Toh keinginannya telah terwujud. Mengenai Untold, dia telah membuat janji dengan penulisnya. Ada beberapa hal yang perlu Amber pastikan.







***





Terhitung 6 bulan lamanya dia mulai dekat dengan sosok kloningan Nathan. Tidak mudah berinteraksi dengan orang yang dapat memicu traumanya, sudah beberapa kali dia hampir kehilangan kendali. Beruntung Elbara mau memahaminya.

Nathan dan Elbara adalah dua orang yang berbeda, kebetulan saja wajahnya mirip. Itu yang terus Amber tanamkan agar tidak menjadikan Elbara sebagai pemicu traumanya. Lagipun sosok El yang humoris dan hangat membuatnya nyaman.

Lelaki itu tak kenal menyerah mendekati Amber. Dari yang awalnya sebatas fans sampai cukup dekat.  El sebenarnya hanya seorang pengusaha yang kebetulan hobi balapan, alhasil dia menuangkan hobinya dalam bentuk materi atau simplenya; tanam saham.




Untold Story Of CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang