ayah dari anakku (kyuhoon) 1/2

365 19 4
                                    

06.30 KST

"Selamat pagi bun" ucap seorang anak lalu mencium pipi bunda sebut saja nama anak itu Doyoung

"Selamat pagi dobby, hari ini hari pertamamu PKL kan?" Tanya sang bunda dan sebut saja bundanya itu Jihoon

"Iya bun!!" Seru Doyoung

"Di perusahaan mana?" Tanya Jihoon

"Di perusahaan Kim Company" ujar Doyoung

"Wah jinjaa? Kim Company? Perusahaan yang gedungnya sangat besar dan tinggi itu? Yang terletak di pusat kota itu?" Jihoon terkejut karena sangat anak bekerja di perusahaan besar itu

Doyoung terkekeh "iya bun, segitu bangat kagetnya ya ampun"

"Dobby kau tidak salah kan?" Tanya Jihoon lagi

"Waeyo?" Tanya Doyoung balik

"Kau benar benar PKL di sana?" Tanya Jihoon sekali lagi

"Iya bun, kenapa sih" heran nya

Jihoon menangkup wajah Doyoung "kau tidak berbohong pada bunda kan?" Tanya Jihoon

"Astaga bun, mana mungkin aku membohongi bunda, aku benar benar akan PKL di perusahaan Kim Company" ujar Doyoung

"Tapi kamu masih SMA dobby, mana mungkin mereka menerima siswa sekolahan PKL di perusahaan besar, mahasiswa saja belum tentu mereka terima, kualifikasi mereka itu sangat tinggi loh" ujar Jihoon

"Jadi bunda meremehkan ku" ucap Doyoung sambil memasang wajah sedih

"T-tidak bukan begitu dobby, tapi-" ujar Jihoon

Doyoung menggenggam tangan bundanya "bukan aku yang melamar PKL di sana bun, tapi dari sekolah yang merekomendasikan ku dan 3 hari kemudian mereka mengirim email jika aku bisa PKL di sama" ujarnya tersenyum

Jihoon tersenyum bangga pada anaknya lalu mengecup tiap inci wajah Doyoung, Doyoung memang anak yang baik, tampan dan cerdas

"Anak bunda memang sangat hebat" Jihoon mencubit pipi Doyoung

"Iya dong anak bunda Park Jihoon tidak ada tandingannya" ujar Doyoung sambil tertawa

Doyoung melihat ke arah jam dinding "Astaga!!! Bun aku harus pergi sekarang takut terlambat"

Di luar rumah

"Hati hati ya dobby" ujar Jihoon ke pada Doyoung

Doyoung mengangguk, sebel beranjak terlebih dahulu ia mengecup pipi dan tangan bundanya

"Dahhhhhhh bun" ujar Doyoung sambil melambaikan tangan

Jihoon hanya tersenyum sambil membalas lambaian tangan putra tunggalnya itu, perlahan lahan senyum nya luntur kala putranya semakin jauh

"Tidak terasa sudah 14 tahun berlalu, uri doyoungie benar benar tumbuh menjadi anak yang baik, terimakasih sudah memberikan ku kekuatan untuk tetap bertahan hidup ya tuhan. Sekarang aku punya alasan untuk tetap bertahan hidup" ujar Jihoon sambil menatap putranya yang sudah naik ke dalam bus

Jihoon bersyukur memiliki anak yang sangat pengertian dan tidak menuntut seperti Doyoung, Doyoung tidak pernah mengeluh akan hidup yang ia jalani Doyoung sangat mengerti akan kondisi keuangan keluarga nya karena itu ia selalu belajar dengan keras agar mendapatkan beasiswa, terbukti saat masuk ke sekolah menengah pertama hingga masuk ke sekolah menengah atas Doyoung tidak pernah membuat ibunya mengeluarkan sepeser pun uang karena beasiswa yang ia peroleh di tambah buku buku gratis yang ia peroleh dari guru guru yang menyukai nya

B×BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang