Chapter Two

14 1 0
                                    

Lan Kwai Fong
Centrak Hong Konh

Aku membenarkan bag strap di bahuku yang melorot, lalu melirik jam tangan. Duh, Edward mana, sih? Ini seharusnya ia sudah muncul lima belas menit yang lalu.

Sehabis training yang selesai pukul lima, aku berpisah dengan Edward. Walaupun tadi Edward menawarkan untuk membawa materi training milikku, di detik-detik terakhirku, aku memutuskan untuk menolak tawarannya. Bukan masalah materi training yang super berat ini, tapi lebih karena aku malas pakai baji kerja. Pengen ganti sesuatu yang lebih santai. Edward sih enak, dia kan laki-laki. Pakainnya simple. Kalau ia merasa kedinginan, tinggal pakai jasnya, kalau dia kegerahan, tinggal dibuka. Dan sisi plusnya, dia masih tetap bisa terlihat santai dengan pakainnya.

Maka setelag naik-turun MTR, kekuar-masuk stasiun, akhirnya kini aku sudah berdiri manis disudut jalan, mengenakan dress warna putih dengan potongan rok model A, tight hitam, dan flat shoes berwarna senada dengan dress ku. Berhubung ternyata udara tidak terlalu dingin dan tidak turun hujan, aku tidak memaki coat dan menyampirkannya di sela tote bag yang aku bawa.

Sebelum kami berpiaah, Edward mengatakan akan langsung ke Central membelikan kado untuk pacarnya dan kami janjian ketemu langsung di Lan Kwai Fong sebelum bersama-sama bertemu Shuzi. Janjiannya sih, pukul setengah delapan. Tapi ini sudah lima belas menit berlalu dan ia belum terlihat batang hidungnya sama sekali
Aku coba untuk menghubunginya tapi handphone nya tidak aktif. Mudah-mudahan saja dia tidak kenapa-kenapa.

Aku memperhatikan jalanan yang penuh dengan bar dan cafe-cafe kecil. Aku selalu suka dengan jalan-jalan kecil di Hong Kong, termasuk daerah Lan Kwai Fong ini. Mengingatkan ku pada Diagon Alley-nya Harry Potter, berkelok dan naik-turun. Suasananya mulai ramai oleh para pegawai kantor yang pulang kerja, beberapa malah masih mengenakan jas. Aku suka dengan gaya para lelaki di Hong Kong---- memakai jas body fit yang membuat kadar ketampanannya meningkat dua puluh lima persen. Sayang, di Sydney kadang nggak feasible untuk pakai jas kemana-mana. Panas mataharinya yang sangat menyengat itu lho. Poor Sydney man.

Terdengar suara-suara orang mengobrol di sekelilingku dalam berbagai bahasa. Percakapan dua orang paruh baya yang berdiri di samping kanan ku selama sepuluh menit terakhir digunakan dalam bahasa Perancis, sementara dua wanita disebelah kanan ku berbicara dengan bahasa Korea. This place is just like a melting pot. Ini yang aku suka dari Hong Kong.

"KEYSHA!" Aku mendengar suara familiar yang meneriakkan namaku. Aku mendongakan kepala dan menemukan Edward sedang melambaikan tangan kanannya kearah ku, sementara tangan kirinya menenteng paper bag berlogo Coach. Oh, rupanya itu kado untung kekasihnya.

Aku membalas melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum, "Dari mana saja sih? Aku menghubungi mu sejak dua puluh menit yang lalu, dan tetapi handphone mu tidak aktif."

Edward, masih terengah, berdiri dihadapanku dan menjawab, "Batterai hape ku habis, dan aku lupa membawa powerbank."

"What the hell, Ed? Lalu? Kita akan bertemu dengan shuzi bagaimana?" Aku mengikuti Edward yang mulai menyusuri trotoar.

"Tadi sebelum handphone ku mati, Shuzi sempat mengirimkan ku e-mail. Dia dan teman-temannya ada di The Cavern. Nah" Edward menghentikkan langkahnya dan berbalik menatapku, "Berhubung aku tidak tahu tempat yang disebukan Shuzi ada dimana, kau lat kiri dan kanan mu. Ngga lucu kan, kalau kita udah menyusuei sampai jauh, ternyata kelewatan"

Aku mengangguk tanpa bersuara dan dan berjalan santai sambil menoleh kanan dan kiri. Memicingkan mata untuk mengetahui nama bar atau cafe didepan mataku. "Shuzi sama siapa, Ed?" tanyaku. "Katanya sih, dia kesini bersama teman-temannya." Edward menujuk ke arah bar, "Sepertinya itu bar yang kita cari. Bener ngga, Key?" Aku meliat ke arah yang dimaksud Edward, lalu mengangguk dan mempercepat langkah menyamai Edward.

The Cavern tidak jauh berbeda dengan bar atau cafe kebanyakkan yang bertebaran di seputaran Lan Kwai Fong, tapi satu yang aku perhatikan adalah adanya panggung kecil tempat band yang sedang membawakan secret-nya One Republic dengan impresif.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

A/n:

Haihai. Maaf ya capt duanya ngegantung banget hehe. Soalnya capek bgt ngetik sampe jari keriting begini.HAHA GADENG
Oyaa!! jangan lupa ya di Votemments:* i lub yu

-with love, Calum's future wife:)

RestartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang