Prolog

46 2 12
                                    

Hai, bertemu lagi dengan Rara disini. Semoga suka sama cerita barunya, Uthor mau curhat dulu boleh? Boleh dong ya, masa enggak.
.
.
Uthor ini udah up cerita tentang para remaja, tapi dikit banget yg baca. Apa gara-gara ceritanya gak seru, atau memang Uthor cocoknya nulis kisah-kisah tentang polisi dan pembunuhan, juga mafia-mafia? (

__________________________

"Kalian terlambat lima belas menit."

Helmi, Neo, Ardi juga Sonya terdiam di tempat, mereka saling pandang. Berinteraksi lewat kontak mata, penasaran? Tentu saja,  siapakah gerangan orang yang duduk di kursi yang seharusnya diduduki Batara? Jika seandainya pria itu tidak mengundurkan diri.

Seorang pria berusia hampir menginjak kepala tiga, terlihat gagah memakai jaket kulit, bercelana jeans, juga kaos dalaman yang semuanya berwarna hitam, jangan lupakan kacamata yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya.

Dia duduk di kursi dengan posisi membelakangi Helmi juga yang lain, matanya fokus pada papan yang digunakan khusus untuk penyelidikan. Nampak tangannya meraih spidol berwarna merah dari atas meja tanpa menoleh, kemudian berdiri dari duduknya.

"Jio dan Joni, penjahat yang menjual organ-organ manusia secara ilegal. Adjatma seorang lelaki penyebar sabu di daerah-daerah besar sebelah selatan, oh dan kaki tangannya, Zayan. Kalian berhasil menangkapnya di luar kota kan?"

Semuanya hanya diam tidak menjawab, terkecuali Sonya perempuan itu nampak mendengar kan dengan begitu khusyu. Jujur saja, ada beberapa penjahat yang belum Sonya ketahui dan belum sempat membaca arsip-arsip kasusnya.

Mereka terus menatap pria tersebut, yang kini tengah sibuk mencoret-coret semua foto yang ada disana. Dengan garis silang. Dia juga terus berbicara, menjelaskan semua penjahat yang beberapa tahun terakhir ini berhasil mereka tangkap dengan jelas dan begitu detail.

Ya, mereka semua adalah penjahat-penjahat yang sangat meresahkan masyarakat, sangat susah untuk di lacak dan di tangkap. Tapi Helmi dan tim berhasil memecahkan semua kasus-kasusnya dan menangkap para penjahat itu, yang tentu saja di komando oleh Batara.

Pria itu nampak tersenyum saat menatap foto Aditama juga Roky, yang tertempel bersebelahan. Dia juga mencoret kedua foto tersebut, kemudian membuat sebuah tanda panah di masing-masing foto. Mengarah pada kotak bertuliskan MR.NS.

"Aditama. Seorang pemimpin dari para bandit yang memperjual-belikan manusia, juga salah satu pengedar sabu terbesar di kota c.

Dia menutupi kejahatannya dengan membangun sebuah perusahaan, dan seolah-olah menjadi pengusaha sukses. Agar asal muasal hartanya tidak dipertanyakan. Tapi tidak bertahan lama, akhirnya kejahatannya terbongkar oleh Batara."

Pria itu membuat tanda panah ke sebelah kanan, tepat foto Batara tertempel. Dia tersenyum sinis. "Batara menembak mati Aditama, saat dia melawan dan berusaha kabur. Lalu setelah itu ...."

Lagi, dia membuat tanda panah yang kini mengarah kearah foto Roky. "Anak Angkatnya, Roky Aditama. Membalaskan dendam, dengan cara meneror isteri tercinta Batara. Dengan cara berpura-pura menjadi salah satu anggota."

Pria itu berdecak. "Dan bodohnya, kalian ter-bohongi."

Semuanya diam, apa yang dikatakan pria itu memang tidak salah. Mereka juga heran, kenapa bisa kecolongan? Bahkan Batara sekalipun.

"Jika saat itu kalian tidak fokus mencari tahu siapa peneror tersebut, dan tidak mengalihkan kasus yang saat itu sedang kalian tangani ke tim lain. Kalian akan sadar, jika mereka semua. Memiliki pemimpin yang sama, Mr.Ns."

Pria itu menunjuk gambar kotak berisi nama tersebut, kemudian mengetuk-ngetuknya menggunakan spidol. "Dia lah, pelaku utama dari semua kejahatan ini. Memang benar, jika semua penjahat yang fotonya tertempel disini tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi, mereka semua dikendalikan oleh orang yang sama. Termasuk Aditama juga Roky!"

"Maksud anda?" tanya Ardi dan Neo bersamaan.

Pria itu kembali duduk di kursi yang masih membelakangi yang lain, dia tersenyum sambil menoleh sedikit ke arah samping. "Kalian pikir, Roky memiliki kuasa, aset atau uang untuk membuat semua rencananya. Bahkan dia bisa menggunakan dan mencuri identitas orang lain untuk kepentingannya sendiri, lalu masuk kedalam anggota."

"Kami juga berpikir seperti itu, seharusnya Roky tidak bisa melakukan itu semua. Kecuali ...."

"Ada orang dibelakangnya, orang yang memiliki kuasa!" ujar Sonya, menyambung ucapan Neo.

Pria itu mengangguk, dan kembali berdiri. "Benar! Saya rasa sekarang, Batara juga sudah pasti mengetahui ini. Jika sebenarnya, Roky di arahkan dan dikendalikan oleh MR.NS, dia pasti diperdaya dengan alih-alih membantunya membalaskan dendam pada Batara.

Namun yang terjadi adalah, dia hanya dijadikan alat untuk mengecoh. Kenapa harus Batara? Karena tanpa Batara sadari, dia berhasil menyingkirkan pion-pion Mr.Ns satu persatu. Tentu saja hal itu, akan membuat bisnis nya ... ya mungkin, sedikit merugi."

Neo mengangguk-anggukkan kepala. "Dan komandan Batara waktu itu, juga sedang sibuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatan seseorang yang belum pernah terlacak. Orang itu sulit ditangkap dan di temukan, dia terus berhasil menyembunyikan keberadaan nya."

"Seperti belut," lanjut Ardi.

Sonya yang berdiri disampingnya mengerutkan kening, dia menoleh, menatap Ardi. "Kok jadi belut sih, Pak?"

"Loh, kan belut licin. Ya saya pikir, bagus untuk menjadi perumpamaan," jawab Ardi yang berhasil membuat Sonya memutar bola mata jengah.

Kenapa harus belut? Memangnya tidak ada hewan lain? Sonya merasa orang-orang ini aneh semua, ia juga takut ketularan aneh.

"Kamu benar!" seru pria didepan mereka. "Harus kita akui rencananya berhasil, membuat seorang Batara mengundurkan diri dari kepolisian. Dia pikir hanya Batara polisi cerdas dan berbakat, padahal masih banyak yang lebih dari dia. Saya contohnya."

Sonya, Ardi dan Neo hanya menghembuskan nafas jengah. Perasaan mereka tiba-tiba tidak enak, semoga saja apa yang mereka pikirkan tidak benar.

"Dan ... MR.NS mengirimkan kaki tangannya untuk mengambil barang bukti itu, agar semua kejahatannya tidak terbongkar. Saya rasa ... Helmi mengetahui siapa orangnya?"

Lelaki itu tersenyum miris, dia membalikkan badannya. Menatap Helmi yang sedari tadi hanya diam. "Bukan begitu?" tanyanya lagi sambil terkekeh.

"Tunggu! Tunggu! Sebenarnya anda ini siapa?!" tanya Neo, Ardi dan Sonya kompak.

"Saya Garendra, Komandan baru kalin!" jawab Garenda, kemudian mengalihkan tatapannya. Menatap wajah ketiganya secara bergantian.

TBC.

Hayyo lho? Ada apa ini? Bisa dipahami penjelasan diatas? Bisa dong masa enggak🙂


Uthor yakin gak bakalan banyak yg baca, saking yakinny Uthor janji sama temen bakalan ngasih dia uang 50rb kalau cerita ini rame 🙂🤣emang boleh seyakin itu?

B L A C K [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang