Melihatmu terbangun dan memelukku hanyalah tinggal khayalan.
~~~
"Arta? Sayang? Arta!?" seru ku sambil menggoyangkan badannya berharap Ia sadar kembali.
Namun nihil, Ia tak merespon sama sekali. Aku pun berteriak memanggil dokter.
Tak lama dokter pun datang dan memeriksa keadaan Arta. Ia mengecek nadi dan napasnya.
Dokter hanya menggelengkan kepala lalu menatapku.
"Gak.. Ini nggak mungkin! Arta ga mungkin pergi Dok! Dia udah janji nemenin Abel sampe kapan pun. Arta ga boleh tinggalin Abel!"
Aku mencoba menyadarkan Arta dengan rasa yakin bahwa dia akan sadar. Diriku yang tersadar menatap Arta pucat tak kunjung sadar pun memeluknya dengan tangisan yang kencang.
1 Bulan Kemudian...
Aku sedang membantu Mama didapur untuk membuat sarapan pagi hari ini.
Kak Devano menyiapkan piring dan gelas untuk hidangan yang akan disiapkan.
Masakan pun jadi, lalu Aku membantu Mama membawa makanan yang telah jadi ke meja makan dengan Kak Devano yang sudah duduk menunggu.
Setelah sekian lama, akhirnya kami kembali makan di satu meja yang sama meskipun tanpa Papa.
Pagi yang cerah, Aku rindu masa ini. Suasana cerah rumahku.. Aku merasakannya dan penuh suara dibanding sebelumnya yang bahkan cicak pun tak berani bersuara.
Setelah sarapan, Kami pun bersiap untuk pergi bersama-sama. Aku dan Mama mengambil tas dan Kak Devano memanaskan mesin mobil sebelum berangkat.
Setelah semua keluar, pintu rumah di kunci dan langsung masuk mobil lalu pergi.
~~~
Kami pun sampai di Taman Pemakaman Teratai untuk berziarah di kuburan Arta
Sebulan berlalu, kuburan Arta masih terhias indah dengan bunga-bunga yang tertabur diatasnya dengan rerumputan hijau yang disegarkan embun.
"Hai Arta, ini Abel dateng hehe. Arta gimana disana? Abel harap Arta tenang dan bahagia. Abel udah bahagia Ta, disini ada Mama sama Kak Dev buat liat Arta juga. Mama sama Kak Dev udah baikan tau, itu karena Arta. Arta baik banget sama Abel karena udah temenin Abel selama ini, makasih ya." ucapku tersenyum mengelus nisan tertuliskan namanya yang indah itu.
"Arta, ini Mamanya Abel. Abel sudah cerita semua tentang Kamu. Kamu pendamping baik banget untuk Abel, dan teman yang juga untuk Devano. Tante yang salah karena tinggalin mereka, Arta sudah berkorban banyak untuk keluarga Tante. Maaf merepotkan kamu Arta, Tante sangat berterima kasih sama Kamu." ujar Mama ikut tersenyum memandangi nisan Arta.
"Bro, maafin Gua. Lo baik banget, Gua tau Lo ga pergi dari kita. Lo bakalan selalu ada disisi kita, Lo ada dalam tubuh Gua. Ginjal lo bakal gua jaga, Ta, Gua bakal jadi imam keluarga yang baik. Gua bakal jagain Mama dan khususnya Abel. Gua ga bakal kecewain Abel lagi, Ta. Gua bakal berusaha jadi kakak yang baik buat Abel, makasih udah isi peran gua sebagai penjaga Abel selama Gua mengunci diri." ujar Kak Devano terharu.
"Hehe liat deh, Kak Dev nangisin Arta. Kak Dev jadi cengeng setelah Arta pergi tau" ucapku nyengir melihat Kak Devano.
"Apaan Kamu, siapa juga yang nangis" kata Kak Devano mengelak.
Lalu kami bertiga tertawa bersama melihat Kak Devano berusaha memalingkan wajahnya yang sedang menangis.
"Arta, bahagia disana ya? Arta pernah bilang, Arta bahagia kalo Abel bahagia. Jadi Arta harus bahagia disana. Abel dari sini bakal selalu doain Arta dan Abel bakal jalanin hari dengan ceria lagi seperti biasa." ucapku senyum semringah lalu pergi menjauh dari kuburan Arta bersama Mama dan Kak Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine
Historia CortaAku Arabella Kisyara Matahari, ini sedikit cerita dariku. Sejak Papa ku meninggal, Mama ku menikah dengan orang lain dan meninggalkan ku bersama Kakak ku yang kesehariannya hanya mengunci diri di kamar dan tidak ingin bertemu siapapun. . Keluargaku...