2. Terima Kasih Telah Hadir

17 1 0
                                    

Aku suka sendiri, tapi Aku benci kesepian.

~~~

"Aku yang salah"

Disaat Mama menenangkanku, suara itu terucap begitu saja dari Kak Devano yang sedari tadi hanya terdiam.

"Ngapain sih Aku nyuruh Papa ngebut? Baru juga telat berapa menit, gila Devano gila" lanjutnya kesal pada dirinya sambil membenturkan kepalanya sesekali ke kaca jendela ruangan Papa.

"Udah, ini bukan salahmu, berhenti menyalahkan dirimu" ucap Mama melihat ke arah Kak Devano.

"Engga Ma, kalo Aku ga nyuruh Papa ngebut ga bakalan gini!" tegas kak Devano lalu menangis sesegukan. Mama pun menghampiri Kak Devano untuk menenangkannya.

Baru saja bahunya di sentuh, Kak Devano mendorong Mama dengan kasar.

Aku sontak kaget dan mendorong balik Kak Devano," Kak Dev! Kamu ngapain dorong Mama begitu?".

Kak Devano hanya terdiam dan langsung berlari menjauh entah kemana.

Mama hanya menenangkanku dan menuntunku ke kursi lalu kembali menyandarkanku di bahunya.

Devano's Pov

Aku berlari menjauh dari Mama dan Abel sampai ke taman Rumah Sakit. Melihat kursi yang kosong, Aku pun mendatangi kursi itu dan duduk memikirkan kesalahanku.

"Ini semua salah Lo Dev, Gua benci banget sama Lo. Papa meninggal karena Lo, semua karena Lo".

Seketika Aku terdiam dan melamun dalam beberapa saat memandang ke rumput taman dengan pikiran penuh rasa bersalah.

"Ya, ini salah Lo Dev. Mending Lo menjauh dari semua orang, orang-orang pasti benci sama Lo".

Aku memutuskan untuk menjauh dari orang dan memilih untuk hidup sendiri. Aku tidak mau orang sial karena dekat denganku.

Gua benci diri gua.


Back to Abel's Pov

Bendera putih yang terpasang di depan rumah, orang-orang berdatangan meramaikan rumah, dengan Papa yang terbaring tak bernyawa di tengah-tengah pelayat.

Aku senantiasa di samping Papa bersama Mama yang menangis terisak-isak melihat Papa dihadapannya.

Kak Devano? tentu ada, namun dia duduk jauh di tangga entah kenapa dia menjaga jarak seperti itu.

~~~

Semua orang berbondong-bondong menuju pemakaman Papa dengan Aku, Mama, dan Kak Devano di belakang keranda Papa.

Orang-orang berpayung hitam menandakan hujan yang berjatuhan.

Setelah Papa selesai dikubur, para pelayat meninggalkan makam Papa dan menyisakan Mama, Kek Devano, dan Aku.

Aku dan Mama masih terduduk di samping makam Papa, sementara Kak Devano berdiri hendak meninggalkan kita.

Aku yang melihatnya ingin beranjak pergi berdiri dan menahan tangannya, "Kak Dev mau kemana?".

Langkah Kak Dev terhenti namun tak berbalik sama sekali. Dia langsung melepas kasar tabganku yang memegang lengannya.

"Ga usah lo tahan-tahan gue, gue mau pulang, Ga pantes gue disini"

Aku dan Mama sontak terdiam mendengar ucapan Kak Devano. Gue? Kak Devano tidak pernah pake Lo-Gue ke Aku selama ini.

"Kakak! kok bahasanya ke Adek kayak gitu?" Mama yang terkejut ikut berdiri dan mengernyitkan dahi sembari memandang Kak Devano.

You Are My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang