⇛chapter 2《黒川》

353 43 1
                                    




~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~

Suasana hening nan damai kembali melanda apartemen milik laki-laki Kurokawa itu setelah putri tunggalnya tertidur lelap. Tubuhnya dipenuhi oleh peluh keringat, ia belum mengganti pakaian sejak tadi karena mengurus putrinya yang tengah rewel. 

Waktu menunjukkan pukul 8 malam, dan Izana bersyukur karena Ichika dapat diletakkan diatas kasur setelah berjam-jam ia gendong. 

Senyuman tipis terukir dibibir lelaki yang kini telah menjadi seorang ayah. Rasa lelahnya terasa hilang begitu saja setelah melihat wajah tenang sang putri. " Bagaimana aku bisa terpisah dari putriku yang menggemaskan dan cantik ini . " 

Satu-satunya keluarga yang memiliki darah yang samanya hanya putrinya, tidak ada yang lain. 

Setetes air mata jatuh membasahi tangan kecil Ichika, dan pemilik air mata itu adalah Izana. Ia terus berpikir, bagaimana jadinya jika dulu ia tak bertemu dengan kekasihnya? apakah ia akan bertemu dengan putrinya juga(?)

" Apakah ada alasanku untuk bertahan selain untuk satu-satunya malaikatku ini. " gumamnya dengan lirih. 

Air mata turun begitu saja tanpa disadarinya. Ini yang selalu ia lakukan setiap malam, menangis dalam diam seraya menatap wajah putrinya. Memikirkan banyak hal tentang kehidupan, walau terkesan memuakkan bagi dirinya sendiri. 

Hanya bunyi jam dinding yang mengisi keheningan. Tak ada lagi ucapan yang keluar dari Izana, hingga ia memilih untuk bebersih lalu tidur saat waktu menunjukkan pukul 9 malam. 

Tangan kiri ia jadikan sebagai bantalan, dengan tubuh yang sepenuhnya menghadap Ichika. Untuk kesekian kalinya senyuman miliknya kembali terukir, tangannya terulur dengan jari telunjuk yang mengelus lembut pipi chubby Ichika.

" Selamat malam. " bisiknya yang kemudian tenggelam dalam lelap.

++++

Aktivitas hari minggu tak terlalu banyak, sehingga Izana memilih untuk mengajak Ichika yang telah berumur 4 bulan untuk pergi berbelanja bersamanya. 

Supermarket benar-benar ramai, tetapi untungnya tak membuat Ichika rewel karena sebelum itu ia telah meminum susu yang telah disiapkan oleh sang ayah. Bayi itu malah asik menatapi orang-orang yang berlalu lalang, sementara ia berada di gendongan Izana. 

Tak henti-hentinya Ichika berceloteh, membuat Izana dan orang-orang disekitarnya merasa sangat gemas. 

' Lihatlahh bukankah bayi itu sangat menggemaskan. '

' Kau benar, iris mata violetnya benar-benar indah '

' Rambut putih platinumnya pasti menurun dari ayahnya. ' seraya menunjuk Izana. 

' Hah?! pemuda itu ayahnya? bukan kakaknya? ' 

' Benar, dia masih terlihat sangat muda untuk menjadi ayah. ' 

Bisikan-bisikan orang dapat didengar oleh Izana. Ia merasa mereka semua terlihat bodoh, karena bisikan mana yang dapat terdengar dengan jelas apa lagi jarak diantara mereka yang jauh. 

" Abaikan saja mereka ya, Chika-chan. " ucapnya kepada sang putri. Seolah mengetahui ucapan sang ayah, bayi itu hanya mengangguk pelan dan kembali menggerakkan mainan miliknya. 

Izana bealih menuju bagian perdagingan. Ia membeli tak banyak daging, karena semua itu hanya untuk dirinya sendiri. Mengingat Ichika belum menginjak umur dimana ia mengonsumsi mpasi. " Chika-chan mau ikan? " tanyanya ketika menyadari bahwa putrinya sedari tadi terus menatap ikan yang masih dalam keadaan utuh. 

Ichika menggeleng, ia menyenderkan kepalanya pada dada sang ayah lalu menutup kedua matanya secara perlahan. 

Izana hanya dapat tertawa kecil tanpa suara. Ternyata putrinya tengah mengantuk dan tidur secara perlahan yang menurutnya terlihat sangat menggemaskan. " Baiklah, ayo selesaikan acara berbelanja ini lalu segera kembali agar Chika-chan dapat tidur dengan tenang dikasur. " gumamnya kemudian mengecup puncak kepala putrinya. 

" kawaii. " 

++++

Niatnya untuk segera beristirahat setelah membereskan belanjaan hilang begitu saja setelah kedatangan seseorang yang telah lama tak dilihatnya. 

Tatapan yang ditunjukkannya berbeda dari tatapan yang biasa ia tunjukkan ketika bersama sang putri. Tatapan hangat nan lembut berubah menjadi dingin dan datar. Kaki kanan ia letakkan diatas kaki kiri, tangannya menyanggang kepalanya. 

Untungnya ia telah menutup pintu kamar putrinya, sehingga kini ia hanya dapat berharap semoga sang putri tidak terbangun hingga 'tamu' itu pergi dari apartemennya. 

" Jadi, untuk apa kau kemari? Kisaki Tetta.










TBC....

Father And Daughter ( Kurokawa Izana )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang