⇛chapter 3《黒川》

314 45 1
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~Happy Reading~

Sedari tadi Izana hanya mengangguki ocehan Kisaki yang sejak awal membuatnya muak. pemikirannya terus mengarah pada keadaan Ichika, apakah putrinya itu masih tertidur atau telah terbangun. Sampai akhirnya saat Kisaki mengatakan bahwa ia akan pergi, Izana mulai tersenyum tipis. 

" Kita akan bertemu kembali beberapa bulan lagi. " ucap Kisaki yang hanya diangguki Izana dengan malas. 

setelah pemuda berkacamata itu pergi, Izana segera mengunci pintu apartemennya lalu berlari memasuki kamar. Ia melihat putrinya yang masih terlelap dengan nyenyak, bantal-bantal yang menahannya agar tidak jatuhpun masih ada pada tempatnya. 

" Betapa nyenyaknya tidur putriku. Tetapi syukurlah dia tidak terbangun saat masih ada orang itu. " gumamnya, kemudian mengambil jaket milik Ichika yang tadi dipakai untuk pergi berbelanja lalu melipatnya dan meletakkannya didalam lemari. 

Izana juga mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai, kemudian ikut berbaring diatas kasur untuk mengistirahatkan diri. Pikirannya kembali mengarah pada percakapannya dengan Kisaki beberapa saat lalu. 

" Apa yang akan terjadi dimasa depan? Apakah pilihan yang nanti kuambil benar? " gumamnya lalu menutupi matanya dengan lengan kanannya. " Sakura.... " dengan lirih ia memanggil nama sang mendiang kekasih. 

Baru ia ingin menutup mata, tiba-tiba saja Ichika menangis cukup keras hingga Izana beranjak dari tidurnya dan segera menggendong putrinya. Telapak tangan miliknya bergerak dengan lembut mengusap punggung sang putri, hingga bayi itu tenang . 

iris violet yang berkaca-kaca menatap sang ayah yang juga tengah menatapnya. 

" Kenapa putri papa yang cantik ini menangis? hm? " pertanyaan Izana tak dijawab oleh Ichika, bayi itu semakin mengeratkan pelukannya pada leher sang ayah. 

Izana pun hanya diam, ia tak berucap apapun lagi dan kembali menenangkan putrinya. 
" Papa tidak tau yang terjadi pada Ichika atau apa yang dipikirkan Ichika, tetapi.... Papa akan selalu berada disamping Ichika untuk menjadi rumah, sandaran, dan penjaga untuk Ichika. Papa sayang Ichika.... " Lelaki itu tau, bahwa putrinya belum paham apa yang ia bicarakan. Tetapi.... Izana ingin putrinya tau, bahwa ia memiliki seorang ayah yang setia akan berada disampingnya. 



++++



Pagi ini Izana dibuat gelisah oleh putrinya yang tiba-tiba terserang demam. Setelah menangis semalam, Ichika kembali tidur dan terbangun ditengah malam dengan keadaan baik-baik saja. Tetapi saat bangun di pagi hari, bayi itu menangis keras dan Izana merasakan bahwa tubuh putrinya menghangat saat ia gendong. 

" Apa yang harus kulakukan sekarang.. " gumam Izana setelah mengompres dahi Ichika dengan by* by* fever. 

Air mata menggenang di matanya, untuk pertama kalinya ia menghadapi situsasi ini. Rasa ingin menangis, tetapi dengan segera ia menampar kedua pipinya dengan keras. Seorang Kurokawa Izana tidak boleh lemah, untuk putri semata wayangnya ia harus kuat. 

Otak terus berusaha berpikir positif, tetapi hatinya tak henti-henti merasa gelisah. Sampai akhirnya ia memilih untuk membawa Ichika pergi ke dokter agar mendapatkan perawatan yang pasti. 

" Bagaimana kondisi putri saya? " tanya Izana dengan khawatir. 

Dokter melepaskan stetoskopnya lalu menggantungnya di leher. " Putri anda terserang demam karena kelelahan, saat ini kondisinya telah membaik setelah saya beri obat penurun demam untuk bayi. Apa mungkin.. anda sempat membawa putri anda kesebuah tempat ramai? " Izana mengangguk. Dokter itu menghela nafas pelan lalu tersenyum, " Keramaian dapat membuat bayi cepat merasa lelah hingga akhirnya terserang demam, apa lagi diumurnya yang masih berumur 4 bulan. Sebaiknya anda tidak mengajak putri anda kesebuah tempat yang terlalu ramai. " 

Setelah itu dokter berpamit undur diri. Sementara Izana terduduk diam seraya menundukkan kepalanya. telapak tangan yang berada diatas pangkuannya perlahan mulai basah akibat air mata yang terus jatuh dari matanya. 

' Bodoh... betapa bodohnya dirimu Izana. ' 

Mengigit bibir bawah hingga darah mengalir, mata bergetar dan kedua tangan terkepal begitu erat hingga kuku-kuku menusuk telapak tangan.

' Apa yang telah kulakukan.. bagaimana aku tak menyadarinya?!  Ayah macam apa aku. ' 

Terus merutuki dirinya sendiri hingga suara seorang suster menyadarkannya. 
" Anoo, Kurokawa-san... putri anda dapat pulang sekarang. " 

Izana mendongak dengan matanya yang memerah. Segera ia menghapus darah dan air mata yang mengalir lalu mengangguk. " Ha'i. " 

Hari itu, Izana mempelajari hal baru sebagai seorang ayah tentang putrinya. 

















TBC.....


Father And Daughter ( Kurokawa Izana )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang