03. Ternyata Sebahagia Ini

17 2 0
                                    


☆Same ★ Time☆


Pagi menjelang siang hari ini masih sama dengan keadaan malam kemarin. Suatu tragedi yang Lembayung kejutkan, ternyata sampai detik ini masih sama. Yang membuat Lembayung semakin bingung, bagaimana waktu, hari, tanggal, tahun dan memori yang sama, hanya saja segala kondisi dan keadannya yang jelas berbeda. 

Di tempat yang sama dengan terakhir kali Lembayung tutup mata terlelap, pagi menjelang siang ini Lembayung masih sama, di kamar yang terbilang mewah bagi dirinya. Jika saja tadi salah satu laki-laki yang ia ketahui sebagai kakaknya- tidak membangunkan dirinya, mungkin gadis itu masih terus tertidur. 

Ucapan kembarannya malam tadi masih terus terputar dalam benaknya-- ah, masih sangat aneh bagi Lembayung jika saja mengingat bahwa ia memiliki kembaran dan kakak laki-laki setengah lusin itu. 

Rivandra Bimayu Adiwiyata, kembaran dari Lembayung Nadesuya Adiwiyata, yang jika Lembayung pikir sangat aneh, bahwasannya namanya tak ada unsur kembarnya, hanya marganya saja. Oh tidak, Lembayung juga tidak tau mengapa Rivan mengatakan nama panjangnya dengan menyantumkan nama Adiwiyata- selaku nama ayahnya.

Lembayung memukul kepalanya pelan, "Gila, ini gila!" desisnya pelan.

"Yung! Sini kebawah!" suara dari luar kamarnya tak terdengar keras di pendengarannya, namun Lembayung yakini, laki-laki itu memanggil dirinya.

"Iya! Sebentar, mau mandi!" sahutnya dengan tubuh yang mulai menuruni kasur, Lembayung masih belum terbiasa dengan semua ini. Semalam, Rivan hanya mengatarnya ke sini tanpa memberi tahu saegalanya yang ada di sini.

Namun jika dipikir-pikir, Rivan juga tidak mungkin mengetahui.

"Jangan lama-lama!" 

Suara laki-laki lain, oh tidak, Lembayung sangat pusing.

Lembayung berusaha setenang mungkin, berupaya agar logikanya tetap jalan dengan baik. 

"Handuk! di mana, di mana handuknya!?" 

Lembayung menggerutu dalam hatinya, "Tck, ini di taruh di mana sih."

"Kamar mandi! biasanya orang kaya di drakor-drakor itu naruh handuknya di kamar mandi,"

Lembayung berjalan menuju kamar mandi yang memang malam tadi sudah ia hadiri, gadis itu bernafas lega saat menemukan handuk seperti dugaannya.

Lembayung tak mau lama-lama dalam kamar mandi, ia harus se-sopan mungkin di rumah orang, walau kenyataan yang ia terima bahwa rumah ini rumah milik keluarganya, yang artinya ini rumahnya juga. 

Lembayung bergegas keluar dari kamar mandi setelah selesai, gadis itu berjalan menuju almari besar yang ia yakini berisi pakain milik Lembayung.

Ah, Lembayung jadi memikirkan hal lain, sebenarnya siapa yang tinggal di kamar ini sebelum dirinya? dan, seperti apa wujud tubuh dan wajahnya? Kepala Lembayung sangat penuh dengan pertanyaan yang ia sendiri tak tahu jawabnnya.

Lembayung menggeleng, respon tubuhnya sangat pesat sekali.

"Wuoahh!" Begitu terkejutnya Lembayung setelah mendapati pakaian yang ia idam-idamkan. 

Gaun-gaun cantik yang sebelumnya hanya mampu ia pandangi di layar ponselnya, kini terpampang jelas di hadapannya. Lembayung membawa salah satu dress yang saat ini ingin sekali ia kenakan.

"Bagus banget," gumamnya dengan memandangi tubuhnya melalui cermin berukuran besar. "Aaaa, ini bagus bangett!" Lembayung kegirangan, tubuhnya seketika berputar-putar di tempat, ia begitu senang.

Same TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang