05. Ada Apa Sebenarnya?

9 2 0
                                    

☆Same ★ Time☆

Berhubung kemarin sore ada dua masalah di rumah, akhirnya Bunda menyarankan untuk go food saja. Makan malam anak-anak juga tidak bisa request, karena mereka tidak ada yang mau disuruh belanja. Yang biasanya belanja sedang KO, kembarannya jelas tidak mau jika hanya pergi sendiri, mau menyuruh anak gadisnya, tapi Bunda merasa kasihan karena hal Lembayung berenang di sore hari menjelang petang itu.

Pagi tadi semua hanya makan dengan nasi goreng, padahal Bunda sudah siap belanja, namun aksinya digagalkan oleh Kaisar dengan embel-embel manisnya.

"Yang belanja biar aku, Bang Kavi, sama Lembayung aja, Bunda."

"Ibunda ratu cukup di rumah saja seperti biasanya, bagaimana dengan pendapat Ayahhanda, betul atau betul?"

Dan tepat seperti kesepakatan pagi tadi, sekitar pukul dua lebih, Kaisar, Kavi, Lembayung dan juga Rivan sudah berada di supermarket langganan keluarga Adiwiyata berbelanja.

Rivan? Bocah itu ngotot ikut dengan alasan, "Lembayung kan ikut, aku sebagai kembaran yang baik, harus setiap saat di samping dia." Jadi mau tidak mau Kavi dan Kaisar menuruti apa kata adiknya itu, sebab bocah itu pasti tidak akan berhenti membicarakan hal itu sebelum diiyakan.

"Ini yang biasa belanja Bang Kai kan? Mau beli apa aja?"

Demi apa, suara Rivan lagi. Padahal baru mengambil keranjang troli, bocah itu sudah bertanya lagi.

"Ini lagi mikir, Pan." Sahut Kavi tanpa menoleh sedikitpun.

"Ayam, ikan, buah-buah, cemilan." usul Rivan dengan indra penglihatannya yang menyapu setiap sudut.

"Sayur juga, Pan." Imbuh Lembayung.

"Mau sayur apa kalian?"

Kaisar berhenti tepat di hadapan tempat sayur-sayuran hijau ditempatkan, membuat saudara yang lainnya ikut berhenti di samping dan belakangnya.

"Yang penting sayur, dan enak."

"Tapi, Pan. Aku kalau belanja mesti belinya apa yang dibutuhin-"

"Kapan kamu belanja, Dek??" tanya Kavi dengan raut wajah penuh terka.

Untuk kesekian kalinya, Lembayung salah bicara. Lagi-lagi ia tak tahu jika Lembayung yang satunya tak pernah berbelanja. Lembayung menelan ludahnya susah payah, "Eumm, game!"

"Di game aku belanjanya buat kebutuhan aja, s-soalnya koinnya ngga cukup." bohongnya lagi.

"Suka-suka kamu dah, aneh-aneh aja." sahut Kaisar. "Mesti ketularan sih Ipan ini?"

Rivan tertawa saja, walau dia ngga tau apa yang dikatakan Bang Kai benar atau tidak, tapi di benaknya setuju saja.

Lembayung mendekati sayur-sayuran, kemudian mengangkat beberapa jenis sayuran satu-persatu. Kepalanya mengangguk kecil beberapa kali, seolah-olah sedang memahami sesuatu.

Cek-creck

Lembayung reflek menoleh, mendapati Kavi yang memegang ponselnya mengarah padanya, di belakangnya ada Kaisar yang tersenyum ceria.

Cek-creck

"Pake bunyi lagi, etdah, Bang." protes Rivan. "Untung cakep, kalau jelek udah aku ketawain keras-keras." Imbuhnya lagi.

Tapi benar saja sih, wajah Kavi luar biasa tampannya, bahkan bisa saja ia menolak tiga sampai lima cewek yang mengutarakan perasaannya sekitar satu minggu sekali.

Sebenarnya Kavi cukup muak dengan itu, tapi mau bagaimana lagi, itu suatu hal keberuntungan yang tidak semua orang miliki. Lagipula, Kavi juga rutin merawat wajah, tubuh, hingga keseluruhan yang ia punya, jadi, wanita mana sih yang tidak terpincut dengan dirinya?

Same TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang