Hubungan Toxic? [21]

450 11 6
                                    

|| 21. Pembawa sial.  ||
===================================

Hallo, hallooo?!

Kawal cerita 'Hubungan Toxic?'
Sampe tamat, ya?

Heppy Reading All
===================================

UKS, lebih tepatnya di sofa yang ada di tempat tersebut.

Di sinilah Syazla dan Kenzie berada, dengan kepala Kenzie yang di sandarkan kepundak Syazla, sementara tangan kanan cowok itu mengenggam tangan si Reog kesayangannya dengan jempol yang mengusap-usap pergelangan tangan Syazla dengan lembut.

Kenzie sangat merasa bersalah. Karenanya, pergelangan tangan Syazla memerah, apakah ia sekuat itu mencengkram tangan Syazla tadi?

Sementara Syazla, gadis itu mengerucut 'kan bibirnya dengan kening yang di kerut  kesal. Ayolah ... Sudah sepuluh menit mereka hanya berdiam diri seperti ini, bukankah lebih baik jika dirinya masuk kelas saja?

Walaupun Syazla sudah menebak pasti saat dirinya kembali ke kelas hanya omelan dari Buk Fiani yang ia dapatkan, Tapi itu lebih baik dari pada ia di omelin oleh Pak Yery yang sebentar lagi akan bergantian mengajar dengan buk Fiani.

Di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Sebelumnya ada empat orang yang berada di sini, namun Kenzie malah mengusir mereka semua. Syazla cukup kasian kepada salah satu orang dari Empat orang tersebut, karna Syazla liat dia sedang terbaring lemas. Ck, pacar-nya ini tidak ada belas kasian sama sekali.

Syazla menoleh kearah Kenzie, masih sama, cowok itu masih mengusap-usap tangannya dengan tatapan kosong. Mengangkat tangan kirinya, Syazla mulai mengacak-acak rambut berantakan Kenzie. “Kak, aku mau ke-kelas,” celetuk Syazla memecah keheningan.

Kenzie menoleh, dengan dagu yang masih menempel di bahu Syazla, dengan kepala yang dimiringkan. “Mau ngapain ke-kelas? Ngak boleh, Sya. Liat tangan lo, memar kayak gini, ” gerutu Kenzie, enak saja gadis ini mau kembali ke-kelas. Bagaimana jika Syazla di suruh menulis banyak? Yang membuat Syazla lebih kesakitan, tentu saja Kenzie tidak mau.

“Itu cuma kemerahan, bukan memar,” bantah Syazla dengan intonasi sinis. “Ngak usah lebay, dehh.”

Kenzie merebarkan bola matanya lebar-lebar. Tadi Sayzla bilang apa? Lebay? Apanya yang lebay? Pergelangan tangan gadis-nya memerah dengan jejak cengkeraman yang masih terlihat jelas, apa lagi ada jejak kuku-kukunya di kulit Syazla. Ini pasti sakit untuk ukuran si bocah Koplok kesayangannya. “Lebay apanya, sih, Sya? Ta-”

Ucapan Kenzie terpotong.

“Intinya aku mau ke-kelas. Tangan aku kaya gini juga gara-gara kakak, kalo aku masih di sini entar aku di marahin sama Buk Fiani dan Pak Yery. Gara-gara kakak juga aku pernah dimarahin sama papa dan kakak-kakak aku berjam-jam. Itu semua ... gara-gara kakak,” seloroh Syazla dengan menatap Kenzie setajam mungkin. “Stop deh cari masalah di hidup aku, kayak pembawa sial aja.”

“Pembawa sial ...?”

Hening, setelah Syazla berucap panjang lebar ke-duanya hanya diam saling menatap. Mata Syazla mengkhusus tajam menatap  kearah Kenzie, sedangkan Kenzie yang di tatap setajam itu menatap kearah Syazla dengan tatapan yang sulit di artikan.

Setelah hening cukup lama di antara mereka berdua. Sebuah garis senyum tipis muncul di bibir Kenzie. “Yaudah, gue antar lo ke-kelas. Tapi sebelum itu, tangannya di kasih salep dulu, ya?” tutur Kenzie lembut.

Namun, tidak ada tanggapan dari Syazla, yang Kenzie dapatkan adalah rotasi mata malas dari Syazla, seperti enggan menatap ke arahnya. Melihat reaksi Syazla, Kenzie berdehem mencoba menghilangkan rasa gundah di hatinya.

Hubungan Toxic? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang