🎀Happy Reading🎀
••
•
•
•
•
•
•
Suara langkah kaki terdengar di tengah kesunyian kooridor kantor yang tampak senggang. Boruto berjalan sembari menenteng jas di lenganya.
Iris safirnya melirik jam tanganya. "Huh, aku harus segera menemui mereka agar aku bisa beristirahat sejenak," Boruto memijit pangkal hidungnya pelan. Sungguh ternyata menjadi seorang pemimpin tak segampang yang dilihat. Pasti ada saja hal yang harus di lakukanya.
Keadaan kantornya benar-benar sangat sepi hanya beberapa karyawan yang mengambil jam lembur kali ini. Boruto tersenyum tipis saat beberapa karyawan menyapa dirinya.
Boruto telah sampai di lantai dasar, dia berjalan menuju parkiran, di sana tampak supir pribadinya telah menunggu. Supir itu tampak membukakan pintu untuknya masuk.
"Silahkan Tuan,"
Boruto mengangguk, ia tersenyum formal. "Terimakasih." katanya.
Setelah memastikan Tuanya masuk, Supir yang bernama jugo itupun ikut masuk kemudian menjalankan kendaraan menuju ke lokasi yang telah tuannya itu tentukan.
Selang tiga puluh menit, mobil berhenti tepat di salah satu rumah mewah. Rumah salah satu rekan bisnisnya. Sesungguhnya Boruto tak ingin datang, tetapi mengingat orang ini sangat berpengaruh penting bagi kemajuan perusahaanya.
Boruto disambut hangat oleh pasangan yang seumuran dengan ayah juga ibunya. Pria muda itu berbincang kecil dengan mereka sebelum masuk ke dalam rumah.
Kini Boruto tengah duduk di ruang tamu. Ia dan pak Tadashi membicakaran perihal peluncuran produk dari Perusahaan Boruto yang sekiranya bisa di pasarkan dalam beberapa pekan depan.
Banyak hal yang mereka bicarakan, tak pula melulu perkara pekerjaan. Sesekali Pak Tadashi melontarkan candaan kepada Boruto. Mengatakan kepada pria muda itu kapan ia akan berkunjung dengan membawa seorang bocah bersama nya.
"Aku dan istriku sedang mengusahakanya, pak." kata Boruto di sertai senyuman tipis yang tampak menawan.
Istri dari pak Tadashi tampak terkekeh. "Ibumu pasti sudah tak sabar untuk menggendong cucu, nak"
Setelah beberapa saat berbincang Boruto berdiri, untuk berpamitan kepada mereka. Pasangan itu tampak menahan kepulangan Boruto, mengatakan jika makanlah lebih dulu, tetapi Boruto nenolaknya dengan sopan.
Sepeninggalnya dari kediaman pasangan baya itu Boruto melangkah menuju ke mobilnya. Ia mendekat ke arah jugo yang tengah menunggunya.
"Paman jugo, aku akan menyetir sendiri," kata Boruto dengan raut wajah tenang. "Jadi bisakah paman pulang sendiri?" lanjutnya bertanya.
"Tentu saja tuanku, tapi bagaimana jika nyonya Sumire menanyakan anda?" Jugo bertanya dengan sopan.
Boruto tampak diam sejenak, alasan apa lagi yang harus dia berikan kepada istrinya. Bukan sekali dua kali ini dirinya tak kembali ke rumah di saat malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy [BoruSara]
FanfictionRate 18+ [Tidak cocok untuk di bawah umur] ~On going Sarada, si gadis dengan wajah cantik nan rupawan. Tapi sayang, hidupnya tak seindah pahatan wajahnya. Hidup serba seadanya membuatnya sedikit tak puas. Ia ingin merasakan hidup tanpa memikirkan ba...