(01)

780 69 16
                                    

Pendingin ruangan yang diatur dengan suhu rendah tak memiliki fungsinya. Tidak ada yang berani membuka suara. Semua seolah menahan napas menunggu respon seseorang yang tak kunjung berbicara setelah presentasi selesai dilakukan.

Elias menatap sosok yang duduk bersandar di kursi besarnya sambil mengetuk-ngetukkan jari di atas meja. Dari raut wajahnya tergurat ketidakpuasan. Matanya menatap datar tampilan perencanaan sebuah pusat perbelanjaan di layar monitor LED yang direncanakan akan mulai dibangun dalam waktu dekat.

Sebagai ketua tim yang menggarap proyek itu, Elias tentu cemas. Berhasil atau gagalnya dia hari ini tentu akan berpengaruh terhadap karirnya. Dia sudah bekerja keras dengan timnya. Dan mereka telah melakukan semaksimal mungkin agar proyek ini berhasil.

"Buruk." Singkat namun berhasil membuat seisi ruangan terkesiap.

Dari kacamata mereka, perencanaan yang dilakukan oleh tim Elias sudah matang, terperinci dan sempurna. Entah bagian mana yang kurang sampai menyentuh kata buruk itu. Direktur mereka tak berniat untuk memberi tahu.

"Elias Yoon sepertinya kewalahan menangani proyek ini. Tidak kompeten seperti biasanya." Melalui sudut matanya, laki-laki itu melirik Elias dengan seringai meremehkan. "Saya ingin ketua tim perencanaan diganti. Pelaksanaan pembangunan akan diundur selama dua bulan. Kerjakan dengan efektif dan semaksimalkan mungkin. Atau saya anggap semua karyawan di perusahaan ini pada dasarnya memang tidak memadai dan perlu diganti."

Elias menghela napas kasar. Matanya menatap tajam pada sosok alpha yang sudah bersiap untuk meninggalkan ruangan tanpa payah-payah memperbaiki suasana yang mencekam. Auranya yang dominan mampu menekan siapa saja sampai tak berkutik. Termasuk Elias sendiri.

Ini bukan pertama kali baginya diperlakukan sekasar itu. Laki-laki itu selalu saja mengkritiknya habis-habisan di depan banyak orang. Seolah Elias telah membuat kesalahan fatal yang dapat membuat perusahaan bangkrut. Seperti apa yang Elias kerjakan selalu saja salah. Atau mungkin karena Elias adalah omega di saat seluruh karyawan laki-laki di perusahaan ini alpha dan beta.

Pergantian ketua tim tentu bukan hal mudah apalagi harus memimpin tim yang sudah solid sebelumnya. Dan dua bulan bukan waktu yang cukup untuk memulai dari awal. Andai saja mereka diberitahu apa yang saja yang harus diperbaiki sehingga pekerjaan menjadi lebih terbantu. Tentu saja, itu hanya harapan.

Rapat berakhir tak lama setelah Direktur yang masih sangat muda itu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Kini tersisa karyawan yang mendatangi Elias untuk membaginya sedikit semangat. Tak banyak, karena mereka juga harus menyemangati diri sendiri untuk menghadapi revisi besar-besaran ini.

Elias mencoba mengulum senyum untuk menandakan bahwa dia akan baik-baik saja.

Segelas air ditenggak sekaligus oleh Elias sampai tandas. Dia mengusap sisa air yang menempel di sudut bibirnya dengan kasar. Matanya panas dan tenggorokannya sakit menahan tangis. Demi apapun, dia membenci atasannya itu. Dia pandai membuat orang sakit hati.

Padahal demi proyek ini, Elias rela melewatkan banyak kesempatan untuk beristirahat. Dia bahkan hampir masuk rumah sakit karena abai dengan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya. Elias melakukan apapun karena dia ingin, meskipun sekali saja, pekerjaannya dapat diapresiasi dan dianggap memuaskan oleh sang Direktur.

Tapi apa boleh buat, Elias memang tak pernah diberi waktu untuk berbangga diri.

"Maaf karena membuatmu berada di posisi ini, Yoon." Isaac Park, Manager divisi yang mengamanahi Elias proyek ini tampak menyesal melihat bawahan yang diandalkannya itu dianggap tidak kompeten.

Isaac sendiri paling tau sehebat apa kinerja Elias. Itulah kenapa dia menyerahkan proyek ini karena yakin Elias lebih mampu dari siapapun untuk menanganinnya. Hanya saja terkadang Direktur di perusahaan mereka bertingkah menyebalkan.

The Love We Hope Exist | Paid Jeongjae FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang