11. Ha Joon? END

147 2 2
                                    




🐨Noonim 11. Ha Joon? END

“Aku tidak akan menjadi sok tahu, karena membaca hati adalah urusanmu. Mengetahui mauku adalah tanggung jawabmu. Lalu ketika kau tidak bisa, itu sepenuhnya salahmu untuk tidak menandaiku.” Seren bergumam dengan dirinya. Berjalan keluar dari kamar untuk menuruni anak tangga menuju ruang makan.

Di atas meja telah terhidang nasi goreng kimchi kesukaannya, secangkir teh hangat, serta jus jeruk. Dami juga menyiapkan semangkuk irisan buah yang dipotong dadu; beberapa apel, pir, serta anggur. Di sampingnya ada semangkuk kecil sambal gula merah, kacang tanah yang dihaluskan yang terlihat sedikit rasa pedas dari cabai.

Meski menyimpan rasa kesal, Seren masih menyembunyikan senyumnya karena setidaknya sang alpha cukup peka untuk mengambil hatinya.

Bagaimanapun rujak buah manis selalu sukses memperbaiki moodnya. Iya … nenek Seren adalah seorang asli Indonesia, tentu dia kenal makanan dari negara tersebut.

“Ck … dia pasti bertanya pada Ayah.” Lagi … dia bergumam lirih pada dirinya.

Pagi ini dia terbangun dengan tubuh yang sedikit lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya … untuk saat ini. Mual menyingkir untuk sementara, meski kedua payud*ranya masih terasa membengkak dan nyeri, juga … perutnya lebih ke arah begah mirip penuh dengan angin.

Setelah menyelesaikan acara makannya Seren segera mengetik sebuah pesan untuk Iseul, memberitahu bahwa dia tidak ke O’Fashion untuk sementara waktu karena alasan kesehatan. Bukankah semua bisa dilakukan secara online?

Meski alasan terbesar dari semua adalah rasa kesal yang merengkuhnya kuat. Dia tidak berpikir untuk keluar dan membenamkan setiap orang dalam kemarahannya. Seren bukan seorang yang bisa berkata manis, lalu kalimat yang terlontar dari mulutnya akan terdengar semakin kotor ketika rasa kesal mengeratkan ikatan pada jiwa pemberontaknya.

Menyadari rumah cukup sepi dia hanya berlalu untuk duduk di depan layar televisi menikmati acara yang bahkan tidak dia perhatikan. Jari-jarinya bergerak dengan lembut menggores batang pensil di atas kertas sketsa untuk beberapa desain baju yang sengaja dia lakukan manual.

Menggambar adalah terapi kesabaran yang setidaknya mampu memerangkap rasa kesalnya.

Lalu pikirannya kembali pada kejadian semalam di mana dia ditinggalkan begitu saja oleh Dami ketika matanya masih terasa lelap setelah kegiatan intim mereka. Lelah, mengantuk, dan tenggelam perlahan untuk tidur menjadi kebiasaan yang entah sejak kapan. Tapi … dia tidak suka ditinggalkan.

Ini mirip menggores harga dirinya. Seren menatap Dami sebagai seorang pribadi terlepas dari status sosial mereka. Namun … mungkin terlalu awal untuk menyimpulkan bahwa dia dan calon bayi di dalam rahimnya telah berhasil merengkuh kuat setiap hal dari wanita dominan tersebut.

Hati dan seluruh atensi Dami jelas untuknya, tapi mungkin tidak dengan pikiran dan tubuhnya. Terlepas dari tugasnya memastikan rasa aman dan nyamannya, Dami sesekali terlihat sibuk dengan layar laptopnya.

Wanita alpha dominan tersebut melakukan semua di sekitar Seren, lalu pemikiran bahwa hal tersebut hak sang asisten untuk menghibur diri menjadikan gadis omega ini melepas begitu saja.

Namun, entah apa yang sedang dipikirkan alpha tersebut karena kini telah hampir siang dan dia masih tidak terlihat di sekitarnya.

Getar ponsel menghentikan Seren dari tenggelam dalam nyamannya rasa kesal.

Sebuah pesan masuk, nama Gong Ha Joon terlihat di layar ponselnya.

Gong Ha Joon: “Apakah Nona Wilson masih kesal? Kenapa belum sampai juga? Aku menunggu di hotel Seoul. Kau terlambat lima menit, Noonim.”

Noonim - GxG 🔞 END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang