Bangunan yang sudah aku anggap kokoh, ternyata sudah hancur sejak lama.
^Aletta.P
P
P
PRissa yang ingin pergi ke kamar nya dengan membawa secangkir kopi susu kesukaannya, tak sengaja melihat sang Kakak tengah memandangi langit malam di bilik balkon villa tersebut.
Tanpa berfikir panjang, Rissa menghampiri Uka. "Malam ini indah ya, Kak.”
Uka yang mendengar suara Rissa pun menengok ke arahnya. Rissa memperdekat dirinya disamping Uka dan ikut memandangi langit malam. Terdengar suara hembusan nafas panjang dari Uka.
Pernyataan Rissa berhasil membuat Uka terdiam sejenak. Dengan senyuman yang menjuntai dari bibir Uka, sebuah kalimat ia lontarkan."Malam ini memang indah. Apalagi terlihat puluhan bintang yang bersinar bagai dunia dongeng dalam cerita. Ditemani oleh bulan yang memancarkan cahayanya untuk menyinari bumi. Belahan dunia menyaksikan betapa indahnya dan cantiknya langit pada malam hari ini. Malam yang paling ditunggu sebagian orang untuk mendapatkan ketenangan.”
"Lalu, kenapa orang-orang mencari ketenangannya dimalam hari?” tanya Rissa penasaran.
"Karena menurut mereka di malam hari adalah tempat untuk bercerita bagi orang yang tidak mempunyai tempat untuk bercerita. Ngerti?” jawab Uka yang semakin membuat Rissa bingung.
"Enggak...” balasnya sambil mengerutkan kening.
"Misalnya, Rissa biasa kalo cerita sama siapa?”
"Sama Kakak kalo gak sama Papa, Mama.”
"Orang-orang yang gak punya tempat buat cerita itu kebalikan dari Rissa. Mereka gak tau mau cerita sama siapa lagi kalo bukan sama malam hari. Bukan cuma malam hari tempat mereka buat cerita, ada juga yang cerita sama laut, sama cermin, bahkan cerita sama dirinya sendiri.” jelas Uka.
"Tapi kenapa mereka gak cerita sama keluarganya? Kaya Rissa kalo cerita sama keluarga.”
Pertanyaan Rissa membuat Uka berfikir panjang. "Gak semua keluarga bisa dijadiin tempat buat cerita Rissa.”
"Kenapa?”
"Kadang disaat seorang anak ingin bercerita kepada keluarganya, keluarganya tidak mendukung buat dia bercerita. Banyak dari orang tua yang hanya memikirkan pekerjaannya saja dibandingkan memikirkan anaknya. Jadi beruntungnya kita masih bisa bercerita sama keluarga.”
"Kasian ya mereka harus menahan perihnya kehidupan tanpa harus bercerita sama keluarga.”
Perkataan Rissa membuat Uka terkekeh geli, "Haha... Tau apa kamu soal kehidupan Riss. Kamu tu masih kecil dapet dari mana coba kata-kata itu.”
"Hiss Kakak ini orang lagi serius juga.”
Hanya gelengan kepala yang Uka balas. Mereka berdua kini melanjutkan memandangi langit malam.
*****
Ditempat lain, seorang anak perempuan sedang duduk menyendiri di pantai sembari menikmati semilir angin di bawah teriknya matahari, dengan pikiran kosong yang menemaninya.
"Kalo gue pulang sekarang pasti nyokap sama bokap gue lagi berantem. Gue bosen dengerin mereka berantem tiap hari.” ucap Aletta dengan suara kecil.
Pertengkaran yang setiap hari tidak ada habisnya telah membuat Aletta tidak ingin pulang. Tak ada kata damai dalam keluarganya. Selama ini Aletta selalu berusaha untuk mendamaikan kedua orangtuanya. Namun naas, usahanya nya selalu gagal dan gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUKA
Teen FictionIluka Ervanocean Maheswara. Pemuda yang berhati lemah lembut dan penyayang, mempunyai ikatan batin yang sangat kuat dengan lautan. Lahir dari keluarga yang memiliki kekayaan tiada Tara. Uka selalu mendapatkan Physical touch dan quality time dari ke...