17. Surat Wasiat

4 3 0
                                    

Holla gengss👋
Selamat membaca cerita yang mungkin buat kalian nangiss hihihi😁
Semoga kalian suka yaa🤩
MARKIBAC👉

Dalam selembar kertas itu bertuliskan kalimat yang tidak sempat Marvin dan Marisa katakan kepada Uka. Seketika suara detak jantung Uka terasa terhenti saat ia membacanya selembar kertas itu. Uka berusaha membendung air matanya agar tidak terjatuh lagi.

“DEAR ANAK KESAYANGAN PAPA DAN MAMA…

Hai Kak..
You know what LOVE means? Cinta adalah sebuah kata dengan berbagai macam arti didalamnya. Seperti kasih sayang, kebahagian, senyuman, kebersamaan, peduli dan masih banyak lagi. Apakah kau tahu sayang, hidup mu telah dipenuhi rasa cinta yang tak pernah akan ada habisnya. Sebuah cinta kami berikan selama kamu hidup dunia ini. Cinta yang kami berikan adalah cinta paling tulus. Papa dan Mama selalu memberikan mu kasih sayang sepanjang hidup mu agar kau tak merasakan hausnya kasih sayang saat kau berada jauh dari kami, Papa dan Mama selalu berusaha agar kamu selalu Bahagia disaat semua orang pergi meninggalkanmu sendiri, Papa dan Mama selalu berusaha membuat mu tersenyum saat dunia mu sedang hancur, kebersamaan selalu Papa dan Mama berikan agar bisa menjadi kenangan dan momen berharga yang dapat selalu kamu ingat, serta kepedulian yang selalu Papa dan Mama berikan agar disaat orang lain terjatuh dan membutuhkan pertolongan kamu dapat menolongnya.

Kak..
Papa dan Mama tidak bisa menjanjikan akan selalu Bersama dirimu. Jadi jika ada suatu hal yang tidak dapat diubah maka ikhlaskan dan relakan. Jangan jadikan semua itu menghilangkan semua rasa cinta yang telah kami berikan untuk mu. Jadi tetap hidup ya, tetap hidup demi whislist yang belum kamu capai, tetap hidup untuk semua hal yang kamu suka, dan tetaplah hidup untuk dirimu sendiri. Bertahanlah sampai kamu bisa mencapainya. Papa dan Mama akan selalu mendukung mu dan selalu Bersama dalam hati mu.

Kak..
Papa dan Mama sangat mencintai mu. I LOVE YOU❤️…

Berjalanlah tanpa mengenal rasa takut, ciptakanlah kebahagian baru agar kau dapat terus hidup.”

Hati Uka tersentuh, ia tak bisa berkata-kata lagi. Mulutnya seakan dibuat bisu dengan itu. ia menghembuskan napasnya dengan berat mencoba mengatur Kembali jantung yang sempat terhenti tadi.

“Pa, Ma. Uka janji, bahwa Uka akan tetap hidup. Berikan waktu sebentar untuk bisa menerimanya.” Lirihnya mencoba tersenyum.

Uka menyimpang selembar surat itu dalam saku celananya. Ia kemudian beranjak untuk beralih ke kamar Rissa. Sesampainya ia didepan pintu kamar Rissa semerbak harum menembus Indera penciuman Uka.

Uka lantas membuka pintu yang mendapati beberapa parfum yang tertata rapih diatas meja riasnya. Parfum-parfum itu adalah hasil percobaan untuk ia pilih mana wangi yang cocok dengan hari nya. Akhirnya Rissa memilih satu parfum Musk by Lilian Ashley yang wanginya seperti bayi.

Parfum itu terakhir ia kenakan sebelum pergi dari rumah untuk mengunjunginya. Wangi yang masih membekas sampai keluar kamar membuat Uka rindu pada Rissa. Ia meraih parfum beraroma bayi itu dengan genggaman tangannya.

Uka memandangi parfum itu dengan senyuman yang menjuntai dari bibirnya. Uka teringat bahwa dulu ia juga sering dipakaikan parfum Lilian itu oleh Rissa. “Kakak mau sekali lagi kamu pakai kan parfum ini ke baju yang kakak kenakan Riss.” Ungkap Uka sembari meletakkan parfum itu ketempat semula.

Pandangan Uka ditujukan pada sebuah buku diary dengan beberapa stiker yang tertempel disana. Ia lantas mengambil buku kemudian membacanya. Uka menemukan kata-kata indah dengan coretan tinta hitam yang rapih.

Ia juga menemukan sebuah foto dirinya dengan seorang Perempuan yang usianya tak jauh dari Uka. Mereka berdua berfoto sembari duduk membelakangi kamera dengan background lautan. Saat Uka mengamati foto itu, ia seperti taka sing dengan tempatnya.

“Jadi taman dekat Pantai itu yang sering Rissa kunjungi. Tapi siapa Perempuan yang berada disamping Rissa?” ujar Uka penasaran. Selama ini yang Uka tahu Rissa tak pernah bercerita apapun tentang Perempuan itu, wajar bila Uka merasa asing.

Saat Uka ingin mencari lebih dalam mengenai Perempuan yang ada dalam foto itu Bersama Rissa, terdengar dari arah bawah Bi Suci telah memanggilnya untuk menyuruhnya makan. ia kemudian segera mengembalikkan foto itu ketempat semula.

“Den Uka. Ayo Den makan dulu, makanannya udah Bibi siapin keburu dingin.” Panggil Bibi yang telah menyiapkan semuanya dengan baik.

“Iya Bi.” Sahut Uka singkat.

Ia segera menuruni tangga menuju meja makan. setelah Uka duduk, ia merasakan perbedaan yang cukup jauh dari sebelumnya. Biasanya ia makan bersama dengan Marvin, Marisa dan juga Rissa sembari bercerita. Namun kini semua menjadi sepi, hanya Uka yang tersisa di ruang makan tersebut.

Nafsu makan Uka sudah tidak enak lagi. Ia pergi begitu saja meninggalkan sepiring nasi yang sama sekali tidak ia sentuh. Bi Suci yang sedari tadi melihat Uka tak bisa memaksanya untuk makan. Karena ia tahu bagaimana perasaannya saat ini.

Bi Suci membiarkan Uka pergi untuk menyendiri agar ia dapat menenangkan pikiran nya. “Sebaiknya nanti saja aku memberikan surat wasiat ini kepada Den Uka. Saya tidak mau ia semakin bersedih saat membaca surat wasiat yang Pak Marvin titipkan pada saya.”

Uka yang telah sampai di kamar nya langsung menjatuhkan tubuhnya. Dengan posisi tengkurap ia menangis sesenggukan. Air matanya begitu cepat meresap pada bantal yang ia jadikan tumpuannya untuk menangis.

Rasa sakit yang berasal dari kepalanya akibat benturan keras kini mengalirkan Kembali darah kental. Uka yang menyadarinya sontak panik, ia mencari sebuah kotak P3K yang selalu Marisa siapkan dalam kamarnya.

Uka dengan sigap mengusap darah itu dengan tisu kemudian langsung ia obati dan menutupnya dengan perban. Uka beranjak dari Kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan tangannya yang terkena darah.

“Biasanya disaat aku terluka orang yang pertama memberi ku obat adalah Mama. Tapi hari ini Mama udah gak ada jadi entah sampai kapan luka ini akan sembuh.” Bisiknya kepada cermin.

Uka segera Kembali untuk beristirahat. Ia mengambil foto bersamanya dengan kelurga yang kemudian ia dekap dalam sebuah pelukan erat. Menatapi langit-langit plafon sembari menggerakkan tangannya keatas dan menuliskan kata “AKU RINDU.”

Matanya mulai terpejam pulas. Disaat Uka tertidur, Bi Suci menghampiri Uka untuk melihat keadaannya. Perasaan lega yang dirasakan Bi Suci membuatnya menghembuskan napas tenang. Bi Suci Kembali menutup pintu kamar Uka, ia tak ingin mengacaukan waktu istirahat bagi Uka.

Ketika Bi Suci sedang menuruni tangga, telepon ruma berbunyi. Bi Suci lantas mengangkatnya, “Halo, dengan siapa ini?” tanya Bi Suci ramah.

Orang yang menelepon lantas memperkenalkan dirinya. Hingga sambungan terputus saat perbincangan selesai. Bi Suci Kembali meletakkan telepon genggam rumah dan Kembali membereskan pekerjaan yang lain.

Perasaan Uka yang masih diselimuti dengan kesedihan membuat dirinya selalu merenung. Tapi siapakah orang yang ada dalam panggilan bersama Bi Suci itu?

Penasaran?
Mending pantengin terus untuk cerita selanjutnya🥳👉

ILUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang