07. Hilang yang Sementara

8 2 0
                                    


Yang hilang tak selamanya hilang. Bisa jadi ia menghilang hanya untuk sementara ini dan akan kembali lagi esok.

******
!
!
!

Jangan lupa spam komen & vote banyak-banyak 🥳

Rissa mulai membuka dan membaca buku diary tersebut. Ia tak menemukan nama pemilik dari buku diary tersebut. Ia hanya menemukan tulisan-tulisan panjang dan pendek yang dirangkai dengan bait-bait puisi yang indah.

Satu demi satu ia baca. Rissa membacanya dengan penuh penghayatan. Tiba-tiba air mata Rissa turun dengan cepat, membasahi pipinya.

"Siapa yang buat puisi sebagus ini? Sampai bisa sedalam ini." lirih Rissa mengusap air matanya.

Terdengar suara yang memanggil namanya dari kamar atas. Rissa kemudian cepat-cepat menutup buku diary itu dan kembali menyimpannya dalam laci.

Ia berjalan menghampiri suara yang memanggil nya tadi. Nampak Uka yang telah menunggu nya didepan pintu kamar atas.

"Dari mana Riss. Kenapa belum tidur?" tanya Uka mengangkat salah satu alisnya.

"Habis dari dapur Kak. Ambil minum tadi Rissa haus soalnya." jawabnya santai.

"Bener?"

"Iya Kak. Dari tadi Rissa gak bisa tidur, yaudah Rissa pergi kedapur aja buat minum air putih."

"Masuk!"

Rissa hanya bisa mematuhi perintah sang Kakak. Daripada ia nanti di interogasi lebih dalam, lebih baik ia mematuhi perintahnya dan kembali melanjutkan tidurnya. Mereka kembali tidur, suara hening kini menyelimuti ruangan kamar tersebut.

*****

"Aduh buku diary gue kemana ya. Kok gak ada sih dalem tas." gumam Aletta cemas.

Ia mengobrak-abrik isi tas nya, mencari buku diary miliknya yang entah hilang kemana itu. Ia masih berusaha untuk mencarinya, memeriksa disetiap sudut kamarnya.

Aletta mencoba mengingat terakhir kali ia memegang buku diary miliknya itu. Ia mengingat nya sembari memejamkan matanya diatas kasur, dan berharap dapat mengingat.

Setelah lama ia memejamkan matanya, tak ada hasil sama sekali. "Duhh.. gimana ini buku gue hilang. Gue juga lupa lagi terakhir naro nya dimana."

"Ayo dong ketemu buku. Jangan hilang, ayo balik!"

Aletta kembali mencari di segala penjuru rumahnya. Menanyakan satu persatu pembantu yang bekerja di rumahnya. Tak ada satupun yang tahu di mana buku diary miliknya itu.

Aletta mulai pasrah, namun ia tak bisa merelakan buku diary itu dengan cepat. Karena hanya buku itu yang mampu membuatnya merasa lega. Dengan mencoret kan tinta hitam yang berpencar dengan indah, ia mampu menorehkan rasa sakit yang selalu ia rasakan.

Ia pun berjalan kembali ke kamar. Saat ia hendak membuka pintu, tangannya ditarik sedikit kuat oleh pria paru baya dibelakang nya.

"Iihh... Lepasin!" berontak Aletta berusaha melepaskan cengkraman ayah nya itu.

"Ayok ikut Ayah. Cepet!" ajak Rudi menggeret tangan Aletta dengan cepat.

"Aletta gak mau Yah."

"Kamu berani ngelawan perintah Ayah?"

Aletta menghempaskan tangan nya yang di cengkram oleh Rudi dengan kuat. Ia berusaha sekuat tenaga agar cengkraman itu terlepas darinya.

ILUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang