Aku melirik jam yang ada di pergelangan tangan ku. Sudah jam 6 sore, sebentar lagi Maghrib. Aku membereskan pekerjaan ku setelah itu aku menghampiri Hani yang masih fokus dengan berkas-berkas yang ada di sekitarnya.
"Saya mau solat maghrib sebentar setelah itu kita pulang, kamu ikut atau mau nunggu di sini saja" Aku memberi Hani pilihan.
"Saya tunggu di sini aja pak, saya lagi enggak solat" Ucap gadis itu.
"Oh, saya ke musala dulu" Setelah itu aku meninggal kan Hani di ruangan ku.
Tak butuh waktu lama untuk solat, setelah limabelas menit aku kembali lagi keruangan ku. Aku menyuruh Hani menyelesaikan pekerjaan nya dirumah. Setelah berberes kami meninggalkan ruangan ku.
Aku berjalan menuju arah parkiran tempat mobil ku terparkir. Ku lihat kebelakang Hani masih berdiri di depan hotel.
"Kamu tidak pulang?" Tanyaku padanya
"Saya pulang naik taksi aja pak" Ucap gadis itu.
"Ayo saya antar" Ajak ku
"Tapi pak motor saya masih di kantor" Ucapnya lagi. Aku tau sebenarnya dia sengaja menghindar dariku. Tapi aku tidak akan membiarkan nya. Aku masih ingin melihat gadis yang sudah lama tak ku lihat itu.
"Saya bisa antar kamu pulang" Aku masih memaksa.
Terlihat dia sedang berpikir.
"Saya tidak mau di bantah, ayo!" Ucapku tegas. Akhirnya dia setuju.
Selama di perjalanan suasana masih canggung.
"Kita makan dulu" Ucap ku tiba-tiba.
"Tapi pak.. " Ucapnya ingin protes
"Tidak ada tapi-tapian. Saya tidak sekejam itu nyuruh kamu lembur tanpa di beri makan" Potong ku menghentikan ucapannya.
Aku memang sempat memesankannya minum ketika di hotel tadi. Tapi anggap saja ini cara ku agar bisa berbicara dengan nya.
Aku membelokkan mobil ku ke salah satu caffe yang ada di dekat situ. Setelah memesan beberapa makanan suasana hening kembali menyelimuti kami.
"Lama tidak bertemu" Ujarku memecah keheningan.
"Saya kaget ketemu kamu di kantor hari ini" Aku menatap Hani yang juga menatap ku.
"I.. Iya Pak. Saya juga kaget kalau bapak ternyata bos saya" Ucap Hani gugup
"Sudah berapa lama kamu bekerja di perusahaan saya? Kenapa saya tidak pernah melihat kamu sebelum nya?" Aku mengajukan beberapa pertanyaan
"Saya kerja udah tiga bulan pak" Terdengar suara Hani pelan tapi masih bisa ku dengar.
Aku menghela nafas melihat gadis di depan ku ini masih menunduk.
"Santai saja, saya bos kamu kalau di kantor. Tapi kalau di luar kamu tidak perlu terlalu formal pada saya" Aku mencoba membuat Hani nyaman
"Atau kamu takut ketauan pacar kamu karena makan malam sama saya?" Tanyaku memastikan
Hani menatap ku kemudian menggelengkan kepalanya
"Saya enggak punya pacar pak" Ujarnya
Obrolan kami terhenti, ketika pesanan datang. Aku mempersilahkan Hani untuk makan.
"Saya kira kamu masih punya hubungan sama Putra" Tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu saja
Raut wajah Hani berubah dingin ketika aku menyebut nama Putra.
"Saya udah lama putus sama bajingan itu" Ucap Hani datar. Tentu saja aku kaget mendengar Hani menyebut Putra dengan kata bajingan.
"Why? Bukannya kamu lebih memilih dia dari pada saya waktu itu" Sindir ku mengingat masa lalu, dari dulu aku selalu penasaran apa yang membuat Hani lebih memilih Putra dari pada aku
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hani
General FictionNasril Khairi, seorang pemuda yang cukup populer dikalangan wanita, tapi sikap dingin nya tak jarang membuat wanita menganggap nya pria yang sombong. Sedangkan Hani Pratiwi adalah gadis yang baik, ceria, dan mandiri, banyak lelaki yang menyukai nya...