Manusia hidup untuk satu hal dan yang lain. Ada yang hidup demi harta, ada yang hidup demi manusia lain, ada yang hidup karena sebuah abstrak. Bisa dibilang, tujuan hidup seorang bisa dilihat dari minimal satu aspek dari kehidupan mereka. Apapun itu yang mereka cari atau dambakan. Bagiku sendiri, melodi penuh cinta bersinandung tanpa henti di dalam hati dan pikiran yang kian kudengar adalah hidupku itu sendiri. Nadi yang berdenyut kencang, mengalirkan simfoni tanpa henti bak sungai Nil. Bait-bait elok yang mengungkapkan perasaan hati yang murni. Dengan penuh percaya diri; diluapkan seutuhnya dari dalam batin. Yah, mungkin saja semua sajak-sajak puitis ini tak akan bisa menggambarkan secara gamblang kecintaanku terhadap musik. Meski begitu, kupikir syair ini cukup jelas memancarkan semangat membara di batin ini. Sesuatu yang membuat hidupku utuh.
Namaku Nabila, seorang mahasiswi biasa dengan mimpi setinggi angkasa. Selain kegiatan kampus, hampir setiap hari kesibukanku sehari-hari disibukkan dengan musik dan puisi Hampir setiap hari aku hidup dan bernafas musik. Setiap jam, setiap menit, setiap detik tanpa henti. Saban hari menulis puisi, memeras otak untuk mencari notasi yang serasi, dan terkadang bernyanyi riang sendiri penuh suka hati. Di selang kesibukan dan huru-hara di dunia ini, musik memberikan nyawa dalam keriuhan dan kehampaan. Sebuah perasaan yang memicu zat-zat kimia dalam otakku mengalir. Walaupun harus kuakui bahwa kegilaanku terhadap musik ini kelewat obsesif, tapi hal kecil inilah yang membuat hidupku penuh dengan warna warni yang tersiratkan dari syair yang kutulis. Oleh karena itu, sejak aku pertama kali memegang gitar dari kecil, aku bermimpi untuk menjenjang karir di dunia seni. Memang jika dibandingkan impian-impian teman sebayaku, aku ini terlalu idealis mengingat betapa beringasnya industri hiburan di masa kini, tetapi kalau belum kucoba kenapa tidak? Plus aku telah menekuni hobi ini sejak SMP dan belum ada niatan untuk berhenti. Dan mungkin tidak akan berhenti meski kiamat sekalipun!
Jika musik adalah prioritas nomor satu dalam hidupku, prioritasku yang kedua mungkin adalah pacarku, Arya. Jika aku boleh jujur, dari eksteriornya, Arya sebenarnya lelaki yang sangat biasa-biasa saja. Wajahnya bisa dibilang rata-rata, tidak jelek dan juga tidak tampan. Perawakannya lugu dengan bentuk tubuh dan tinggi badan yang sedang-sedang saja. Dia masuk di perguruan tinggi yang biasa-biasa saja jadi level inteleknya pun tidak terlalu mencolok. Selera berpakaiannya pun bisa dibilang sangat simpel. Hampir nol besar soal selera fesyen. Sebatas kaos oblong dan celana panjang bahan hitam baginya sudah cukup. Di tambah rambutnya yang cepak pendek tanpa gaya yang berlebih, dia memang lelaki yang sangat apa adanya soal penampilan. Dia juga tidak terlalu kaya. Untuk kemana-mana dia selalu naik sepeda motor bebeknya yang sudah agak ketinggalan zaman dan isi dompet yang hanya cukup untuk kencan di cafe yang tidak terlalu borjuis.
Akan tetapi, yang membuatku jatuh hati kepadanya adalah sikap penuh perhatian dan kesabaran yang dia berikan padaku. Tiap malam, ketika aku tidak bisa tidur dengan keseriusanku menuliskan syair dan notasi lagu, dia senantiasa menemaniku meskipun dia punya kewajibannya sendiri sebagai mahasiswa. Tanpa lelah dia mengingatkanku untuk minum air secukupnya dan makan pada waktunya. Sangat sederhana tapi aku bisa merasakan ketulusannya dari hal-hal kecil semacam itu. Ketika aku berada di sisinya, hanya perasaan nyaman yang mengalir di sekujur tubuhku yang membuat bola mataku sulit berpaling darinya. Kehangatan yang polos dan halus bagaikan tisu kertas tanpa tekstur kasar di setiap permukaannya. Yah, meskipun bisa dibilang aku ini masih seorang rookie kalau soal percintaan, tapi bagiku, mempunyai pacar seperti Arya mungkin lebih berarti dari semua bait-bait puisi indah yang ada di dunia ini.
Hubungan kami baru berlangsung selama 11 bulan namun rasa ini berasa seperti selalu ada sepanjang hidupku. Mungkin agak dramatis pikirku jikalau kubilang bahwa perasaan-perasaan cinta memang bisa menembus ruang dan waktu. Terutama apabila perasaan itu bertengger belum lama di dalam hati seseorang yang bukan remaja lagi. Tapi cinta kekanakan itulah yang membuat diriku hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu Cinta
Novela Juvenil"Ketika kata-kata tidak bisa menyirat perasaanku padamu, mungkin puisi ini bisa." Hari jadi mereka semakin dekat, dan Nabila bertekad untuk memberikan hadiah untuk pacar tercintanya. Seorang mahasiswi yang sedikit canggung namun artistik dan ekspres...