01. The loneliness of growing up

289 40 0
                                    

Dulu ketika Rahesha masih kecil ia ingin sekali cepat-cepat besar. Ketika ditanya alasannya, anak kecil itu selalu menjawab, “soalnya orang yang udah gede punya uang sendiri, aku juga mau punya uang sendiri buat jajan banyak-banyak,” katanya. Tetapi setelah semakin lama semakin bertambah usia Rahesha ingin sekali kembali ke masa lalu dan mencubit bibir Rahesha kecil. Enak apanya, capek yang ada.

Rahesha memang tidak pernah merasakan apa yang namanya mencari uang, tetapi ia selalu melihat kakak-kakaknya. Rahesha selalu mengamati bagaimana capeknya mereka yang berkerja dan meraih cita-cita.

Disatu sisi Rahesha juga kesal, karena ketika kakak-kakaknya semakin besar waktu mereka untuknya menjadi berkurang. Buat apa punya kakak banyak tetapi waktu untuk bersamanya hanya sedikit.

Jairo-kakak tertuanya yang dulu selalu menemaninya sekarang menjadi sangat sibuk karena sudah menjadi pengacara. Lalu ada Yeza-kakak sepupunya yang sekarang memiliki dua pekerjaan sekaligus yaitu menjadi model dan seorang pengajar, yang membuatnya kadang jarang ada di rumah.

Rahesha juga memiliki satu kakak laki-laki dan dua kakak sepupu laki-laki yang yang sekarang menyandang status sebagai mahasiswa, ada Haksa-kakak laki-lakinya yang merupakan mahasiswa kedokterannya, Sabesta yang merupakan mahasiswa psikologi, dan Tharan yang merupakan mahasiswa DKV sekaligus gitaris dari sebuah band.

Rahesha terkadang meringis dan ikut merasakan bagaimana letihnya kakak-kakaknya. Itu menjadi salah satu alasan mengapa ia ingin sekali kembali ke masa lalu dan mencubit bibir Rahesha kecil.

Disatu sisi Rahesha bersyukur karena ia masih mempunyai tiga kakak yang tidak sesibuk kakak-kakaknya yang lain. Mereka masih menyandang status sebagai pelajar SMA. Ada Air-kakaknya dan Savero-kakak sepupunya yang sekarang sudah kelas 12, dan ada Elang yang berada di kelas 11.

Mungkin ditahun ini dan ditahun setelah ini Rahesha masih ada yang menemani. Tetapi ditahun-tahun selanjutnya ia tidak tahu nasibnya akan seperti apa, karena ia rasa ia akan sendirian. Walaupun Rahesha tahu ia juga mungkin akan menjadi sesibuk mereka di masa depan nanti, tetapi setidaknya ia ingin ada yang menemani seperti ia menemani kakak-kakaknya.

Sekarang Rahesha akan menjadi anak SMA, bergabung dengan Air, Savero, dan Elang. Ia juga akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kakak-kakaknya itu. Kalau kata Jairo, “biar nanti ada yang ngejagain.” Dan selanjutnya dibalas lemparan bantal oleh Rahesha sembari berteriak, “AKU BUKAN ANAK KECIL!”

Memang tidak ada sopan-sopannya sekali Rahesha ini ke orang yang lebih tua.

“Dek, semua kebutuhan buat besok udah lengkap belum? Cek lagi, siapa tau belum lengkap. Jangan sampe kamu baru sadar gak lengkapnya besok dan bikin semua orang repot. Besok Abang berangkat subuh jadi gak bisa ngurus kamu."

Rahesha mendengus setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Jairo. Tetapi walaupun begitu ia tetap menuruti apa yang kakak pertamanya perintahkan.

“Iyaaa iyaaa,” balas Rahesha malas.

“Lagian gue bisa kok ngurus diri gue sendiri.”

Tuk! Tuk Tuk!

Rahesha dan Jairo kompak menoleh ke arah pintu kamar Rahesha. Di sana berdiri seorang remaja yang memiliki tinggi yang menjulang, itu Air, kakak terakhir Rahesha.

“Kenapa?” Jairo bertanya. Ia yang awalnya mangamati Rahesha yang sedang mengecek tasnya itu beralih mengamati adik keduanya itu.

Bukannya menjawab Air malah duduk di depan Rahesha yang sedang berdiri itu, lalu menyatukan kedua telapak tangannya. “Maafin Kakak.”

Rahesha menatap Air julid, kenapa lagi kakaknya ini. Ia tahu jika kakaknya yang satu ini memang aneh dan sekarang keanehan apalagi yang akan kakaknya ini perbuat.

“Kenapa sih, Kak?”

“Maafin Kakak.” Untuk kedua kalinya Air mengucapkan maaf. “Kakak besok gak bisa berangkat sekolah bareng kamu,” lanjut Air yang berhasil menjawab rasa penasaran Rahesha dan Jairo.

Rahesha yang pada awalnya sedang dalam keadaan hati yang tidak baik atau kesal menjadi bertambah kesal. “Pasti gara-gara pacarnya lagi.” Rahesha membatin. Ia sudah tahu tabiat Air yang akhir-akhir ini sedang bucin-bucinnya.

“Kenapa?”

“Kakak berangkat sekolahnya sama pacar kakak.”

“TUH KAN!”

Air berdiri lalu memeluk sang adik. “MAAFIN, KAKAK!” Pekik Air sambil menggoyangkan tubuh Rahesha ke kanan dan ke kiri.

“Ck, iyaaa iyaaaa, nanti aku berangkat sama Ko Elo atau Bang Elang aja. Terus sekarang lepasin pelukannya, Kakak.”

Rahesha memberontak, berusaha melepaskan pelukan erat dari sang kakak, tetapi tidak berhasil. Ia kemudian menatap Jairo dengan wajah memelas, berharap kakaknya itu menolongnya. Namun, Jairo tetaplah Jairo yang merupakan salah satu dari jajaran kakak-kakak Rahesha yang jahil. Jadi bukannya membantu Rahesha yang tidak terlalu menyukai skinship, laki-laki berusia 24 tahun itu malah bergabung ke dalam pelukan Rahesha dan Air.

Hal itu menimbulkan pekikan kencang Rahesha yang berhasil mengundang kakak-kakaknya yang lain datang. Dan selanjutnya yang terjadi adalah kesembilan Arsaloka bersaudara itu berpelukan, dengan Rahesha yang berada di tengah.

“Tetep kayak gini ya, Kak, Bang, Ko.”

⭐⭐⭐

Notes:
Jairo, Haksa, Alistair (Air), sama Rahesha saudara kandung.
Yeza sama Savero (Elo) saudara kandung.
Tharan sama Abimanyu saudara kandung.
Sebasta anak tunggal

Diupdate selanjutnya aku usahain bakal update lebih buanyakkk

Oh iya, jangan lupa kasih bintang sama komen ya temen-temen!!!

Thank you for reading everyone (。♡‿♡。)

Pusat Arsaloka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang