02. Calon

46 5 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

~~ARASEA~~

Di Antara Asa, Rasa, dan Jiwa yang Hampa

《°~°》

-Author's POV-

"Baru pulang?" sambut sang Budhe dengan wajah geramnya. Alih-alih merasa terintimidasi atau bertingkah konyol, Sea memasang wajah flat-nya. Tentu saja itu membuat sang Budhe kian bertambah geram "sudah berapa kali Budhe menelponmu? Kenapa tak kau angkat?"

"habis daya" Wanita paruh baya itu menghela napas beratnya, sudah biasa, tak perlu kaget. Gadis dewasa di depannya itu memang keras kepala dan sudah menjadi hobinya-- ah bukan, lebih tepatnya sudah menjadi ciri khasnya, membuat sang lawan bicara naik darah.

"temui Dia, sudah dua jam Ia menunggumu" Lelah, Farah_Budhenya memilih melanjutkan langkahnya ke kamar sebelum jawaban sang keponakan membuatnya mengelus dada

"kenapa tidak Budhe saja yang menemani? Ini rumah Budhe, dan otomatis Dia tamu Budhe"

"tapi Dia mau ngomong penting sama kamu"

"suruh pulang aja, Sea sudah tahu maksudnya"

"SEA.....!"

*****

"Gimana kak? Yang ini beneran cakep kan?" Sea menatap gadis remaja yang tak lain adalah sepupunya itu dengan datar

"Gue nggak lihat" gadis remaja pecinta k-pop itu mendengus sebal. "seenggaknya kakak pasti ngelirik kan?" tanyanya lagi dengan menaik-turunkan kedua alisnya

"Nggak, udah ah pergi sana! Gue mau rebahan, capek!" lagi, gadis remaja itu mendengus dan kali ini terlampau sebal

"Sebenarnya kaka nunggu spek yang kek gimana lagi sih! Dokter tampan di reject, Dosen keren di reject, sekarang yang spek bidadara berkuda besi roda empat pun kakak masih reject? Kakak mau jadi perawan tua?"

Bugh

Nampaknya memang minta di lempari barang dulu baru pergi. Lihatlah, gadis itu segera mengambil langkah seribunya sebelum sebuah sandal bulu mengenai tubuhnya

Beep... beep...

_Sekarang apalagi? Hufftt..._ dalam hati Sea menggerutu kesal.

Gadis itu mengambil napas kuat-kuat lalu mengembuskannya dengan perlahan sebelum mengambil handphone-nya yang terus berdering sedari tadi dengan username yang sama, Bunda.

"Hallo-"

"Nduk, Kamu bali yo, Abi-mu gerah" (Nak, kamu pulang ya, Abi-mu sakit)

"Tapi Bun, sebentar lagi ada UTS, Sea harus-"

"iseh ameh tho? Ora sesok esok? Awakmu bali ndisek ing Jombang, Abi arep ngendhikan karo awakmu" (masih sebentar lagi kan? Tidak besok pagi? Kamu pulang dulu ke Jombang, Abi mau bicara sama kamu)

"Bicara di telepon kan bisa Bun, Sea-"

"Awakmu kok yo mbantah terus nek dituturi wong tuwo! Bali nduk, eling murkane wong tuwo kuwi yo ugi murkone Gusti! Bali, Iyan wes tekan kono tho? Awakmu bali karo dheweke"(kamu kok melawan terus kalau di kasih tahu! Pulang nak, ingatlah murkanya orang tua itu termasuk murkanya Allah! Pulang, Iyan sudah sampai sana kan? Kamu pulang sama dia)

Tut... tut...

Sea, gadis itu menghela napas untuk kesekian kalinya. Ya, begitulah komunikasi ibu dan anak satu ini. Mau bodo amat? Sayangnya Sea tak sepengecut itu.

"Ehm, mau ditemenin nggak kak? Mumpung Ifah libur nih besok"

"ck, jangan seeing nguping pembicaraan orang!" gadis remaja itu menyengir kuda, "jadi gimana, boleh?" Tanyanya dengan penuh harap

"Terserah" gadis remaja itu pun bersorak senang dan bergegas mengemasi pakaiannya. "Tungguin loh yaa.... jangan ditinggal!!" teriaknya membuat Sea memutar bola matanya malas

***
Farah tersenyum mengejek kepada sang keponakan yang kini turun sembari menggendong tas ranselnya. Sedangkan Sea tak menggubris Budhenya itu.

Di belakangnya, Latifah yang kerap dipanggil Ifah dengan senyum yang terpatri di wajah bulatnya, memeluk sang ibu untuk berpamitan

"jangan bandel nanti kalau disana" gadis remaja itu memasang sikap hormat layaknya tengah mengikuti upacara bendera. "Ay ay Capt! Ayo Kak kita berangkat"

"Sea pergi dulu" meski Sea akui attitude-nya sedikit minus, ingat hanya sedikit. Gadis itu masih menghormati sang Budhe yang dengan tulus mau merawat dan mencintainya. Sea tahu, menjadi singgle parent itu tak mudah, makanya, Ia kurang suka dengan yang namanya, cinta. Lihatlah, pernikahan yang di dasari dengan cinta sekali pun tak dapat berlangsung selamanya. Kenapa orang-orang begitu mengagungkan perasaan gila itu?

"Hati-hati ya Nak Iyan" oh, Sea sampai lupa dengan sosok lelaki ini. Kedua mata tajamnya sontak melihat lelaki yang katanya akan menjadi pasangan hidupnya itu.

Senyumannya cukup teduh, dengan lesung pipit yang menawan di kedua pipinya. Postur tubuhnya tidak terlalu tinggi maupun pendek, cukup tegap dengan bahu lebar dan dada yang bidang. Wajahnya? Ah tunggu dulu-kenapa dirinya melakukan semua ini?

_Gila! Sadar Sea! Lihatlah mereka menatapmu dengan jahil! Dasar bodoh!_

"Ehm, tunggu apa lagi Sea? Masih belum puas menatapnya? Ingat, kalian belum menikah, jadi dijaga tuh pandangannya, sampai melotot gitu" Farah dan sang putri pun terkekeh sedang lelaki itu berdehem singkat "kita berangkat sekarang"

"Aduh... udah jadi kita aja tuh Ma, hahaaha" pasangan ibu dan anak itu memang memiliki selera humor yang receh, Sea mendengus sebal melihatnya dan lebih memilih memimpin jalan keluar.

###

_Masya allah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Masya allah... Iyan nggak sabar meminangnya Abah, doakan Iyan ya semoga semuanya di lancarkan oleh Allah, amin_Zayyan Fahmeed D.

.
.
.

Tbc

Ikuti terus ya kisah Sea, happy a nice day😘
Jangan lupa tekan bintangnya ya bestie...

AraseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang