Bab 28 - Persiapan Menikah

496 18 0
                                    

Pov Nasril

Malam ini akan ada acara makan malam antara keluarga ku dengan keluarga Dewi. Beberapa hari yang lalu aku sudah menelpon ayah untuk datang ke pertemuan ini.

Kami akan membahas rencana pernikahan ku dengan Dewi. Katakanlah aku membuat keputusan gila. Tapi keberadaan Hani dikantor semenjak dua bulan lalu aku tau bahwa dia karyawan ku mulai mengusik perasaan ku. Intensitas pertemuan kami yang lebih sering membuat perasaan yang sudah lama ku kubur dalam-dalam perlahan muncul kembali. Apalagi aku tau bahwa dia sudah lama putus dengan Putra. Walaupun terkadang aku emang sengaja menyuruh nya melakukan ini itu, padahal itu hanya alibi ku agar dapat melihat nya.

Aku merasa bersalah dengan Dewi, dia sudah baik dan peduli padaku selama ini. Aku tak mau semakin menyakiti nya padahal dia adalah tunangan ku. Sehingga aku memutuskan untuk menikah dengan Dewi, mana tau setelah menikah bayang-bayang Hani bisa hilang dari hidupku.

Seminggu yang lalu aku menghubungi Dewi, memberitahu keputusan ku untuk mempercepat pernikahan kami. Aku menyuruh Dewi untuk menyampaikan hal ini kepada papanya. Dewi pun setuju, tapi entah mengapa perasaan ku mengatakan ada yang aneh dengan Dewi. Akhi-akhir ini dia jarang menghubungi ku, tidak seperti biasanya. Tapi aku berpikir positif mungkin dia sedang sibuk dirumah sakit.

Ayah sudah sampai di restoran, aku emang sengaja mengatur pertemuan ini di salah satu restoran ku. Aku tersenyum menyambut ayah.

"Nas, apa kabar?" Ayah memeluk ku singkat lalu menepuk bahu ku pelan

"Nasril sehat, ayah bagaimana?" Aku mempersilahkan ayah duduk.

"Seperti yang kamu lihat"

Aku memperhatikan ayah ku, rambutnya mulai memutih. Aku merasa sedikit bersalah, karena kesibukan ku membuat ku jarang mengunjungi nya.

"Ayah tak menyangka kamu sebentar lagi akan menikah, jika ibu mu masih hidup dia pasti bangga sama kamu"

Tiba-tiba aku teringat ibuku. Walaupun aku tak sempat melihat wajahnya langsung, tapi aku sangat menyayangi nya.

"Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab, setelah menikah beban mu akan bertambah" Pesan ayah

Aku mengangguk paham.

Tak lama, Dewi dan papanya datang. Oh ya aku lupa. Dewi sama seperti aku, kami sama-sama sudah kehilangan ibu. Bedanya ibuku meninggal waktu melahirkan aku, sedangkan ibu nya Dewi meninggal beberapa tahun yang lalu. Hal itu juga yang membuat ku yakin untuk menikahi Dewi, karena kami sama-sama kehilangan seorang ibu pasti dia lebih mengerti diriku.

"Maaf kami sedikit terlambat" Ucap Om Anto papanya Dewi

"Tidak apa-apa om" Aku menyalami papanya Dewi, begitu pun ayah. Kemudian Dewi menyalami ayah ku.

Aku mempersilahkan Dewi dan papanya duduk. Dewi menggunakan dress selutut, dia terlihat cantik meskipun sedikit pucat sepertinya dia kurang tidur.

Makanan datang, kami memutuskan makan terlebih dahulu baru membahas soal pernikahan.

"Om cukup terkejut waktu Dewi bilang kalau kamu mau mempercepat pernikahan kalian, tapi om senang" Ujar om Anto membuka obrolan.

"Saya pikir itu lebih baik, saya juga tidak berminat pacaran lama-lama om. Saya mengenal Dewi sudah cukup lama, dan kami menjalin hubungan hampir setahun, saya rasa itu sudah cukup" Jelasku panjang lebar.

Ayah dan om anto mengangguk setuju.

"Jadi kapan rencananya pernikahan kalian di adakan? Biar om bisa mengurus segala sesuatu nya" Om Anto menatap ku

My HaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang