OO2

467 65 12
                                    

Jisung mengikuti langkah Jaemin, tadi setelah kelas Jaemin langsung meminta Jisung untuk mengikuti dirinya. Kebetulan sekali setelah jam pelajaran Jaemin, mata pelajaran yang lain kosong tentunya itu semua karena guru-guru malas masuk ke kelasnya.

Lagipula semua orang juga tahu bahwa anak IPS itu jarang sekali memiliki guru di dalam kelasnya. Itu juga terjadi pada kelas Jisung yang jarang dimasuki oleh guru.

Jisung sedikit cemberut karena waktunya untuk tidur terganggu akibat Jaemin. Jisung menunduk, dia melihat ke arah ruang guru yang sudah ada di depan mata.

Tapi Jaemin malah melewati ruang itu, membuat Jisung kebingungan. Dia menatap ruang guru dan Jaemin yang berjalan. Jisung terus menatap secara bergantian kemudian mengejar Jaemin.

Jisung berlari kemudian mencegat Jaemin, dia menghentikan langkah Jaemin dengan berani menatap mata Jaemin.

"Pak, bukankah ruang guru sudah terlewat?" Tanya Jisung bingung dan menunjuk ruang guru yang sudah terlewat.

"Kita memang tidak akan ke ruang guru, kan sudah saya bilang kita akan ke ruangan saya!" Jelas Jaemin, dia tersenyum melihat wajah Jisung yang menggemaskan.

"Bapak punya ruang pribadi di sekolah ini?" Tanya Jisung heran setahu Jisung yang punya ruang pribadi hanyalah kepala sekolah, ketua komite, dan wakil kepala sekolah.

Jaemin tersenyum, wajah Jisung membuat moodnya naik secara drastis. Wajah menggemaskan dan mata indah yang berbinar itu benar-benar menghipnotis Jaemin, sama seperti waktu Jaemin pertama kali bertemu dengan Jisung saat anak itu berusia delapan tahun.

Jaemin mencubit hidung Jisung gemas, dia menyukai Jisung yang selalu penasaran akan suatu hal.

Jisung langsung memerah, dia langsung melepaskan tangan Jaemin pada hidungnya, dia menunduk, bibirnya mengerucut, jantungnya berdegup kencang.

"Saya punya ruang pribadi karena sekolah ini adalah milik keluarga saya," jelas Jaemin yang sudah sangat gemas dengan tingkah Jisung.

Menurut Jaemin, Jisung itu sangatlah imut bahkan Jisung diam saja Jaemin akan gemas sendiri kepada remaja tanggung yang berhasil menarik perhatian dirinya.

Jisung melotot, bagaimana caranya dia menghindari Jaemin jika guru mudanya ini memiliki pangkat di sekolah ini. Apakah Jisung harus pasrah dengan jalannya takdir? Tapi Jisung belum siap memiliki suami saat masih sekolah seperti ini.

Jaemin yang membaca pikiran Jisung hanya mendengus, kemudian tersenyum senang. Jisung-nya memang sangat menggemaskan tidak sia-sia dirinya lama menunggu Jisung jika hasilnya memuaskan seperti ini.
Tidak terasa kini mereka telah berada di depan ruangan Jaemin.

Jaemin membuka pintunya kemudian masuk, Jisung memasuki ruangan Jaemin dengan wajah cemberut, jantungnya berdebar kencang, perasaan gugup mendominasi apalagi saat mengingat mimpinya yang mengerikan itu. Hal itu membuat Jisung benar-benar tidak betah jika harus berada di dekat Jaemin apalagi berduaan dengan Jaemin di ruangan tertutup seperti ini.

'Kuatkan aku!' pekik batin Jisung.

Kemudian matanya memandang seluruh isi ruangan Jaemin, ruangan ini terlihat nyaman ada sofa panjang yang terlihat begitu lembut, ah jika Jisung tidur di situ pasti rasanya sangat enak. Sepertinya jika ada sofa ini di ruangan Jaemin maka Jisung tidak masalah untuk menetap di sini dalam waktu yang lama.

Jujur saja kasur di rumahnya sudah keras, tidak enak sama sekali. Karena Jisung tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli kasur baru, tidak jarang Jisung merasa sakit pinggang karena kasurnya itu.

Jaemin tertawa di dalam hati saat mendengar pikiran Jisung. Jaemin memang sengaja menaruh sofa di sana karena dia tahu bahwa kesayangannya ini memiliki hobi tidur.

Binar mata Jisung semakin besar saat melihat aquarium besar di ruangan Jaemin, dia melihat begitu banyak ikan hias yang indah. Jika begini Jisung sama sekali tidak masalah jika harus bolak balik ke ruangan Jaemin.

"Kau menyukainya?" Tanya Jaemin.

Jisung mengangguk semangat, dia tersenyum manis sekali. "Suka! Suka sekali, ternyata ruangan bapak sangat indah dan besar, ini keren!"

"Ya, aku tahu itu," ucap Jaemin, dia mengetahui apapun yang Jisung suka.

Jisung akan kembali membuka mulutnya jika saja tidak terdengar suara ketukan pintu, "Bapak ada tamu!"

Jaemin mengangguk, "Kau bisa beristirahat terlebih dahulu di sofa itu, aku akan mengurus tamuku!"

"Bolehkah aku tidur di situ?" Tanya Jisung.

"Lakukan apapun yang kau mau, anggap saja ruangan ini adalah milik kita."

Jisung mengangguk paham tanpa memikirkan perkataan Jaemin yang aneh dipikirannya saat ini adalah tidur, dia dengan senang langsung menghampiri sofa itu.

Jisung membaringkan tubuhnya, dia tersenyum manis saat merasakan betapa empuknya sofa itu. Kemudian Jisung berpikir jika mimpinya menjadi kenyataan itu artinya dia akan tinggal di rumah Jaemin kan?

Bayangkan Sofanya saja se-empuk ini, apalagi kasurnya. Sepertinya tidak rugi jika menjadi pasangan hidup Jaemin.

ManiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang