OO4

209 55 6
                                    

Jaemin membiarkan Jisung terlelap begitu nyenyak di sofa miliknya, Jaemin hanya memandang Jisung, matanya menatap Jisung dengan tatapan penuh puja. Menurut Jaemin, Jisung itu adalah definisi dari kecantikan itu sendiri, Jisung itu indah bahkan jika ada kata yang melebihi indah maka Jaemin akan menggunakan kata itu untuk mengungkapkan betapa luar biasanya paras yang dimiliki Jisung.

"Cantik, anak kecil yang dulu berani mengecup dahiku kini menjadi anak yang sangat cantik! Tidak sia-sia aku menunggumu," ucap Jaemin.

Jaemin kembali ke tempat duduknya, dia membiarkan Jisung tertidur bahkan saat bel tanda pelajaran akan kembali dimulai saja, Jaemin masih tidak membangunkan Jisung. Dia masih ingin melihat Jisung dalam waktu yang sangat lama.

Tidak terasa waktu berlalu begitu saja Jisung perlahan terbangun saat jam menunjukkan pukul 6 sore, itu artinya dia melewatkan seluruh kelas bahkan jam pulang sudah terlewat beberapa jam.

"Sepertinya aku tidur terlalu nyenyak, tapi ini bukan salahku! Salahkan saja sofa yang begitu nyaman ini," gumam Jisung pada dirinya sendiri.

"Sudah puas tidurnya, Jisung?" Tanya Jaemin dengan nada suara datar.

"Eh? Hehehe, iya pak. Malah puas banget," Jisung memberikan cengiran, dia benar-benar lupa jika dia tidur di ruangan Jaemin. Sepertinya Jaemin kesal karena Jisung membuat Jaemin tidak bisa pulang tepat waktu.

Jaemin hanya mendengar saat mendengar ucapan Jisung, anak ini terlalu blak-blakan. Lalu apa-apaan dengan pikiran bahwa dia marah? Hei! Jaemin mana mungkin bisa marah dengan makhluk yang sudah dia ikuti selama bertahun-tahun itu.

"Jadi Jisung, bapak ingin tahu apa alasanmu mengabaikan guru yang ada dihadapan mu? Apakah kamu melakukan hal itu kepada seluruh gurumu?" Tanya Jaemin.

Jisung menggeleng, "Saya tidak pernah melakukan itu, hanya saja..."

"Jadi hanya saya yang kamu abaikan? Apakah kamu tidak suka pada saya? Apakah kamu tidak mau punya wali kelas seperti saya?" Jaemin bertanya dengan nada menuntut, dia tidak suka dengan jawaban Jisung yang seolah-olah mengatakan bahwa hanya Jaemin lah yang dia abaikan tidak dengan yang lain.

Jisung tidak boleh mengabaikan dirinya.

"Bukan begitu pak, saya hanya sedang kepikiran sesuatu, saya tidak bermaksud untuk mengabaikan bapak! Lagipula saya juga suka kok sama bapak!" Jawab Jisung secara spontan, dia panik karena mendengar suara Jaemin yang penuh amarah.

Bisa bahaya jika Jaemin membenci dirinya, nanti Jisung tidak bisa menumpang tidur lagi dong di ruangan Jaemin.

"Benarkah?" Tanya Jaemin.

Jisung mengangguk, "Iya, pak!"

"Saya dengar kamu adalah anak penerima beasiswa ya?" Tanya Jaemin.

Jisung mengangguk, "Iya pak!"

Jaemin kini membuka dokumen yang berisikan transkip nilai Jisung, dia menyatukan alisnya tanda bingung, "Kenapa nilai ekonomi mu tidak pernah mengalami kenaikan? Jika seperti ini mungkin saja kamu akan kehilangan beasiswa,"

"Saya tidak terlalu paham dengan pelajaran ekonomi pak, dulu guru sebelum bapak biasanya memberikan saya kelas tambahan agar saya mengerti materi-materi pelajaran tersebut," jawab Jisung.

"Lalu kenapa kamu tidak bilang kepada saya?" Tanya Jaemin.

"Saya tidak ingin merepotkan bapak,"

Jaemin menghela napas, "Saya adalah gurumu, jadi saya harus bisa mendidik anak didik saya agar memahami apa yang saya ajarkan. Besok kelas tambahan untuk kamu akan di mulai,"

Jisung mengangguk, kalau ada kelas tambahan berarti Jisung masih bisa untuk numpang tidur di sofa Jaemin kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ManiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang