10. Kejutan

2.1K 34 5
                                    

Selamat membaca

Aku sudah tiba di bandara Adisucipto pukul sepuluh pagi. Langit begitu terang, seterang hatiku yang mendapatkan ijin cuti di hari Senin. Mas Galih belum aku beritahu bahwa aku sudah di Yogyakarta untuk menyusulnya. WA-nya aktif kemarin dan belum online lagi hingga saat ini.


Ting!


Esti


Kontak Esti muncul di layar.


Maaf baru balas, Bu. Saya baru sempat pegang HP. Bapak saya sudah baikan dan sudah sadar. Masih diobservasi dua sampai tiga hari. Saya ijin ya, Bu. Begitu bapak boleh pulang dari rumah sakit, saya kembali ke Jakarta.


Oke, semoga lekas sembuh untuk bapak kamu.

Send


Tidak mungkin mas Galih dan Esti memiliki hubungan. Aku saja yang berlebihan menebak-nebak. Aku yang parnoan karena bukan hal aneh lagi bahwa di luaran sana banyak terjadi kasus perselingkuhan. Paling banyak pasangan selingkuh dengan pembantu rumah tangga, mantan, dan juga teman kerja. Baru memikirkannya saja, kepalaku rasanya berkunang-kunang.


Untunglah aku ingat alamat hotel tempat Mas Galih akan menginap, saat ia bercakap-cakap di telepon dan aku mendengarnya. 


Aku memesan taksi dan langsung meluncur ke sana. Begitu tiba di lobi, aku mengonfirmasi nama Mas Galih. 


"Maaf, Mbak, tidak ada tamu hotel kami berna Galih Prasetya," kata resepsionis berwajah manis itu. Aku sontak terkejut. Tidak mungkin. Jelas aku mendengar nama hotel ini.


"Mungkin Mbak keliru. Coba dicek sekali lagi, Mbak," kataku penasaran.


"Baik, Mbak, mohon ditunggu ya." Aku mengangguk. Ia dan teman di sampingnya sibuk mengecek nama tamu dari layar komputer, sedangkan aku tengah berusaha menelepon Mas Galih. Namun, lagi-lagi aku dapati nomor ponsel Mas Galih tidak aktif.


"Maaf, Mbak, kamu sudah mengecek sampai tiga kali. Tidak ada tamu bernama Galuh Prasetya." Aku menunjukkan wallpaper ponsel yang belum sempat aku ganti. Wallpaper itu adalah fotoku dan mas Galih.


"Ini orangnya, Mbak." Aku memperlihatkan ponselku pada wanita itu. Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum.


"Mohon maaf, tidak ada tamu ini di hotel kamu." Aku menahan sesak di dada. Mas Galih berbohong. Tidak mungkin ia menginap di hotel lain. Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Kakiku yang sudah berada di depan pintu lobi otomatis, kini berjalan balik lagi ke depan meja resepsionis.


"Mbak, kalau tamu yang namanya Esti Purwaningsih ada gak?" tanyaku lagi. Bisa saja'kan, mas Galih bukan menggunakan namanya, tetapi nama Esti, untuk mengelabui keberadaannya. Tidak lupa aku menunjukkan foto Esti pada petugas itu. Sekali lagi wanita bersanggul cepol itu menggelengkan kepala.


"Tidak ada, Mbak." Aku mengangguk, lalu pamit undur diri. Bukan aku pulang atau mencari ke hotel yang lainnya, tetapi aku memilih duduk di sofa khusus tamu sambil menunggu, siapa tahu Tuhan berpihak padaku kali ini.


Satu jam terlewati. Lanjut dua jam, kemudian tiga jam. Sudah jam setengah dua siang dan suamiku belum terlihat batang hidungnya. Perutku mulai berbunyi, minta diisi. Aku hanya membeli roti di bandara tadi dan juga air mineral dalam tumbler-ku. Makanan dan minumanku sudah habis, tetapi Mas Galih tidak ada. Esti pun tidak. 


Kamu ke mana sih, Mas? Ponsel kamu gak aktif. Angkat telepon aku!

Send


Aku menunggu dengan tak sabar, ceklis abu garis satu itu, berubah menjadi garis dua biru, tetapi sepuluh menit menunggu, semua sia-sia. Aku menghela napas lelah. Notifikasi medsos milikku sejak tadi berbunyi. Aku akhirnya membuka isi notif itu tanpa semangat. Tiba-tiba aku kepikiran akun media sosial Esti. Wanita itu pernah bilang punya akun fezbuq, tetapi tidak begitu aktif. Aku mencari akun dengan nama Esti dan juga memeriksa fotonya.


Ketemu!


Aku mendelik senang saat aku menemukan akun milik Esti.


Huachi!


Belum sempat aku membukanya, suara bersin seorang pria, begitu membuatku terkejut. Dengan hati-hati aku mengintip dari balik sandaran sofa dan benar saja, Mas Galih baru tiba di lobi dan berjalan santai menuju lift, tetapi Mas Galih tidak sendiri, melainkan di belakangnya ada Esti yang mengikuti. Sialan, mereka berdua ternyata berbuat kotor di belakangku! Aku segera bangun dari duduk. Emosi sudah berada di atas kepala dan siap aku tumpahkan pada dua anak manusia yang tidak tahu diri ini.


Bersambung

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vitamin Stamina Pria di Laci Lemari Pembantuku)Sudah Tersedia Di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang