Happy reading
..
.
20 menit telah berlalu, namun pelajaran belum juga di mulai. Suasana kelas yang tadinya damai, kini menjadi bising karena beberapa siswa yang mondar-mandir juga beberapa siswa yang sedang berbincang bincang.
"Jam kos nih!" Ucap Artha. Lalu mulai memutar kursi nya untuk menghadap ke arah Vito juga Atlan.
Berbeda dengan senja, gadis itu kini sedang asyik mengobrol dengan gema dan juga seorang gadis yang senja tak tau siapa namannya.
"Gw Zella" ucap gadis tersebut yang saat ini berstatus sebagai teman sebangku gema.
"Gw gema" balas gema.
"Senja" singkat senja.
"Kalian kayaknya udah Deket banget ya, kalian...besti?" Tanya Zella ramah. sungguh, gadis itu memiliki senyuman yang manis.
"Bukan" jawab gema lalu diangguki oleh Zella.
"Kita lesbi lebih tepatnya" lanjut gema dengan wajah tanpa dosa. Spontan Zella dan juga Senja melebarkan matanya.
"Canda, hidup Lo serius Mulu" jawab gema menahan tawa.
"Lagian gw masih waras ya, gw bukan umat Nabi Musa" terang gema.
"Nabi Luth maksudnya?" Senja membenarkan.
"Eh" gema berpikir sejenak.
"Ngelag Lo?" Gema menampakkan cengirannya.
"CK, pelajaran apaan sih?" Teriak Vito yang sudah mulai kesal. Tau seperti ini lebih baik ia pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan.
"Ekonomi" jawab Atlan.
"Mampus, Bu Luk nih" ujar Vito.
Dan benar saja, wanita berambut merah itupun memasuki kelas tersebut. Sontak para murid menuju ke arah bangku masing-masing.
"Selamat pagi anak anak" sapa Bu Luky.
"PAGI BU!!" jawab semua murid kecuali Vito. Kini ia sudah memasang wajah kusutnya. Sepertinya memang cowok itu memiliki dendam tersendiri.
"Bu Luk hari ini cantik sekali seperti mermaid Ariel "
"CIEE~~" seperti biasa, gombalan maut dari Artha malah membuat kelas kembali ricuh.
"Cih, yang ada mirip siren" Vito bermonolog, namun hal itu di dengar oleh Artha.
"Lo cari gara gara lagi, gw gaplok" lirih Artha.
"Sttt... Sudah sudah, kita lanjut pelajaran ya!" Ucap Bu Luky.
Sungguh, jika seandainya saja Artha dapat meng zoom matanya lebih dekat, pasti akan terlihat wajah memerah Bu Luky karena salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
genartha
Teen FictionGadis itu menatap pantulan kaca yang berada di hadapannya. Menatap sendu dengan air mata yang siap terjun dari pelupuk matanya. Selalu saja seperti ini, padahal sudah menjadi rutinitas, namun kenapa perlu di tangisi. Bukan karena lemah, hanya saja h...