02:30
Bel yang di nanti-nantikan akhirnya berbunyi, menandakan jam pelajaran hari ini telah selesai. Semua murid berhamburan keluar kelas, namun tidak dengan Artha dan juga Senja.Senja yang sedang sibuk menyalin catatan matematikanya yang tertinggal sedangkan Artha hanya diam, dengan sabar ia menunggu bukunya yang dipinjam oleh gadis sebangkunya itu.
"nungguin gw?" Tanya senja karena menyadari bahwa sedari tadi Artha sedang memperhatikannya.
"Nggak" singkat Artha.
"Terus?"
"Nungguin buku" jawab Artha.
"Oh... Sorry. Lo pulang duluan aja, besok bukunya gw balikin" ucap Senja merasa tak enak dengan Artha.
Mendengar itu Artha terkekeh pelan.
"Canda, elah" ucap Artha, Senja mengangguk paham.
"Ekhem" deheman Vito berhasil membuat Artha menoleh.
"Dunia milik berdua nih, sampai nggak sadar masih ada kita" ucap Vito kepada Atlan, sedangkan Atlan tak menanggapi karena terlalu fokus membereskan barang barang nya.
"Lo nggak mau pulang?" Tanya Vito kepada Artha.
"Nanti" jawab Artha, Vito mengangguk paham.
"Hati-hati" bisik Vito tepat di sebelah telinga Artha.
"Kenapa?" Tanya Artha tak paham.
"Di kelas cuman ada kalian berdua" ucap Vito yang membuat Artha tambah kebingungan.
"Terus?, maksud Lo?" Tanya Artha dengan menaikkan sebelah alisnya.
Vito menghela nafasnya kasar, sepertinya ia salah lawan bicara.
"Jangan jadi laki-laki bejat" canda Vito dengan menepuk pundak Artha.
"Kita duluan" lanjut Vito lalu mulai berjalan keluar kelas diikuti oleh Atlan.
Artha berusaha mencerna ucapan Vito "dikira gw cowok apaan?" gumam Artha yang kini paham dengan maksud Vito.
Ia kembali menatap gadis yang saat ini berstatus sebagai teman sebangkunya. Nampaknya gadis itu masih berusaha untuk memahami rumus rumus tersebut. tanpa ia sadari, seulas senyuman kini terbit di wajahnya.
Sungguh luar biasa, Bagaimana bisa seorang Artha dengan mudahnya terpesona dengan seorang gadis yang berstatus sebagai teman sebangkunya, padahal belum genap sebulan mereka saling mengenal.
"Ngapain ngeliatin nya kayak gitu?" Tanya Senja dengan pandangan yang tak teralihkan dari catatan nya.
Mendengar itu senyuman Artha memudar seketika, ia jadi teringat dengan ucapan Vito. Oh ayolah, perkataan itu membuatnya menjadi sedikit canggung.
"Ekhem...g-gw...lo-lo habis ini Free?" Entahlah, hanya ucapan itu yang dapat keluar dari bibir Artha.
"Habis ini gw ada kerjaan, kenapa?" Tanya Senja.
"Ng-nggak tadinya gw mau..." Ucap Artha yang terpotong karena Senja yang saat ini malah antusias mendengarkan jawaban dari Artha.
Jangan tanyakan ada apa dengan Artha hari ini. Ia juga tidak tau ada apa dengannya sehingga jantung nya benar-benar berdebar sadari tadi.
Kedua netra itu saling bertemu. gadis bermata coklat itu menatapnya lekat, hal tersebut membuat Artha tak dapat mengendalikan detak jantungnya.
Cahaya dari celah-celah ventilasi yang menyorot ke arah wajah gadis tersebut membuatnya lebih tampak menawan.
"Mau...apa?" Pertanyaan Senja yang berhasil membuyarkan lamunan.
"Ha?...tadinya gw mau...mau ngajakin Lo ngobrol aja, karena kalo di pikir pikir Lo semakin hari semakin sinis ke gw" sial, padahal bukan seperti itu niat awalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
genartha
Teen FictionGadis itu menatap pantulan kaca yang berada di hadapannya. Menatap sendu dengan air mata yang siap terjun dari pelupuk matanya. Selalu saja seperti ini, padahal sudah menjadi rutinitas, namun kenapa perlu di tangisi. Bukan karena lemah, hanya saja h...