Kami sudah sampai di kantor Wedding organizer yang akan mengurus pernikahan ku. Aku keluar dari mobil di ikuti oleh Hani. Dia masih menatap kantor yang ada di depan kami. Saat akan memasuki kantor Hani mencegat langkah ku.
"Tunggu dulu, kita ngapain kesini pak?" Tanya gadis itu kebingungan. Aku emang tidak mengatakan apa-apa saat mengajaknya kesini.
"Kamu ikutin saya saja" Ucapku.
Dengan berat hati Hani mengikuti masuk kedalam.
Aku pun tak tau kenapa aku mengajak Hani menemani ku kesini. Ide itu muncul saat aku melihat Hani dan Reza saat akan ke kantin, aku tak suka melihat dia dekat dengan Reza. Entahlah padahal seminggu lagi aku akan menikah dengan Dewi. Anggap saja aku sedang menikmati waktu ku dengan Hani sebelum aku menikah dengan Dewi.
Kami di sambut oleh resepsionis.
"Selamat pagi mas, mbak. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya mbak resepsionis ramah
"Saya sudah buat janji dengan buk Fitri untuk meeting siang ini" Ucapku
"Atas nama siapa kalau saya boleh tau?" Tanya resepsionis itu lagi.
"Nasril Khairi dan Dewi Chintia" Ucapku.
"Bisa ditunggu sebentar ya mas, mbak" Aku menganggukkan kepala.
Setelah itu mbak resepsionis menelpon seseorang.
"Bapak mau nikah?" Bisik gadis di samping ku yang dari tadi hanya diam
"Hemm" Gumam ku yang masih di dengarnya
"Kok bapak enggak ngajak calon istri bapak sih? Malah ngajak saya" Ucap Hani masih berbisik
"Dia sibuk" Ucapku datar.
"Aneh banget" Gumam gadis itu yang masih bisa ku dengar.
"Silahkan mas dan mbak ikuti saya keruangan buk Fitri" Mbak Resepsionis membawa kami ke lantai 2 bangunan ini.
Setelah mempersilahkan aku dan Hani masuk, mbak tadi pergi meninggalkan kami.
"Silahkan duduk pak, buk" Ujar buk Fitri.
Aku mendudukkan diriku di salah satu sofa, lalu Hani duduk di samping ku. Sedangkan buk Fitri duduk di sofa seberang kami.
"Ibu dan bapak sudah tau tema untuk pernikahannya apa?" Buk Fitri menatap kami berdua.
"Kamu mau tema apa?" Tanyaku pada Hani. Jujur aku kurang mengerti mengenai tema dan segala macamnya. Untung saja aku membawa Hani tadi kesini.
"Engg.. Boleh saya liat dulu contohnya bu?" Ucap Hani
Buk Fitri mengangguk kemudian melangkah kemejanya mengambil beberapa laptopnya dan beberapa dokumen mirip album foto.
"Bapak ngapain tanya saya? Saya mana tau kan bapak yang mau nikah" Bisik Hani di dekat ku.
"Kamu pilih saja sesuai keinginan kamu" Sahut ku sedikit berbisik.
"Kalau pilihan saya enggak cocok sama selera calon istri bapak, jangan salahkan saya kalau calon istri bapak ngamuk" Bisik gadis itu lagi
"Saya percaya sama kamu, dan panggil saya mas masa sudah mau nikah kamu masih manggil saya bapak" Celetuk ku pelan
"Bapak yang mau nikah bukan saya" Protes gadis itu.
"Kamu ikutin saja kata-kata saya atau gaji kamu saya potong" Ancam ku
Mata Hani menjeling tajam ke arah ku.
"Kita harus terlihat seperti pasangan pada umumnya yang akan menikah, atau siap-siap gaji kamu saya potong" Ucap ku lagi.
Aku melihat Hani mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hani
General FictionNasril Khairi, seorang pemuda yang cukup populer dikalangan wanita, tapi sikap dingin nya tak jarang membuat wanita menganggap nya pria yang sombong. Sedangkan Hani Pratiwi adalah gadis yang baik, ceria, dan mandiri, banyak lelaki yang menyukai nya...