03

40 14 13
                                    

Haii aku kembali dengan cerita mas Reksa dan kawan-kawan 😋😋

TANDAI KALAU ADA TYPO!!

Happy Reading





"Wes ndang mlebu ayo, selak telat." ujar Reksa lalu berjalan dahulu diikuti Arfan yang juga berjalan di sampingnya. (Udah cepet masuk ayo, keburu telat.)

Kelvan, Rendra, dan Ethan yang sebentar lagi akan ribut itu pun segera berjalan menyusul kedua temannya.

Belum ada tiga meter mereka berjalan, tiba-tiba datang seseorang yang sangat sangat tidak asing bagi mereka.

"LOH, PANDAWA NYA AKUH?! IHH KITA KETEMU WAW! EMEZING!!"

Teriakan melengking itu sontak membuat Reksa dkk terdiam mematung, terutama Arfan. Bahkan lelaki itu sampai menahan nafas saking terkejutnya. Mereka jelas sangat tau siapa pemilik suara mercon itu. Sebenarnya mereka heran, kenapa orang itu selalu ada dimana-mana? Bahkan di parkiran Universitas Grenada pun ada?! Apa mungkin dia selalu keliling jogja setiap harinya???!!

Seseorang yang berteriak tadi langsung menghampiri kelima laki-laki itu. Lalu dengan entengnya kedua tangannya menyentuh kedua pipi Arfan.

"Ihh kok bubub Arfan tambah gemoy rek?! Ihhh!! Kan jadi gemes akutuh!" ujarnya dengan gemas.

"Ck, jancok!" Arfan mendesis marah. Sedetik kemudian ia langsung menghempas tangan yang berada di pipinya. Lalu menatap tajam sang pelaku.

"We ngopo anjir?! Ndue tangan kok ra toto blas! Lanangan nggateli!" ujar Arfan pelan namun tajam. Perkataannya mampu membuat Riya, si bencong kaleng diam tak berkutik. Bahkan ia memegangi dadanya dramatis. (Kamu ngapain?! Punya tangan kok ngga sopan! Laki-laki kegatelan!)

"Hiks a-a-ak-aku ka-kan cuma-" ucapannya terpotong saat Rendra bersuara.

"Rausah kakean cangkem. Tak platok ndasmu!" potong Rendra. Lalu tangannya dengan santai mencubit kecil lengan Riya hingga membuatnya refleks berteriak merdu. Merusak dunia. (Gausah banyak omong. Aku belah kepalamu!)

"Iihhh!! Kesel deh ah! gek loro tenan cuk!" Riya menggerutu seraya mengelus pelan lengannya yang dicubit oleh Rendra. Lalu bergegas pergi meninggalkan parkiran Universitas dengan kaki yang dihentak-hentakkan (Mana sakit banget!)

Setelah drama bertemu Riya si bencong kaleng tadi, kini kelima mahasiswa baru itu sudah berkumpul bersama maba lainnya. Mereka mengikuti jalannya acara dengan tenang dan tertib. Kecuali Kelvan dan Ethan yang sedari tadi sudah seperti cacing kepanasan. Pasalnya sudah dari pagi sampai tengah hari mereka dijemur di tengah-tengah lapangan dengan panas matahari yang menyengat kepala mereka. Sebenarnya bukan hanya mereka berdua saja, tetapi banyak maba lain yang juga sewot seperti mereka. Bahkan ada yang tertidur dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya untuk menutupi mata dari teriknya matahari.

"Eh bro lu kepanasan nggak sih? perasaan dari tadi anteng aja kaya nggak ada tampang-tampang kepanasan." tanya salah satu maba yang duduk di samping Reksa dengan logat medoknya. Ia sungguh heran dengan Reksa yang dari pagi sampai tengah hari yang terik ini, ia sama sekali tidak mendengar keluhan dari laki-laki di sampingnya ini. Apa dia tidak merasa kepanasan seperti yang lain? pikirnya.

Reksa yang merasa pertanyaan itu diajukan untuknya lantas menoleh. "Panas, banget malah. Tapi ya gimana, sebagai maba harus berperilaku positif. Tetep merhatiin depan misalnya? ya walaupun kita ngga di perhatiin mereka sih." jawabnya lalu meneguk air putih. Sungguh, tenggorokannya terasa perih, bahkan untuk bicara saja rasanya malas kalau tidak ditanya tadi.

Laki-laki tadi berdecak lalu menjulurkan tangannya, "Hebat! Oh ya kenalin, nama gue Bem. Kalo nama lu siapa bro?"

Reksa mengangguk lalu menerima uluran tangan Bem dan menjawab, "Reksa Pranaja. Panggil Reksa aja."

Kelvan yang mendengar percakapan kedua nya pun lantas menyahut. "Halah gayamu le le, Bambang Tulus Cahyadi ki wes jelas wong Jowo. Sok-sok an nggo lu-gue johhh ra masok blas!" cibirnya sambil membaca nametag yang tergantung di dada Bem. Memang jantan satu ini julid nya ngga ketulungan. Plus ngga pernah ngaca. Padahal dirinya juga sering pakai lo-gue, cih. (Halah gayamu, Bambang Tulus Cahyadi itu udah jelas orang Jawa. Sok-sok an pakai lu-gue nggak masuk sama sekali!)

"Ngoco nyet! Koe yo iyo anjir!" sahut Rendra tak kalah julid. (Ngaca! Kamu juga iya!)

Bem yang merasa di ejek oleh Kelvan lantas mengalihkan pandangannya ke depan sambil mendengus kesal. Malu cuy. Reksa hanya terkekeh melihatnya. Sedangkan Kelvan? ia sudah menjepit kepala Rendra di ketiaknya.

"Uhuk! Edyan ambune! adus ra koe ki Van?!" ujar Rendra setelah kepalanya berhasil bebas dari jepitan ketiak super Kelvan. (Gila baunya! Mandi nggak kamu tu Van?!)

Dengan tangil nya Kelvan mengangguk lalu menjawab, "Adus kok, winggi sore tapi." (Mandi kok, kemarin sore tapi.)

"Jancuks kata gue teh!"

"Ssstt!!! meneng!" Arfan yang sudah muak mendengar perdebatan mereka pun bersuara. Tentu membuat Kelvan dan Rendra langsung menutup rapat mulutnya.

*****

Setelah melewati masa-masa sulit di tengah lapangan tadi, saat ini Reksa dan keempat temannya sudah duduk manis di kantin fakultas. Entah fakultas apa mereka juga tidak tahu. Oh ya! Mereka tidak hanya berlima. Ada satu orang lagi yang ikut duduk dengan mereka. Orang itu adalah Bem, atau nama aslinya Bambang Tulus Cahyadi. Laki-laki dengan aksen JawaKarta nya. Bem tidak memiliki teman ataupun kenalan yang mendaftar di Universitas Grenada ini, hanya dirinya sendiri. Mungkin ada teman seangkatan SMA nya yang juga mendaftar di Universitas ini. Namun Bem tidak mengenalnya. Entahlah, luweh kata gue teh wqwq...

"Emmm....Kira-kira kalo kita udah lulus nanti, kita bakal bisa bareng kaya gini lagi nggak ya? soalnya kita kan bakal sibuk sama dunia kerja kita masing-masing." tiba-tiba Bem berujar memecah keheningan.

Reksa, Kelvan, Rendra dan Arfan pun mengalihkan pandangan mereka dari layar ponsel mereka lalu menatap Bem. Kecuali Ethan, laki-laki itu tetap fokus dengan ponselnya seraya menyeruput es kopinya.

"Kita aja baru kenal tadi siang Bem, lo mikirnya udah sampe situ." sahut Rendra.

"Iya juga sih. Terus rencana kalian kedepannya gimana?" tanya Bem lagi.

"Kalo aku, wisuda nanti harus bisa jadi lulusan terbaik dengan IPK tinggi. Ya harus bisa!" ujar Reksa tersenyum tipis. Arfan yang melihatnya ikut tersenyum. Memang sedari awal ia kenal Reksa, tepatnya saat kelas 10, Reksa sudah menunjukkan ambisinya. Yang ia pikir tentang Reksa adalah, Reksa seorang yang sangat ambisius dan antusias dalam segala hal. Ia juga paham mengapa Reksa seperti itu. Itu karena ada derajat keluarga yang harus Reksa angkat. Dan sejak saat itu pula, Arfan menjadi termotivasi oleh temannya. Reksa Pranaja.

"Woe Arfan mesam-mesem ngematke Reksa anjay! Suka bilang bos!!" Ethan berujar heboh saat tidak sengaja melihat Arfan yang tersenyum sembari melihat Reksa yang juga tersenyum. (Woe Arfan senyam-senyum liat Reksa!)

Arfan berdecak kesal. Malu juga sih sebenarnya. Kepergok gitu coy! Mana yang mergokin modelan Ethan lagi, huh!

"Bacot."






Gimana sama part ini???

Masih bingung cari visual nya Bem. Mungkin kalian ada rekomendasi?? Komen aja yaa!! 🌼

Maaf kalo kurang panjang yaa, yuyurly lagi bumpet bgt buat cari ide alurnya wqwq

NB: JANGAN LUPA VOTE, KOMEN SESUKA KALIAN, DAN SHARE KE TEMEN² KALIAN YAA!!!

FOLLOW JUGA INSTAGRAM AKU
@hzarnn_

MATUR SUWUN 🙏❤

NEXT NGGA NIH???!!

👋

Jogja, 22 Des 2023

NOL KILOMETERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang