Prolog

8 2 1
                                    

Sepasang kaki melangkah dengan kantong belanjaan ditangannya. Ia berhenti melangkah sedikit lagi sampai dimana sepedanya terparkir langsung saja berjongkok lalu mengelus mahkluk berbulu itu dengan sayang.

"Mpus, kasian sekali kamu." Ia menatap prihatin terhadap kucing putih hitam yang nampak kurus dan tak terurus.

"Aku mau bawa pulang kamu untuk dirawat tapi tidak bisa karena Bunda alergi bulu kucing." Monolog gadis itu masih mengelus bulu kucing itu, tak pula ia kembali ke minimarket untuk membeli makanan kucing dan memberinya makan lalu ia kembali dimana sepedanya berada.

"Bye mpus, jaga diri kamu ya."

Setelahnya ia menggoes sepedanya untuk pulang kerumah. Tidak ingin sang Bunda khawatir karena ia lama berda diluar rumah.

***

"Assalamualaikum, aku pulang."

"Waalaukumussalam."

Mendengar jawaban yang sepertinya sang Bunda didapur, ia melangkah masuk dan menuju dapur menemui sang Bunda.

"Bunda lagi apa, aku bantu ya."

Ia mengambil alih bahan masakan yang dikerjakan sanng Bunda, tidak ingin sang Bunda kelelahan.

"Gimana jalan-jalannya?" tanya Bunda memecah keheningan.

"Biasa aja sih, Bun. Ternyata dekat sini ada minimarket sama taman dan lumayan rame."

Sang Bunda tersenyum mendengarnya.

"Aku juga tadi ketemu sama kucing, kasian tau, Bun. Kucingnya nggak terawat."

"Tadi sempat mau aku bawa pulang untuk dirawat tapi aku langsung keingat Bunda yang alergi bulu kucing, nggak jadi deh dibawa pulang."

Bunda tersenyum teduh. "Besok kamu udah mulai sekolah disekolah baru kamu. Udah kamu siapinkan keperluan kamu?"

"Udah, Bun."

"Kamu nggak apa-apa sayang, selalu pindah sekolah gini?"

"Aku nggak apa-apa kok, Bun. Inikan udah tugasnya Ayah yang harus selalu dipindah tugaskan, jadi kita harus siap juga selalu ikut Ayah. Keluargakan harus begitu kan, Bun."

"Iya, sayang."

Hidangan untuk makan malam mereka hampir selesai, tinggal menatanya dimeja makan.

"Kamu mandi sana, sebentar lagi magrib." Ucap sang Bunda.

"Kalo gitu aku ke kamar ya, Bundaku tercinta." Ia mengcup pipi sang Bunda dengan sayang.

Ia bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Mereka keluarga harmonis yang harus pindah ke Bandung karena tugas sang kepala keluarga yang diperintahkan karena berprofesi sebagai TNI berpangkat Letnan.

Keluarga yang berada tapi nyaman hidup sederhana. Pasangan suami istri ini memiliki dua anak yang mana sang sulung seorang laki-laki dan sang bungsu seorang perempuan.

***

Ditempat yang sama waktu yang berbeda, seorang pemuda hendak membayar belanjaan tak sengaja melihat dipinggir kursi yang disediakan pihak minimarket untuk duduk. Seekor kucing kurus meringkuk disana, saat gilirannya untuk bayar belanjaan ia menaruh belanjaannya untuk dibayar.

"Sebentar, Mba." ujarnya lalu menuju rak yang terdapat makanan kucing.

"Sekalian dengan ini." ujarnya kembali.

"Totalnya semua 115 ribu, Mas." Pemuda itu menyerahkan Debitnya untuk membayar.

Ia keluar minimarket dengan kantong kresek ukurtran sedang. Ia menghampiri kucing itu lalu memberinya makan, ia juga mendapati bekas pembungkus makanan kucing yang sama dibelinya, berarti sebelum dirinya ada orang lain yang memberi kucing ini makan.

Pemuda itu lantas tersenyum tipis, ia tersenyum karena ia masih mendapati manusia yang peduli terhadap hewan yang lucu ini.

Pemuda itu memutuskan untuk pulang dengan mengikut sertakan kucing itu bersamanya, ia akan merawat kucing ini.

"Mpuss, ayo ikut bersamaku akan kurawat kamu agar sehat."

Pemuda itu menggendong kucing itu sampai dimotornya lalu menempatkannya tepat di atas tangki bensin motor sportnya. Selepas itu ia pulang, adik kecilnya pasti senang karena ia membawa seekor kucing pulang, meski harus memastikan kucing ini sembuh, sehat dan kembali gembul baru ia perlihatkan ke adik kecilnya.
★★★

LENGTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang