Lengtari sekarang berada di Skatepark, dirinya sudah sangat tidak sabar untuk mencoba beberapa tempat yang diinginkannya. Bahkan, saat izin tadi ayah dan abangnya sangat tidak membolehkannya untuk pergi.
Tapi saat Lengtari izin ke sang bunda dan mendapatkan izin, ayah dan abangnya tidak dapat berkutik.
Lengtari datang tidak membawa skateboard nya, tetapi ia ingin eksplore ke tempat yang cukup adrenalin. Untuk hari ini cukup dirinya menjadi penonton saja dulu. Ia tidak ingin terlalu terburu-buru.
Rasanya sangat bergejolak, ia ingin bermain skate tapi ia masih mencoba untuk menahan diri.
Saat asik melihat-lihat tempat yang menurutnya cocok, dari arah belakang secara tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.
"Lo ngapain di sini?"
Lengtari menggeleng, ia tidak tahu ingin menjawab apa, terlebih ia tidak mengenal orang yang menepuk bahunya ini.
Pemuda itu meneliti penampilan Lengtari yang bisa dikata style mereka sedikit mirip, karena kebanyakan anak skateboard memang stylenya seperti mereka.
Lengtari juga tidak ada yang ingin ditanyakan karena ia sudah tahu jika skatepark di sini memang terbuka untuk umum. Siapa saja boleh menggunakan tempat ini.
Lagian jika tidak dibuka untuk umum, tempat ini akan sepi walau banyak peminatnya.
"Lo mau ikutan main skateboard?" tanya pemuda itu.
"Tidak, saya hanya melihat-lihat saja." elak Lengtari.
Mata pemuda itu memicing, "Tapi kelihatannya lo sama seperti gue, mau gue ajarin?"
"Nggak perlu." dengan cepat ia menolak.
Tanpa di ajari Lengtari sudah sangat pandai bermain skate.
Pemuda di depannya ini sepertinya semakin gencar terhadapnya. Apa ia seperti perempuan yang gampang terjebak dengan situasi seperti ini? Tentu tidak.
"Oh iya, kita belum kenalan. Nama gue Vico." Celetuknya memperkenalkan diri.
"Lengtari."
"Kalo boleh tau, lo sekolah di mana?"
Sepertinya pemuda bernama Vico ini punya rasa penasaran yang tinggi.
"SMA YUDHAKARA."
"SMA?" terlihat dari wajahnya bahwa dia terkejut. "Gue kira masih SMP." ucapnya lirih.
"Kamu masih Smp?" tanya Lengtari yang hanya sekedar basa basi. Vico mengangguk.
Sejujurnya Vico tidak nampak seperti anak Smp seperti kebanyakan, karena pemuda itu tinggi, bahkan Lengtari hanya seleher Vico.
Mungkin juga Vico mengira Lengtari gadis seumurannya karena gadis itu lebih pendek darinya, maka dari itu awal ia mengajaknya berbicara kelewat santai dan sok dingin.
"Iya, lo- maksud gue, kak." Vico menjadi kikuk sendiri karena sebelumnya cara bicaranya songong terhadap Lengtari.
"Santai aja."
Vico menggaruk tengkuknya canggung. "Sorry sebelumnya kak."
"Tidak masalah. Kamu Smp kelas berapa?"
"Kelas 9, kalau kak Lentari?"
"Kelas 11."
Vico mengangguk mencoba untuk tidak canggung. "Lo suka Skateboard kak?"
"Sekedar suka nonton aja." bohongnya.
"Jadi lo ke sini buat nonton orang main skateboard?"
Lengtari mengangguk. Lengtari tidak ada niatan mengatakan jika dirinya juga bisa main skateboard, niat ia datang ke tempat ini untuk melihat selut-belut tempat arena yang cocok untuk dirinya bermain nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGTARI
Teen FictionTidak pandai buat deskripsi. Jika penasaran langsung saja di baca. trims.