Menggoes sepeda dengan riang menikmati pagi pertama ia kembali disekolah sebagai siswa pindahan, ia tidak perlu terburu-buru untuk cepat sampai disekolah karena masih banyak waktu untuk jam sekolah karena ia cepat berangkat sekolah.
Saat sampai disekolah SMA YUDAKARA ia memarkirkan sepedanya diparkiran khusus sepeda. Ia menatap sekitar, ternyata sekolah barunya tidak terlalu buruk.
Koridor yang banyak dilalui murid dengan kegiatan masing-masing. Ia bingung, tidak mengetahui letak ruang Kepala Sekolah. Dengan terpaksa ia harus bertanya.
"Permisi, kalau boleh tahu letak ruangan Kepala Sekolah dimana, ya?" Tanyanya kepada salah satu siswi.
"Ohh, ruang kepsek? Lo tinggal lurus terus belok kanan nanti ada baca ruang kepsek."
Ia tersenyum ramah, "Makasih ya, kalau gitu permisi."
Mengetok pintu dengan sopan, setelah ada intruksi menyuruhnya masuk baru ia masuk keruangan.
"Apa benar kamu anaknya Pak Jufrianto?"
Ia mengangguk mengiyakan
"Kelas kamu ada di 11 IPA 4, mari saya antar."
Perjalanan menuju lantai 2 ia sedikit mengobrol dengan kepala sekolah, ternyata kepsek mengenal ayahnya dan mereka teman lama.
"Nah ini kelas kamu. Ayo masuk." Ujar Kepala Sekolah. "Permisi, buk. Saya mengantarkan murid baru untuk kelas ini. Baiklah, kalau begitu saya permisi."
"Iya, Pak." ucap Guru itu.
"Ayo silahkan perkenalkan diri kamu." ujar Guru itu mempersilahkan.
Sebelum ia memperkenalkan diri terlebih dahulu ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas, ya siapa yang tidak terpukau dengan sekolah ini, apalagi sekolah ini menyandang dengan sebutan unggulan.
"Hai, perkenalkan nama aku LENGTARI AGLEA , pindahan dari Jakarta. Semoga kita bisa berteman dengan baik."
"Baik, Lengtari. Nama ibu Endah, saya mengajar mapel Biologi. Kamu bisa duduk di bangku yang kosong."
Ia mengangguk lalu menuju ke bangku barisan ke tiga yang ternyata kosong.
Sistem duduk disetiap kelas itu ternyata sendiri dan ada batas bangku dari bangku murid lain.
"Baiklah, mari kita mulai pembelajarannya dan kalian buka buku paketnya."
***
Kelas sudah banyak murid yang keluar untuk mengisi perut mereka di kantin atau berkumpul bersama, berbeda dengan Lengtari yang memilih duduk dipinggir lapangan dengann sebungkus roti dan air mineral ditangannya, ia juga melihat sebagian siswa yang tadinya berolahraga beranjak dari lapangan dan mulai sepi tersisa hanya dirinya.
Ada beberapa murid tapi mereka duduk dan mengobrol di koridor kelas.
Mengapa Lengtari tidak dikelas saja? Jawabannya ia belum sepenuhnya akrab dengan teman kelasnya yang bisa dikata ambis tentang pelajaran.
Setelah makanannya habis, ia tidak langsung beranjak pergi, ia mendongak menatap langit yang mendung menandakan sebentar lagi akan turun hujan, selepas itu ia memindai matanya ke lapangan dimana terdapat bola basket disana.
Berdiri dari duduknya dan mendekati bola itu, mendrible pelan pelan bola bersamaan ia mundur di garis three point, syutt bola itu melesat dengan mulus sampai kedalam ring.
Para murid yang berada dikoridor dapat melihat dengan jelas bagaimana bola itu melayang mulus memasuki keranjang bolong itu. Mereka juga bertanya-tanya siapa gadis itu, apakah gadis itu murid baru?
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGTARI
Teen FictionTidak pandai buat deskripsi. Jika penasaran langsung saja di baca. trims.