2

6 1 0
                                    

Satu cup ukuran sedang gelato rasa macha sudah habis dimakannya, di temani sang abang yang terlihat sedang serius dengan teman-temannya yang sepertinya sedang membahas urusan kuliah.

Cafe yang mereka datangi juga ramai pengunjung membuat suasana tampak bising, ditambah dengan adanya live band.

Lengtari sudah sejam dan mulai merasa bosan dan sang abang masih sama dengan urusannya dengan teman-temannya.

Laskar Gileo, pemuda itu sekarang menempuh dunia perkuliahan bersama dengan teman sekawannya. Laskar tipekal yang tidak banyak bicara tetapi sekalinya berbicara ucapannya sangat tajam, terlepas dari itu Laskar sangat baik, pemuda itu tahu kondisi bagaimana ia harus bersikap. Sibling yang sangat care terlebih Lengtari adik perempuan satu-satunya milik keluarga mereka.

Tidak henti netra coklat gelap Lengtari menggilir setiap suasana, dari orang yang baru masuk cafe, menatap band yang tampil dan juga para waiters yang berlalu lalang entah itu menyambut pelanggan atau mengantarkan makanan, semua ia perhatikan sampai ia menatap keluar cafe di mana letak jalanan.

"Bang, aku keluar sebentar ya." ucapnya memperbaiki letak sling bag nya setelah menyimpan ponselnya.

"Mau ke mana? Bareng aja nanti kalau abang udah selesai." ujar Laskar yang masih fokus dengan laptop di depannya.

"Cuman sebentar, kalau ada apa-apa aku langsung telepon abang."

"Okay, jangan lama tapi." peringat Laskar.

"Ya."

Sepeninggalan Lengtari keluar cafe sampai menghilang tidak lepas dari pandangan Laskar dan teman-temannya.

Terlebih teman Laskar yang sudah menahan rasa penasaran mereka karena baru mengetahui jika Laskar memiliki adik perempuan. Salahkan saja Laskar yang tidak memberitahu mereka.

"Gue baru tau kalau lo punya adik perempuan." ujar Jovi Mathama lebih dahulu setelah Lengtari sudah tidak terlihat.

"Bener! Gue ngiranya lo ajak pacar lo buat ketemu kita-kita." Sargeo Elanjro bersiteru dramatis dengan memukul pelan meja.

Laskar mengedikkan bahu, "Kalian nggak pernah tanya, ngapain juga gue ngasih tau adek gue ke lo lo pada."

Jovi dan Geo mendelik sinis menatap Laskar yang terlihat santai dengan laptopnya. "Temen kurang ajar emang."

Alwan Pradipta, ia hanya menggeleng dengan tinggah dua temannya. Ia memperpaiki letak kacamatanya yang nelorot di hidung mancungnya, "Udah, jangan banyak omong. Kerjain aja tugas kalian." Lerainya tetapi arah pandangnya menatap buku tebal yang dibacanya.

Niatnya hanya ingin jalan keluar sebentar dan tidak jauh dari cafe tempat Laskar berada, Lengtari tidak sadar saat ia sudah berjalan jauh dan sampai menemukan sebuah tempat yang sangat cocok untuk dirinya.


Skatepark. Tempatnya outdoor, sepertinya ini dibuka untuk umum. Sayang sekali ia tidak membawa skateboardnya, maka ia memutuskan untuk melihat saja para anak muda yang sedang bermain, dilain waktu ia akan datang lagi ke sini untuk melatih skillnya.

Lengtari juga melihat lapangan basket di sebelah Skatepark dan tampak di sana sangat ramai yang menonton.

Ia cukup penasaran ingin mendekat untuk melihat, tapi belum ia melangkah, ponsel yang ada disaku celananya berdering panggilan masuk atas nama Laskar.

Mengurungkan niat, lalu mengangkat telepon sang abang, "Iya, kenapa, bang?"

"..."

LENGTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang