3

4 1 0
                                    

Hari ini tidak seperti kemarin yang di mana air hujan turun membasahi tanah, pagi ini sang surya sangat tampak bersemangat menampakkan cerahnya menyinari langit.

Para murid juga sudah mulai berdatangan untuk melaksanakan kewajiban setiap murid yaitu menuntut ilmu.

Mungkin jika pagi ini hujan seperti kemarin, banyak yang bakal absen lebih memilih untuk tidak sekolah dengan alasan hujan.

Lengtari hari ini masih di antar sang ayah, karena belum dibolehkan untuk memakai skateboardnya. Lagian ia juga masih menghafal jalanan yang akan sering di lewatinya, tidak mungkin ia akan terus menerus meminta sang ayah untuk mengantar jemputnya ke sekolah, walau sang ayah tidak keberatan melakukan itu. Toh, sama anak sendiri jugakan.

"Belajar yang rajin, ingat! Jangan langsung main hujan kayak kemarin, kamu baru dua hari pindah." wejang sang ayah sembari menyodorkan tangannya untuk di salim pada sang anak gadisnya.

Lengtari menerima sodoran tangan itu lalu mencium punggung tangan sang ayah. "Iya. Kemarin itu lupa." kilahnya. "Yaudah, Tata, masuk kelas sekarang."

Bagaimana ayah Lengtari bisa tahu jika puntrinya itu bermain hujan di sekolah, karena sang bunda mendapati baju sang anak gadis di jemur saat sang bunda ingin mengambil baju kering.

Mendapati secara tiba-tiba baju Lengtari berada dijemuran dengan kondisi basah, sang bunda langsung menanyakannya, dan ya. Anak gadisnya itu bermain hujan di hari pertama ia sebagai murid pindahan. Setelah mengintrogasi sang anak, ia memberitahu sang suami dengan kelakuan anak gadisnya.

Laskar yang mengetahui sang adik sedang di introgasi pun ikut mempanaskan suasana dengan mengatakan jikalau Lengtari pulang sekolah tidak langsung bebersih dan ganti baju melainkan langsung asik dengan berkebun yang masi memakai seragam sekolah.

Keluarga yang sangat kompak, definisi keluarga cemara yang hampir semua anak broken home inginkan.

Sesampainya di kelas, suasana kelas sudah sangat ramai dan yang belum hadir bisa dihitung jari. Lengtari sendiri langsung pergi ke tempatnya dan asik meneliti teman kelasnya yang bisa dikata memiliki circle masing-masing.

Lengtari tidak ingin ambil pusing, jika ingin berteman silahkan, tidak pun bukan jadi masalah baginya.

"Pagi, Lengtari." sapa seorang gadis yang berdiri di depan bangkunya.

Maudy yang hanya mendapat tatapan dengan bingung dari Lengtari tetap mempertahankan senyumnya. Ia ingin tahu lebih jauh tentang Lengtati yang sepertinya sulit didekati, Maudy suka tantangan, ia ingin Lengtari menjadi sahabatnya.

"Jam istirahat nanti mau ke kantin bareng nggak?" ajaknya.

Tapi Lengtari masih diam, hanya menatap Maudy yang sepertinya tidak lelah tersenyum begitu lama.

"Diemnya lo gue anggap lo setuju buat ke kantin bareng." Maudy tidak marah karena tidak ditanggapi oleh Lengtari, Maudy berpikir jika Lengtari kepribadiannya tidak banyak bicara. "Kalau gitu gue balik ke bangku gue, ya." lanjutnya.

Bell masuk jam pertama pun berbunyi, dan tak lama setelah itu para guru yang mengajar masuk ke kelas masing-masing.

"Aku bahkan belum mengatakan mau ikut dia." gumamnya.

★★★

Seperti pembicaraan awal, Lengtari ikut Maudy ke kantin untuk makan bersama. Lebih tepatnya dirinya di tarik oleh gadis itu yang terlihat bersemangat, ia hanya pasrah ditarik, rasa tidak enaknya mencuat membuatnya tidak mungkin menolak.

Setelah sampai kantin, Lengtari yang mencari tempat dan Maudy yang memesan makanan.

"Karena sudah terlanjur berada di sini." ia mengedarkan matanya mencari tempat yang kosong sebelum Maudy datang membawa pesanan mereka berdua.

LENGTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang