Part 43 Galena Rawless
Chris melengkungkan senyumnya sebelum menjawab, "Baru saja." Lalu pandangannya melewati pundak Elea dan sejenak bertatapan dengan El Noah. "Apakah aku datang di saat yang tepat? Sepertinya kalian sedang …" Chris tak melanjutkan kalimatnya. Menyadari ketegangan yang masih tersisa di wajah Elea.
"Tidak. Kami sudah selesai bicara. Masuklah. Aku harus ke atas." Elea mengangguk sekali dan berjalan melewati Chris.
“Sepertinya ada masalah," gumam Chris ketika mengambil tempat duduk di samping El Noah.
El Noah mendesah pelan, kerutan di kening menunjukkan benaknya yang berpikir lebih keras. "Kau pernah dekat dengannya, kan? Apakah menurutmu dia sedang ada masalah dengannya?"
Chris menatap kerutan di antara kedua alis El Noah dan mengangguk. "Sebenarnya aku sempat mendengar pembicaraan kalian. Apakah ada masalah dengan perusahaan sehingga Elea harus meyakinkanmu kalau dia tak akan bercerai dengan Zhafra ?"
El Noah menggeleng. "Semuanya baik-baik saja. Ehm, semuanya akan baik-baik saja selama pernikahan mereka bertahan."
"Seberapa besar dampak yang harus keluarga kalian tanggung dengan perceraian mereka? Tidak adakah kesempatan bagi Elea untuk lepas dari kekangan ini?"
Desahan napas El Noah lebih keras dari sebelumnya dengan pertanyaan Chris yang semakin berat. "Aku masih 18 tahun, Chris. Aku tak tahu menahu soal perusahaan. Aku tumbuh dengan Zhafran sebagai tunangan kakakku. Kau pikir seberapa banyak yang kuketahui?"
Chris tersenyum tipis dengan satu kedikan di bahu. "Aku hanya tak bisa tak peduli dengannya."
"Kau masih menyimpan perasaan padanya?"
Chris hanya memberikan seulas senyum yang lebih lebar.
El Noah tentu sudah mendapatkan jawaban dalam keterdiaman Chris. Jika tidak, Chris tentu saja akan menyangkalnya. "Sepertinya besok atau lusa aku harus kembali ke rumah."
"Kau akan pulang?"
"Elea tak pernah meminta padaku sesuatu seserius ini. Cepat atau lambat aku memang harus kembali. Menyelesaikan kesalah pahaman dengan papaku."
Chris hanya manggut-manggut. Sementara pikirannya kembali dipenuhi dengan Elea.
***
Pertemuan dengan dokter berlangsung selama satu jam. Setelah dari rumah sakit, Zhafran langsung membawanya ke kantor dan menyuruhnya untuk istirahat di ruangan pria itu. Elea berhasil memejamkan mata selama tiga puluh menit lebih. Pikirannya yang sempat terasa tertekan oleh konsultasi dengan dokter, sekarang kembali segar setelah beristirahat.
Saat bangun, Zhafran masih duduk di balik meja dengan tumpukan pekerjaan di meja. Perhatian pria itu sempat teralih ketika ia bangun terduduk. Lalu berjalan ke pintu di sudut ruangan.
"Kau ingin makan sesuatu?" tawar Zhafran ketika Elea baru keluar dari kamar mandi. "Teh atau jus?"
Elea menggeleng. Duduk kembali di sofa dan mengambil ponsel dalam tasnya. Masih jam setengah empat, setengah jam lagi papanya akan datang menjemput. Ada satu pesan dari sang papa yang mengingatkannya, ia hanya menjawab dengan singkat sebelum mengembalikan benda pipih tersebut ke dalam tas. Benaknya masih bertanya-tanya kenapa papanya ingin bertemu. Mencoba menerka-nerka tetapi masih tak bisa menemukan jawabannya.
Zhafran menutup berkas yang baru saja di periksanya dan berjalan menghampiri sang istri. Menempelkan telapak tangannya di kening Elea.
"Aku tidak sakit, Zhafran." Elea menurunkan tangan Zhafran yang langsung duduk di sisinya.
"Aku hanya memastikan. Sepertinya pertemuan kali ini lebih berat."
Elea mengangguk singkat. Mungkin terasa lebih berat karena semua trauma itu ada keterkaitannya dengan sang papa.
"Aku sudah mengatakan padamu untuk berhenti jika memang terasa membebanimu, kan?"
Elea tahu itu. Tetapi … ia sendiri butuh mengingat siapa pria itu untuk membantu penyelidikan. "Sejauh apa informasi yang kau dapatkan? Apakah papaku tahu semuanya?"
Zhafran tak langsung menjawab. Tatapannya berhenti pada ujung bibir Elea yang ditekan, seolah menahan gemetar yang mulai menyerang. "Aku akan memberitahumu saat kau sudah siap, Elea," jawabnya dengan nada yang melunak.
"Aku perlu mengetahuinya. Mungkin itu juga bisa membantuku mengingat."
"Tidak sekarang."
"T-tapi …"
"Tidak, Elea."
"Aku tahu kau juga membutuhkanku, Zhafran. Dia tahu semua informasi tentang kita. Aku hanya ingin merasa tenang."
"Sekarang dia tak akan mengganggumu lagi. Sebelumnya aku yang salah tak mengindahkan kegelisahanmu tentang pesan dan panggilan itu. Bahkan keamanan rumah sama sekali jauh dari aman dan mudah dibobol seperti itu."
"Kalau begitu beritahu aku apa pun informasi yang kau miliki tentangnya," desak Elea tak menyerah. Memegang lengan Zhafran dan sedikit menekannya untuk meyakinkan pria itu. "Aku pasti tahu lebih banyak dibandingkan kau. Ini ada kaitannya dengan papaku, kan?"
Zhafran terdiam. Tampan mempertimbangkan permohonan di kedua mata Elea. "Kalau begitu katakan jika kau merasa tak siap."
Elea mengangguk dan bernapas dengan keras.
Zhafran beranjak dari duduknya. Berjalan memutari meja dan berjongkok di depan lemari. Menekan deretan angka di brankas dan mengeluarkan dua tumpuk berkas di sana.
Kedua alis Elea bertaut melihat tempat penyimpanan tersebut.
"Kau pikir aku akan meletakkannya dengan sembrono di rumah?" ucap Zhafran yang kemudian meletakkan kedua berkas tersebut di meja lalu duduk di kursi. Ya, tentu saja ia tahu kalau Elea beberapa kali pernah menggeledah ruang kerjanya untuk mencari ini semua.
Elea tersipu malu, kemudian menatap dua tumpuk berkas di meja dengan rasa ketertarikan yang lebih besar. Sekaligus menghela napas dalam hati, bersiap dengan semua yang ada di hadapannya. Halaman pertama menampilkan biografi seorang wanita paruh baya. Dengan setiap detail yang tertera dengan runtut. Mulai ciri fisik, alamat lengkap, keluarga, dan lainnya yang tak bisa akan butuh waktu lebih lama bagi Elea untuk membaca semuanya. Tapi Zhafran merangkumkan untuknya dalam sebuah penjelasan yang lebih singkat.
"Galena Rawless. Pernah bertunangan dengan papamu karena sebuah kesepakatan. Papamu membatalkan kerjasama dan pertunangan secara sepihak. Kemudian papamu menikahi mamamu. Detail semuanya hanya papa dan mamamu yang tahu. Kupikir bukan ranahku untuk menggali lebih dalam. Semacam ketidak nyamanan mengetahui kisah cinta rumit mertua sendiri?"
Elea tahu itu. Melihat bagaimana Galena begitu antusias menyalahkan dirinya dan masa lalu papanya karena Zhafran masih tetap bertahan di sisinya, tentu saja ia tahu masa lalu papanya pasti meninggalkan bekas yang begitu dalam bagi anak mantan tunangan papanya tersebut.
'Mendekam di rumah sakit jiwa hingga puluhan tahun?' Elea tak bisa membayangkan seberapa buruk yang dilakukan papanya pada wanita itu? Di balik kasih sayang dan cinta yang diberikan papanya pada keluarga mereka. Keluarga yang hanya ia tahu tentang sebuah kebahagiaan di dalamnya. Keluarganya impiannya dalam pernikahannya dan Zhafran. Bagaimana mungkin papanya menyimpan masa lalu semacam itu?
“A-apakah papaku menikahi mamaku karena mama sedang mengandungku?”
Zhafran menggeleng. “Tidak. Kau lahir di dalam pernikahan yang sah.” Kemudian ia diam sejenak. "Sedikit hal yang kuketahui dari pelayan yang masih bekerja di rumahmu. Galena mencoba menyakiti mamamu yang sedang hamil kau. Setelahnya tak ada yang tahu apa yang dilakukan papamu pada wanita itu."
"L-lalu … apakah anak laki-laki itu …"
"Tidak. Bukan anak papamu. Anak itu umurnya lima tahun lebih tua darimu. Galena melahirkan sebelum bertunangan dengan papamu."
Udara seolah kembali mengaliri paru-parunya yang sempat tertahan.
"H-hanya saja … aku tak yakin anak itu laki-laki atau perempuan."