di rumah tua yang memiliki dua lantai terdapat seorang remaja yang sedang memasak. tangan nya dengan lihai mengambil dan memotong bahan masakan, tidak ada satu hal pun yang bisa menghancurkan fokusnya.
setelah selesai dia menatap hasil masakannya yang sudah tertata rapi di meja lengkap dengan piring dan gelas yang berjumlah sama dengan penghuni rumah tersebut. dia melepaskan celemek yang di pakainya dan di gantungkan ke paku yang berada di samping lemari dapur.
remaja itu atau nama lengkapnya Boboiboy Gempa berjalan menaiki tangga menuju kamar saudaranya. selalu begitu kebiasaan Boboiboy brothers, Gempa akan bangun lebih pagi dari pada yang lain dan membangunkan keenam saudaranya.
cahaya matahari masuk ke dalam kamar yang bernuansa merah hitam, biru putih, dan coklat hitam melalui celah celah jendela menyinari kamar yang sebelumnya gelap gulita.
di ranjang seorang remaja sedang berbaring telentang di atasnya masih berkeliaran di dunia mimpi yang selalu sukses membuat setiap orang enggan untuk meninggalkannya, walaupun sinar matahari sudah menusuk kulitnya remaja itu tetap tidak mau bangun.
sedangkan ranjang di sebelahnya juga masih bersama dengan tuannya yang sangat sangat tertidur lelap dengan posisi yang aneh melebihi anehnya kucing yang berada di rumah kakak aba. kepalanya berada di lantai sedangkan kakinya berada di dinding belum juga baju nya terbuka memperlihatkan perut yang selalu di impikan oleh semua pria di dunia ini.
pintu kamar terbuka memperlihatkan seorang remaja bermanik coklat keemasan yang berdiri di tengah pintu. dia mengusap wajahnya kasar sebelum berjalan ke ranjang paling pojok kanan.
"Lin bangun"ucapnya sembari menggoyangkan tubuh remaja yang masih tertidur itu.
Boboiboy Halilintar, mengusap kelopak matanya sebelum duduk di pinggir kasur. "jam berapa sekarang gem?"
"jam setengah tujuh"jawab Gempa.
"bocah itu belum bangun juga"ucap Halilintar sembari menunjuk remaja yang tidur dengan posisi di luar nalar manusia.
"belum. mau coba bangunin?"tanya Gempa.
Halilintar menggeleng, dia bangkit lalu mengambil handuknya. "gak ha, trauma aku bangunin kipas angin"ucapnya sebelum masuk ke kamar mandi.
Gempa menggoyangkan tubuh remaja itu, Boboiboy Taufan yang masih tertidur tapi dia tidak bangun terkeras apa pun Gempa menggoyangkan tubuhnya.
"susah banget bangunin nya"ucap Gempa, dia duduk di ranjang paling pojok sebelah kiri.
"belum bangun gem?"tanya Halilintar yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"belum. susah banget"jawab Gempa.
Halilintar melihat sekilas Taufan yang dengan nyamannya tidur walaupun matahari sudah berada di atas kepala lalu menatap kembali Gempa.
"tunggu sebentar"ucap Halilintar.
Halilintar kembali masuk ke kamar mandi membuat remaja bermanik coklat keemasan itu bingung, Halilintar keluar dengan membawa satu dayung ditangan kanannya.
Gempa menatap heran kakak sulungnya dengan sebelah alisnya terangkat. "buat apa bawa itu?"
"lihat saja"ucap Halilintar sebelum berjalan ke ranjang Taufan.
dengan tanpa dosa dan rasa bersalah Halilintar menyiram Taufan dengan air yang di bawanya. Taufan langsung saja bangun dengan cara melompat dari ranjangnya karena kaget.
"hujan, ada hujan."ucap Taufan.
karena kesal Halilintar melemparkan dayung yang di bawanya ke Taufan sehingga membuatnya jatuh kebelakang. "berisik bodoh"
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah kelam tiga kakak tertua
Fanfiction"melindungi seorang adik? gak usah di tanya. kami leleh mati demi adik kami" " takut Kehilangan nyawa? uwahahaha hahahahah gak akan. kami lebih takut kehilangan adik kami daripada kematian kami" "menyerah?. jangan mimpi. kami gak kenal dengan kata...