Di gedung badminton terbengkalai, sangat kotor dan berdebu. Bekas botol miras berserakan, konon tiap malam tempat itu dijadikan lokasi mabuk-mabukkan oleh anak-anak berandal.
Sorot tangkapan lensa kamera ponsel mengarah ke pintu tak berdaun, bahkan beberapa jendela, kacanya sudah pecah. Tak lama kemudian anak lelaki berparas tampan memasuki ambang pintu. Poninya basah terkena keringat, sepertinya ia baru saja lari tergesa-gesa saat menuju gedung.
Bungkuk memegang lutut dengan dada naik turun ngos-ngosan, remaja memakai kaos oblong putih dengan setelan celana tertan panjang dominan warna abu tersebut melempar tas di pundaknya ke arah si pemegang kamera.
"Gue pikir lo gak akan nyamperin gue," kata Mike.
Satu tangan mengarahkan kamera ponsel kepada Elio, sedangkan tangan yang lain membuka tas yang berisi narkotika jenis opium.
"Anak Polisi tapi ngedarin narkoba, keren lo," kekeh Mike. "Dapet dari mana?"
Elio terus menunduk, tampak jelas ia menghindari todongan kamera Mike. Anak lelaki itu meremas-remas ujung bajunya ketakutan juga gugup.
"Dapet dari mana gue tanya?" ulang Mike.
Elio menggeleng cepat.
"Bangsat!"
Kesal pertanyaan intinya tak kunjung dijawab, Mike menyandarkan ponselnya ke tumpukan kayu yang sejak tadi ia gunakan duduk. Menghampiri Elio, tak ada rasa ragu ia toyor kasar kepala Elio, untunglah remaja lelaki itu dapat dengan cepat mencari keseimbangannya kembali sehingga tidak jadi tersuruk.
"Kalo gue nanya, jawab," tekan Mike diiringi nada santai.
"Ampun, Mike!"
"Gak butuh kata ampun! Jawab aja dapet dari mana narkoba yang lo bawa!"
Tak berniat menjawab, Elio berbalik badan cepat langsung melarikan diri. Tapi bukan hal mudah kabur dari Mike, kecepatan Mike mampu mengejar Elio hanya dengan lima langkah besarnya.
Debu mengepul ke udara begitu dua remaja tersebut berguling di lantai, seperti kesetanan Mike mencekik leher Elio yang terlentang di bawahnya, beberapa kali ia angkat lalu jatuhkan keras hingga kepala belakang Elio membentur lantai.
Saat sedang berusaha memberontak, tak sengaja lutut Elio menendang pangkal paha Mike, kontan aktivitas beringasnya terhenti. Hanya sesaat, karena setelah itu Mike semakin marah, semakin jadi ia pukuli Elio.
Bergidik membuang keringat di wajah, Mike berdiri menjauh dari Elio yang sudah terkapar lemas dengan leher memerah, mata kiri mulai membengkak, serta tepi bibir bawah koyak.
Berjalan mengambil ponsel yang masih merekam aktivitas mereka, lantas Mike kembali pada Elio. Dia tarik poni remaja malang itu sampai tubuh kurusnya beringsut duduk.
"Kalo lo gamau mati di sini, sekali lagi gue kasih lo kesempatan. Ini terakhir karena kalo lo tetep diem, gue gak akan segan-segan buat ngabisin lo!" ancam Mike.
"Dapet dari mana opium ini?"
"K-kakek," parau Elio bahkan untuk membuka mata pun ia kesulitan.
Tertawa kecil penuh kemenangan, Mike mengangkat dagu Elio agar wajah memarnya tersorot jelas di kamera.
"Namanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOSER
Teen FictionPeristiwa nahas yang menimpa Elio berhasil mencuri simpati masyarakat setelah media mengangkat beritanya ke publik, bahkan kasus tragis ini sampai disorot oleh media-media asing. Semua bukti telah mengarah pada Mike sebagai pelaku, yang di mana dia...