Bagian XXXII

448 38 7
                                    

Harap bijak dalam membaca!
Guys perlu diingat ya, ini ga ada hubungannya sama idol yang bersangkutan, cerita ini murni karangan penulis. Aku harap kalian jadi pembaca yang bijak, OK! Happy reading 😉

🌼🌼🌼

Sudah terhitung kurang lebih 3 bulan sejak rencana kepindahan keluarga Danurdara. Kediaman yang sudah mereka tempati lebih dari 20 tahun itu kini perlahan  kosong, beberapa barang sudah dikirim ke Yogyakarta atau sengaja dijual agar tidak terbuang sia-sia.

Saat ini sang kepala keluarga sedang menikmati waktu luangnya di ruang tengah, sangat jarang melihat Adya ada di rumah selain di penghujung minggu sebenarnya. Namun, siapa sangka jika ayah dari dua anak bujang itu sudah hampir seminggu selalu ada di rumah dan sekarang malah bersantai di ruang tengah ditemani secangkir kopi yang tak lagi panas mengepulkan asapnya. “Mi! Sini dong, temenin Papi. Suami di rumah malah sibuk ngedrakor di kamar,” gerutunya sambil mengambil cangkir kopi yang ada di meja.

“Mi!” panggil Adya lagi selesai menyesap kopi di cangkir karena tak kunjung mendapati sosok sang istri di hadapannya. “Mami?” panggilannya berubah menjadi tanya. Heran, biasanya meskipun tak menghampiri Hana akan selalu menjawab meskipun dengan ocehan atau sekadar dehaman. Sosok tegap yang kini hanya dibalut baju rumahan sederhana dengan celana pendek berbahan tipis itu akhirnya bangkit dan melangkah menuju kamar utama.

Belum sempat ia sampai di kamarnya, langkahnya berhenti saat kini tubuhnya berada di depan pintu kamar si bungsu. “Sampai sekarang sebenernya Reu ga mau pindah ke Jogja, Mi. Tapi Reu takut untuk bilang ke Papi, orang Papi sama Abang aja masih diem-dieman.” Suara itu memang samar terdengar di telinganya, tapi ia masih yakin suara samar itu memang berasal dari kamar Reuel.

“Kalau udah waktunya, Papi juga pasti ceritain semua alesannya, Nak. Untuk saat ini kita nurut dulu sama Papi, ya? Reu bisa, kan?” Tak terdengar lagi pembicaraan setelahnya. Tak ada yang mengira hanya karena percakapan singkat itu dapat membuat Adya termenung di tempatnya. Sesak, mungkin hal itu sangat tepat untuk menggambarkan suasana hatinya. Bahkan saat akhirnya pintu yang tadinya tertutup setengah rapat itu kini terbuka, Adya masih tetap membeku di tempatnya.

“Pi?” tanya Hana kebingungan melihat sang suami yang hanya berdiri di depan kamar Reuel. “Tadi manggil Mami mau apa?” tanyanya lagi sembari menggandeng tangan sang suami menuju ruang tengah.

“Papi ih, ditanya tuh jawab.”

“Engga kok, Mi. Ga kenapa-napa. Eh Reu, mau kemana kamu?” Perhatian keduanya lantas langsung teralihkan saat Reuel berjalan melewati mereka dengan pakaian rapih dan ransel hitam besar di punggungnya.

“Mau jenguk Gala di tempat rehab, Pi,” jawab Reuel jujur. Ia memang sudah berencana menjenguk rekannya itu dari minggu lalu.

“Papi anterin. Tunggu! Papi mau ganti baju dulu.” Adya segera melepas pegangan tangan Hana dan berjalan agak terburu-buru menuju kamarnya.

“Ga usah, Pi. Reu naik motor sendiri aja, takutnya mau muter-muter dulu nyari angin.” Ucapan Reuel sukses menghentikan langkah Adya. Sang ayah akhirnya berbalik dan mendapati anak bungsunya yang menghampiri dirinya untuk mencium tangan guna berpamitan.

“Reu pergi, ya!”

Hana mengusap punggung sang suami saat ia melihat tatapan kecewa itu keluar dari wajah Adya. “Udah biarin, anaknya udah gede juga. Mungkin lagi pengen sendiri aja naik motornya, Pi.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chrysanthemum [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang