Bagian XIV

521 57 5
                                    

Hai guys ^-^
Aku kembali, terima kasih untuk kalian yang masih setia menunggu kelanjutan cerita ini.
Happy reading, jangan lupa klik vote-nya teman-teman!

Beberapa bulan kemudian.

Terik matahari membuat suasana terasa semakin panas, begitupun bagi Bian dan Daniyal. Mereka berdua sedang duduk di salah satu bangku yang ada di depan aula sambil menikmati minuman kaleng dingin yang dibelinya di kantin.

"Si Atha udah beres belum sih? Lama amat perasaan." Tujuan mereka duduk di sana adalah menunggu Athariz. Sudah lebih dari 10 menit sejak panitia membubarkan kumpulan mahasiswa baru untuk istirahat, tapi Atha masih juga belum selesai.

"Tuh anaknya dateng." Bian menunjuk seseorang yang baru datang dengan dagunya. Athariz datang sambil menunjukan senyum manisnya. Atha lalu ikut duduk di depan Bian dan Daniyal sambil terus mempertahankan senyum di wajahnya.

"Seneng banget lo."

"Iya dong, katingnya rame," seru Atha sambil menaik turunkan alisnya.

"Semua mahasiswa baru kumpul di lapangan depan gedung FEB." Pengumuman itu menggema di seluruh bagian kampus, membuat beberapa orang yang tadinya sedang duduk langsung berdiri dan berjalan ke arah gedung fakultas ekonomi dan bisnis.

"Ih, baru juga gue duduk." Wajah Atha kini tertekuk. Belum satu menit ia duduk di sana, tapi sekarang sudah harus kembali ke lapangan.

"Siapa suruh lama." Daniyal memukul kepala Atha dengan kaleng sodanya yang sudah kosong. "Ayo, entar keburu ngamuk."

Hari itu adalah hari terakhir masa ospek kampus sejak mereka kuliah. Seperti yang direncanakan, mereka mengambil universitas yang sama untuk kuliah.

Athariz dengan jurusan film dan televisi, Atha masih tetap memperjuangkan cita-citanya sebagai aktor. Awalnya ia memang ingin masuk teater, tapi program studi film dan televisi kini lebih menarik minatnya.

Daniyal dengan program studi akuntansi, fakultas ekonomi dan bisnis. Siapa sangka, ternyata Daniyal itu sangat menyukai dan cukup andal dalam hal hitung menghitung. Tadinya Daniyal ingin mengambil jurusan matematika, tapi 'Kurang sreg, kayanya lebih rame akuntansi,' katanya saat mendaftar kuliah saat itu.

Bian dan Daniyal itu satu fakultas, tapi Bian mengambil program studi manajemen. Seperti keinginan sang Ayah. Bian satu program studi dengan Kakaknya, Labib. Saat ini Labib sudah tahun ke-3 kuliah.

Seluruh mahasiswa baru yang tadinya berhamburan di seluruh penjuru kampus kini mulai berkumpul di satu titik yang disebutkan di pengumuman tadi.

Salah satu panitia mengambil posisi di depan podium untuk memberikan sepatah dua patah kata kepada para mahasiswa baru.

"Puji Tuhan semua acara hari ini sudah hampir selesai dan lancar sampai detik ini. Saya selaku ketua pelaksana dari kegiatan ini berterima kasih kepada rekan-rekan semuanya dan para mahasiswa baru yang ikut berkontribusi dalam keberhasilan acara ini." Sosok berkacamata dengan postur tubuh tegap dengan tegas dan berwibawa berbicara di depan seluruh mahasiswa baru.

"Terakhir, saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung di Universitas Paradutha untuk semua mahasiswa baru. Terima kasih." Dengan langkah yakin, Labib kemudian meninggalkan podium dan kembali berkumpul bersama teman-temannya yang lain di belakangnya. Kebetulan, tahun ini ketuplak acara ospek kampus adalah Labib.

"Sekarang kita ishoma dulu, abis itu kumpul perjurusan ya. Ikutin katingnya masing-masing buat pengarahan selanjutnya." Salah satu kakak tingkat wanita dengan kerudung hitam di kepalanya memberikan instruksi untuk semua mahasiswa baru yang masih berkumpul di lapangan.

Chrysanthemum [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang