Bagian VIII

564 50 3
                                    

Harap bijak dalam membaca! Terdapat beberapa dialog yang kasar.
Guys perlu diingat ya, ini ga ada hubungannya sama idol yang bersangkutan, cerita ini murni karangan penulis. Aku harap kalian jadi pembaca yang bijak, OK! Happy reading 😉

🌼🌼🌼

“Lama banget sih lo.” Pria dengan rambut yang diberi warna cerah menyala itu menyikut tubuh Reuel pelan.

“Maaf, Bang. Gue tadi anterin dulu nyokap.”

"Lo pikir gue peduli?" Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Reuel. Ia katupkan bibirnya rapat-rapat, tak ingin memberi jawaban untuk lawan bicaranya.

“Duduk sini.” Reuel mengangguk dan duduk di sebelah orang itu. Orang itu merangkul tubuh Reuel agar mendekat. Reuel sebenarnya merasa sedikit risih dengan sikapnya dan bau rokok yang menyengat tercium berasal dari badan pria di sampingnya itu.

“Gala mana ya, Bang?” Elard menatap Reuel tak suka. Sebatang rokok yang ia isap dilemparnya begitu saja ke lantai lalu ia injak dengan kaki polosnya.

“Lo mah ga asik, malah nanya bocah payah itu.” Elard menatap salah satu temannya yang ada di ruangan yang sama. “Bawa tuh bocah!” Orang yang diberi perintah oleh Elard menurut, ia masuk ke dalam dan tak lama menarik seseorang dengan kasar dan mendorong tubuhnya hingga pemilik tubuh itu tersungkur.

Reuel mengangkat tubuhnya berniat untuk menghampiri temannya. Namun hal itu terhalang karena Elard menarik tangan Reuel dan membuatnya kembali terduduk. “Santai aja kali, kangen banget lo sama dia?”

“Maaf, Bang. Tujuan gue dateng ke sini mau jemput Gala.” Elard tertawa mendengar perkataan Reuel. Reuel mengernyit bingung, ia tak merasa ada yang lucu di sini.

“Ga bisa gitu aja dong. Lo bawa yang gue minta, kan?” Tangan Elard merogoh saku celananya, mengambil bungkusan tembakau dari sana dan kembali menghisapnya setelah ia bakar ujung tembakau itu dengan korek api.

“Nih, gue bawa kok.” Reuel menyodorkan amplop putih pada Elard. Elard mengambil amplop itu dengan wajah sumringah.

“Gue bawa dulu setengah, sesuai perjanjian kemarin. Sisanya gue bayar nanti.” Reuel kembali mencoba berdiri, lagi-lagi Elard menahannya. Puntung rokok yang dihisapnya ia simpan di atas asbak.

“Bentar gue itung dulu.” Elard mengeluarkan isi dari amplop itu. “Lima... enam... tujuh ratus lima puluh, pas.” Elard memukul wajah Reuel dengan lembaran uang yang ada di tangannya.

“Gue mau kepastian, kapan lo bayar sisanya?” Reuel sangat berusaha untuk menahan amarahnya sekarang. Jika dia tak memikirkan hal yang mungkin terjadi, mungkin Reuel sudah melayangkan sebuah tinjuan di wajah Elard.

“Bulan depan, bulan depan gue bayar sisanya.”

OK, gue pegang kata-kata lo. Kalo lo ga bisa nepatin janji lo,” Elard menjeda kata-katanya lalu menunjuk Gala yang berdiri di pojok ruangan. “Lo tau kan tuh anak bakal jadi apa?” sambungnya.

“Lepasin dia!” Anak buah Elard melepaskan ikatan pada tangan Gala dan mendorong Gala agar mendekati Reuel. Elard dan anak buahnya lalu meninggalkan Reuel dan Gala di sana begitu saja.

“Reu, lo kenapa ke sini?” bisik Gala pelan, suaranya sudah terdengar lemah. Tubuh Gala sudah sakit karena menerima banyak pukulan. Beberapa bagian wajah dan tubuhnya juga terlihat lebam dan berdarah.

“Kita ke dokter.” Gala menahan tangan Reuel yang hendak menariknya pergi.

“Ga usah, gue gapapa. Kita ke basecamp aja.”

Chrysanthemum [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang