Lapangan basket di sekolah bersemangat dengan suara bola yang memantul dan siulan peluit yang tajam. Sinar matahari menyinari permukaan lapangan, menciptakan bayangan panjang dari pemain yang berlari cepat. Kerumunan penonton di tribun mengisi udara dengan sorakan dan tepuk tangan. Setiap tembakan yang berhasil memasuki ring disambut dengan riuh rendah. Lapangan basket ini bukan hanya tempat bermain, tetapi juga tempat dimana semangat, kerjasama tim, dan persahabatan dibangun dan diperkuat.
Saat semester baru dimulai, Jenan merupakan sensasi baru bagi kami karena dia berasal dari ibukota.
"Hei Clairina, lihat anak-anak basket itu!"
Aku menoleh dengan malas, "Travis, bukan?"
"Aku tahu dia tampan." Lanjutku tidak peduli.
Temanku menyikut lenganku pelan, "Bukan, yang kancing seragamnya dilepas itu."
Aku menoleh kembali. Anak laki-laki itu bermain basket dengan penuh semangat. Keringatnya membasahi wajahnya, namun itu tidak mengurangi semangatnya. Dia berlari cepat, bola basket di tangannya seperti bagian dari dirinya sendiri. Gerakannya lincah dan cepat, seolah-olah dia menari dengan bola. Setiap lemparan yang dia lakukan ke ring basket selalu tepat sasaran. Tidak lupa dengan senyumnya yang merekah. Melihatnya bermain, sulit untuk tidak terpesona. Kami yang berada di tribun otomatis terpusat menatap Jenan.
"Dia benar-benar keren. Dia baru saja mengalahkan kapten basket!"
"Dia benar-benar luar biasa! Dia bermain seperti professional!"
"Anak Jakarta benar-benar bisa bermain basket! Dia menonjol."
"Tampan juga!"
"Tapi tipe seperti dia itu susah diatur."
Lontaran murid-murid berada di tribun. Aku menghampiri Jisafell yang berdiri di tepi lapangan. "Hai Jis!"
"Rinaaa."
"Jenan benar-benar terkenal di sekolah." Kataku.
"Iya, sayangnya dia tidak bisa berbaur di kelas. Mungkin karena dia terlalu menonjol."
"Tidak bisa berbaur?"
"Yaa dalam berbagai hal." Aku menghela napas kasar.
•••
Di mading sekolah, terpampang pengumuman peringkat try out para siswa. Dengan latar belakang warna-warni dan desain yang menarik, pengumuman tersebut menarik perhatian setiap orang yang melintas di depannya. Para siswa dengan antusias melihat nama-nama dirinya yang berada di peringkat atas. Suasana di sekitar mading terasa riuh rendah, dengan suara riang dan percakapan antara teman-teman yang saling memberi selamat.
"Dia benar-benar menonjol."
"Dia langsung ranking 5 seangkatan! Bisa olahraga dan pintar juga. Dia lelaki idaman. Lalu Clai ..."
"Ranking 55." Clairina melanjutkannya.
"Kamu waktu SMP lebih pintar." Ia memutar kedua mata dengan malas mendengarkan Alisha.
"Sst ada Jenan."
"Tampan sekali, sayang banget dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
see you,- park jeongwoo [end]
Fanfictionjeongwoo lokal. park jeongwoo as jenan adiwijaya ❝Aku selalu berpikir memandangi langit di Surabaya sama saja dengan di kota lain. Tapi kalau dilihat-lihat berbeda, terlihat lebih jernih di Surabaya, apalagi kalau misal ada Jenan disebelahnya, semua...