Aku kira besok hubunganku dengan Jisafell akan kembali seperti biasa. Setidaknya itu yang kupikirkan. Namun kami lulus tanpa berbicara kembali.
Jenan mendaftar di Universitas Airlangga Surabaya, Jisafell ke Malang, Universitas Brawijaya. Dan aku ke Universitas Indonesia di Jakarta.
"Kita baru saja mendarat di Bandara Juanda Surabaya." Pengumuman dari Pramugari di Pesawat.
Clairina mengambil kopernya dari bagasi atas. Suasana bandara saat ini ramai mungkin dikarenakan libur panjang jadi banyak sekali orang-orang yang ke bandara untuk liburan maupun seperti dirinya pulang ke kampung halaman setelah merantau.
Ia menunggu taksi lewat tetapi tiba-tiba ada mobil berhenti didepannya. Kaca mobil itu diturunkan, terlihatlah Jisafell teman SMA nya dulu. "Clairina!" Panggilnya dan aku terkejut.
•••
Kota Surabaya ini berdenyut dengan kehidupan dan energi, dengan lalu lintas yang ramai dan bangunan-bangunan tinggi yang menjulang. Di jalan-jalan utama, mobil, motor, dan angkutan umum bergerak maju mundur, menciptakan irama khas kota besar. Klakson kendaraan terdengar di udara, mencampur dengan suara pedagang kaki lima, tukang becak, dan keramaian orang-orang yang berjalan kaki di trotoar. Bangunan-bangunan tinggi dan modern berdiri berdampingan dengan bangunan bersejarah dan peninggalan kolonial, menciptakan kontras yang menarik.
Hijau pohon-pohon di sepanjang jalan menambah kesegaran pada pemandangan kota. Pedagang kaki lima dan penjual makanan jalanan bisa ditemukan di setiap sudut, menawarkan berbagai makanan khas Surabaya yang lezat. Aroma makanan yang menggugah selera bercampur dengan aroma khas kota, menciptakan suasana yang unik dan menggoda.
"Kamu sampai menjemput segala." Ucapku pertama kali setelah dari tadi tidak ada pembicaraan di mobil.
"Iya, sebulan lalu aku baru mendapat SIM."
"Keren, bisa langsung mengemudi mobil di Malang. Aku butuh dua bulan buat terbiasa di Jakarta. Sebulan untuk tinggal di kos dan sebulan lagi di universitas. Tanpa aku sadari, eh sudah libur semester."
"Budaya Jakarta dan Surabaya berbeda. Budaya Malang lebih mirip dengan Surabaya. Jadi aku cepat terbiasa. Tapi Surabaya enak, tidak terlalu padat."
"Dan di kota ini bisa dapat apa saja. Jakarta memang strategis, tapi butuh waktu satu jam untuk ke mana saja. Sepertinya di Malang lebih enak."
Mobil berhenti di depan perkarangan rumah Clairina. "Mau mampir sebentar?"
"Kapan-kapan saja. Keluargamu juga sudah menunggu. Sampai ketemu di reuni."
"Okay makasi yaa."
"Aku ingin minta maaf dari dulu karena telah mendiamimu."
"Eh jadi itu alasan jemputan gratis? Haha." Aku tertawa mendengarnya.
"Aku hubungi lagi nanti."
"Mau jalan-jalan sebentar? Sudah lama tidak jalan." Tanyaku.
•••
Matahari mulai terbenam, pantai berubah menjadi pemandangan yang menakjubkan, dengan langit yang berubah warna dari biru menjadi oranye dan merah muda. Pasir pantai berkilauan di bawah sinar matahari yang semakin redup, dan ombak bergerak perlahan ke pantai dengan suara gemericik yang menenangkan. Angin laut berhembus lembut, membawa aroma garam dan kesegaran yang khas dari laut.
Clairina dan Jisafell berjalan beriringan menyusuri pantai. Rumah Clairina dekat dengan pantai jadinya tidak terlalu jauh untuk berjalan. Mereka pun duduk di pasir pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
see you,- park jeongwoo [end]
Fanfictionjeongwoo lokal. park jeongwoo as jenan adiwijaya ❝Aku selalu berpikir memandangi langit di Surabaya sama saja dengan di kota lain. Tapi kalau dilihat-lihat berbeda, terlihat lebih jernih di Surabaya, apalagi kalau misal ada Jenan disebelahnya, semua...