Hari-hariku terus berlalu. Bahkan tidak terasa kalau skripsiku bahkan sudah di-ACC. Aku perlahan mulai mencoba untuk kembali terbuka pada Ayahku. Ibulah yang paling senang dengan kenyataan itu.
Melihat Ibuku yang begitu bahagia melihat kami perlahan mulai dekat kembali,aku berpikir kalau diriku sama jahatnya dengan Ayah. Akupun menyembunyikan sesuatu dari Ibuku. Meski aku melakukannya untuk menjaga hati Ibu dari rasa sakit yang lebih besar,yang aku lakukan tetap saja menyembunyikan kebenaran.
Fakta yang diterima Ibu saja sudah sangat menyakitinya, bagaimana jika Ibu mengetahui fakta yang lainnya?
Aku memilih untuk tetap diam. Aku memilih untuk merahasiakan,hanya karena aku tidak ingin melihat Ibuku lebih sakit.
Perhatianku tertuju ke ruang keluarga,aku ikut bahagia melihat Ibu tersenyum ditengah perbincangannya dengan Ayah. Ini hari terakhir dari seminggu jadwal Ayah bersama Ibu. Aku tidak ingin mengganggu mereka,jadi aku putuskan untuk mengamati mereka dari meja makan saja. Lagi pula,ruang makan dan ruang keluarga kami hanya dipisahkan oleh rak buku yg tidak terisi penuh.
Sejujurnya,aku sangat menikmati beberapa hari ini. Rasanya kami seperti keluarga pada umumnya. Meskipun,belum bicara banyak. Aku mulai sedikit banyak menanggapi ucapan Ayahku.
Kata orang waktu bisa menyembuhkan luka. Aku harap itu benar. Karena sebenarnya tidak ada orang yang ingin berlarut-larut dalam lukanya.
Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan Rasya. Dia sedang tidak di Indonesia. Begitu skripsinya di-ACC,gadis itu langsung membeli tiket untuk menonton konser idolnya lewat calo. Gadis itu merelakan uangnya begitu saja,meski harga tiket dinaikkan jadi tidak masuk akal. Tapi wajar saja nilai dolar Amerika memang sedang melunjak. Ah,aku sempat berfikir untuk pergi merantau kesana dan pulang dengan keadaan kaya raya. Pemikiran konyolku dulu sebelum mengetahui biaya hidup di sana pun sama besarnya seperti nilai mata uang mereka.
Aku sering mendengar Rasya menceritakan tentang idol Korea yang digemarinya. Tapi 90% isi ceritanya selalu tentang BTS. Setelah mendengar cerita Rasya,aku pun sedikit banyak tau alasan kenapa banyak orang menjadi seorang Army.
Bagiku, mengidolakan apapun itu manusiawi. Asalkan,kamu tahu sampai mana semua itu diperbolehkan.
Nada dering ponselku membuat atensiku teralih. Panggilan suara dari Rasya. Aku tersenyum,semoga usianya panjang. Aku baru saja mengingatnya dan dia langsung menghubungiku.
"Raaaa" suara Rasya langsung menggema begitu aku menjawab panggilannya.
"Kenapa?" tanyaku,aku tahu dia sedang sangat antusias ingin menceritakan pengalamannya menonton konser idolnya.
"Ahh harusnya kamu ikut" imbuhnya lirih.Benar,dia sempat mengajakku tapi aku menolak. Bukan karena aku tidak suka,tapi karena waktunya yang tidak tepat. Aku belum punya persiapan apapun.
Rasya menceritakan semuanya dengan antusias. Bagaimana tampannya Kim Taehyung-pria yang di gadang-gadang sebagai pria tertampan itu. Bagaimana gagahnya Kim Namjoon,semempesona apa Kim Seokjin. Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya,kerena sejujurnya aku belum bisa membedakan mereka. Satu-satunya yang bisa kukenali adalah Kim Namjoon. Dia terlihat berbeda.
"Jadi sebenarnya yang paling tampan itu siapa?" aku mempertanyakan pendapatnya,sepanjang ia bercerita semuanya dipuji-puji dengan kata sangat tampan.
Rasya menghela nafas panjang di sebrang telepon " Mereka semua itu tampan,tapi tetap saja yang paling mempesona itu Suga"
Aku tertawa mendengar jawabannya. Dia selalu seperti itu. Pada akhirnya yang selalu bisa mencuri perhatiannya itu adalah Suga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Level of Love
FanfictionAku pernah membaca novel romansa tentang cinta beda agama. Saat itu kupikir kenapa semuanya jadi rumit? bukankah harusnya sedari awal mereka sudah punya batasan? harusnya mereka tidak melewati batasan itu. Saat itu aku belum mengerti apa-apa tentang...