🌏 •• 1

154 15 0
                                    

______________

' A N T A R I K S A '

________________

Dalam perputaran satu sisi, bumi sangatlah tekun. Dia tidak ragu dan selalu berputar sesuai arah, berjalan dengan kehidupan di dalam kepingan semesta. Berdiri tegak bersama kawan yang lain.

Seperti Eartha, yang berarti bumi. Pria yang dipanggil Artha itu selalu menjadi seorang yang dikagumi teman-teman sekitarnya. Bertutur kata cantik, dengan sikap cuek tetapi mudah bergaul membuatnya dikelilingi banyak orang baik.

Sikap yang berbanding lurus dengan wajahnya. Rahang tegas, hidung mancung, senyum kotak yang cantik dipadu padankan dengan netra elang berwarna hitam yang tegas dan penuh dengan pesona. Sampai-sampai muncul perkataan 'Artha itu tampan luar dalam' yang beredar di kalangan siswa dan siswi SMA Antariksa.

"Ar, masih belum ada keputusan?"

"Bukannya belum, tapi emang engga."

"Ar, ayolah."

Bujukan Chandra yang kesekian kalinya ternyata tidak mempan bagi Artha yang memilih untuk tetap berjalan melewati lorong sekolah walaupun teman sekelasnya itu terus saja mengekorinya.

Ini mungkin sudah ke 7 kalinya hanya untuk semester ini. Pada tahun lalu saat mereka berbeda kelas saja, Chandra terus meminta Artha untuk ikut masuk ke dalam club basket sekolah yang di pimpin oleh pria itu. Terhitung mungkin sudah lebih dari seratus kali ia menerima tawaran yang sama dari orang yang sama.

Dan melihat bagaimana Chandra masih mengikutinya, Artha yakin bahwa pria itu tidak mau menyerah begitu saja. Begitupula dengan Artha yang juga sama keras kepalanya dengan terang-terangan berjalan cepat walaupun tetap bisa disusul oleh si kaki panjang Chandra.

"Ck, apa sih yang kamu cari dari perkumpulan aneh mu itu? Bukannya lebih baik masuk club basket dan ikut turnamen nasional?"

Artha mendengus mendengar ocehan Chandra. Ia tidak berniat membalas hinaan pria jangkung itu pada perkumpulan-nya, karena toh apa yang dikatakannya tidak salah juga.

"Aku engga suka berkeringat."

"Cih, alasan tidak diterima." Cibir Chandra jengkel dengan ucapan yang sering ia dengar dari Artha. "Semua olahraga juga pasti berkeringat, Ar."

"Meditasi engga tuh."

"Astaga, anak ini!" Gemas Chandra yang hampir saja membalik box kardus yang sedang di bawa oleh Artha.

Tanpa dijelaskan saja, sudah terlihat bahwa di dalam box itu terdapat banyak sekali pernak-pernik milik club astronomi- tempat yang Chandra bilang sebagai perkumpulan aneh.

"Bagaimana bisa kamu menyamakan meditasi dengan olahraga aktif. Dasar orang aneh."

Aneh lagi.

Bukan satu dua kali Chandra menyebut clubnya aneh, karena nyatanya pria jangkung itu bahkan sering berkata hal yang lebih parah dengan mengatakan bahwa club astronomi tidak menghasilkan apapun untuk sekolah. Hal itu sudah menjadi rahasia umum bagi para siswa sehingga untuk jadi bahan gosip saja sudah tidak bernilai.

Karena mau sebanyak apapun berita miring dan ledekan diam-diam yang menyebar, club itu tidak pernah di bubarkan. Tidak ada alasan untuk membubarkannya juga, toh tujuan setiap club di SMA ini hanyalah sebagai tempat berinteraksi murid dan menyalurkan hobi.

AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang