🌏 •• 3

56 8 0
                                    

______________

' A N T A R I K S A '

________________


Arunika itu berarti matahari. Dan seperti namanya, di mata teman-temannya dia itu hangat, ceria, dan bersinar. Apalagi kalau sudah tersenyum, mata monoloid itu akan ikut melengkung sehingga menambah manis wajahnya.

Selain supel, Arun itu terlalu terang bagi yang lain. Dia adalah salah satu tipe siswa yang paling tidak bisa dibenci di sekolahnya karena kepribadiannya terlalu bagus. Hampir tidak ada cela. Rasanya hanya orang berhati buruk yang bisa membencinya.

Begitulah yang dirasakan Artha.

Dia menyukai Arun selama 2 tahun masa SMA-nya dan kini sudah tahun terakhir. Entah akan bagaimana jadinya hubungan mereka, tetapi Artha pesimis melihat bagiamana sikap Arun selama ini padanya.

Apalagi setelah ungkapan jujur Arun padanya 1 tahun yang lalu. Saat itu, hubungan mereka terasa dekat dan Artha berniat mengutarakan perasaannya yang ternyata Arun malah curhat jika dia menyukai seseorang.

Dan saat itu untuk pertama kalinya Artha merasa sepertinya ada yang salah. Rencananya yang membuat ia dan Arun untuk bersahabat terlebih dahulu ternyata salah sasaran dan membuat perempuan itu malah merasa nyaman. Terlalu nyaman untuk merasakan ketertarikan Artha padanya.

"Jadi gimana? Semuanya harus hadir lho?" Kata Arun memperingatkan.

Artha yang awalnya sedang menunduk segera mengangkat wajahnya, dan matanya tidak sengaja bertabrakan dengan netra coklat berbinar disisi lain. Arche yang seolah kepergok melihatnya segera mengalihkan pandangannya, membuat Artha bingung ketika melihat sikap perempuan itu yang berubah menjadi canggung.

'Ada apa dengannya?'

"Kak Arun, tenda aku yang kemaren kan robek. Gimana dong ya?" Suara rengekan kecil terdengar dari si bungsu Hazel. Saat ini yang paling muda di club astronomi memang hanya Hazel yang kebetulan kelas 11.

Tidak seperti club yang lain, club astronomi sangat jarang membuka pendaftaran dikarenakan kurang minatnya siswa juga terhadap club ini. Sehingga hanya dibuka satu kali setiap angkatan saat kelas 10 saja dan kebetulan saat itu, hanya Hazel dari angkatannya yang mendaftar sehingga ia hanya adik tingkat sendirian.

Oh kecuali dengan Kean mungkin. Masuknya dia agak khusus sebenarnya karena waktu itu tidak ada rekrutmen untuk kelas yang lebih tinggi. Laki-laki ini cukup memaksa, mengikuti kakak kelas yang saat itu menjadi ketua club hampir setiap hari karena ingin bergabung. Karena kesal dan muak, akhirnya pria itu dibolehkan juga dan untungnya tidak ada protes dari anggota yang lain.

Karena saat itu Ivan bahkan berkata 'toh, anggota kita tidak banyak. Menambah satu orang bisa meringankan beban membawa teropong'. Dia berkata dengan santai dan sekarang menyesalinya karena ternyata sebucin inilah Kean pada Hazel.

"Tenang, kan ada aku. Kita satu tenda aj— awh, ah adu.. duh.. duh.. ampun Mik ah sakit!"

Oke. Jambakan Mika setidaknya berhasil menghentikan perkataan asal yang Kean ucapkan. Dan Hazel juga hanya tertawa puas melihat bagaimana pacarnya itu ujung-ujungnya selalu saja kalah saat konfrontasi nya dengan Mika. Kakak kelasnya yang satu itu terlalu tangguh untuk dilawan.

"Hem, mampus. Makan tuh jambakan. Banyak bacot sih." Ujar Ivan.

Arun hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua orang yang jarang akur itu. Sudah terbiasa dengan pandangan didepannya dan memilih mengabaikannya. Lalu menatap Hazel, "Kalau gitu nanti kita sewa tenda aja, itu biar aku yang urus."

AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang